HARI PERTAMA SETELAH MENIKAH

...RINTIK HUJAN

...

Setelah sarapan pagi. Zia mengelilingi rumah barunya ini, dia berjalan kebelang. Dimana ada kolam renang serta ada juga gazebo yang kecil, ada juga tanaman bunga disini.

“MasyaAllah, rumah ini benar-benar luas.” Kagum Zia. Rumahnya ajah kalah besar dengan ini.

Zia berjalan kearah gazebo, mendudukkan dirinya disana. Menatap langit yang cerah, rasanya sepi juga. Hanya tinggal berdua di rumah yang besar ini, serta suami yang pelit berbicara.

omong-omong. Suaminya itu sedang berada di ruang kerjanya, katanya ingin memeriksa pekerjaan perusahaan.

Setelah sarapan tadi. Darren mengajaknya untuk belaja bahan makanan, serta kebutuhan rumah lainnya.

Zia menatap halaman luas ini. Darren menyuruhnya untuk mencari pembantu, untuk membantunya membereskan rumah besar ini. Namun, dia menolak dengan alasan dia bisa membereskan rumah dengan sendiri. Dan Darren mau-mau saja.

Karena bosan. Zia membaringkan tubuhnya, memainkan ponselnya.

Sedangkan di ruang kerja. Darren tanpak serius memeriksa dokumen yang dikirimkan oleh Nando.

Kepalanya terasa pusing, mengambil cuti saja dirinya masih bekerja. Jika tau pada akhirnya dia bekerja di saat mengambil cuti, lebih baik dia masuk bekerja jika seperti ini.

“Sama saja bohong! Nando sialan.” Umpatan untuk Nando.

Tok

Tok

“Ya, masuk.” Ujar Darren.

Saat pintu terbuka, terlihat Zia yang membuka pintu dengan gamis hitamnya.

“M-mas, kita jadi berangkat?” Tanya Zia pelan. Tidak berani melangkah mendekat kearah suaminya.

Takut mengganggu suaminya yang sedang sibuk, bahkan dia tidak melirik kearahnya sedikitpun. Jadi dia hanya berdiri didepan pintu.

Darren menatap Zia sekilas, lalu melihat tumpukan berkas didepannya.

“Kau tidak lihat? Saya sibuk.” Jawab Darren. Auranya dingin. Begitu lah dia, jika dalam mode serius.

Zia semakin menunduk, dan takut. “Baiklah mas.” Zia kelur dari ruangan yang mencekam itu.

Setelah menutup pintu Zia pergi kekamarnya, mungkin dia bisa pergi belanja sendiri tanpa harus ditemani suaminya yang sedang sibuk.

Zia seakan melupakan perkataan Darren yang dingin itu, ini hari pertama setelah menikah.

“Aku bisa berangkat sendiri, lagian juga cuman kebutuhan dapur saja.” Ujar Zia pelan. Tak masalah, dia mengerti. Darren sedang sibuk.

Setelah mengambil dompet dan ponselnya. Zia kembali menuruni tangga, berjalan pelan keruang kerja suaminya untuk meminta izin.

Zia sedikit ragu untuk mengetuk pintu itu, namun dia harus tetap mengetuknya.

Tok

Tok

Zia membuka pintu, setelah mendengar sautan dari dalam.

“Mas, aku mau izin belanja kebutuhan dapur. Boleh?” Bagaimanapun dia harus izin pada suaminya.

Darren tidak menanggapi. Zia semakin takut untuk bersuara.

“M-ma-s. a-ku.”

Brak

“Jika ingin pergi, pergi lah. Kau mengangguku!” Bentak Darren. Menatap Zia didepan pintu, degan kepala yang menunduk takut. Darren tidak peduli.

“Keluar!” Lanjutnya.

“I-ya mas, assalamu’alaikum.”

Setelah menutup pintu. Zia mengucapkan istigfar berulang kali, menenangkan hatinya yang terasa perih. Seumur hidup, abinya tak pernah membentaknya. Hari ini, dia dapatkan dari suaminya sendiri.

Zia segera keluar rumah, dia memesan taksi. Dan taksi itu sudah ada didepan rumahnya, dia segera berangkat. Melupakan kejadian beberapa menit lalu.

Setelah menempuh beberapa menit, disinilah Zia berakhir. Di pusat perbelanjaan, ditempat ini sangatlah ramai.

“Mas Darren suka sayur? Aduh jadi bingung sendiri.” Ucap Zia. Memilih beberapa sayuran, keputusannya jatung pada sayur kangkung.

Zia mendorong trolinya ke tempat danging. Dia tidak berpikit panjang, memilih ikan dan juga daging ayam.

Lalu Zia berjalan kearah rak dimana semua bumbu dapur berada, mengambil untuk stok sebulan ini.

“Kayanya ada yang kurang deh?” Zia melihat kembali belanjaannya. Memikirkan bahan lainnya yang belum dia beli.

Dia tersenyum seakan memenangkan lotre. Dia berjalan dengan senyum kearah tempat esc rem, ya dia sangat suka esc rem.

“MasyaAllah, surga ku. Heheh.” Ucapnya. Baginya, tanpa esc rem hidupnya tak ada artinya.

Setelah dirasa cukup. Zia membayar semua belanjaannya, dia masih menggunakan uangnya sendiri. Uang tabungannya, karena. Suaminya belum memberinya nafkah. Itu tak masalah baginya.

Menenteng belanjaannya keluar, saat ingin memesan taksi. Tiba-tiba saja.

“Astagfirullah, ponsel aku kehabisan daya lagi.” Ucapnya dengan lirih. Menatap sekitarnya, taka da angkutan umum yang lewat.

“Mana mau hujan, padahal masih siang.” Lanjutnya. Menatap langit yang mendung.

Zia memutuskan untuk menunggu angkutan umum yang lewat, jika ke halte bus. Jaraknya cukup jauh.

Tak

Tak

“MasyaAllah, hujan.” Ucapnya. Lalu bagaimana dia pulang? Dia takut pulang kerumah tidak tepat waktu.

Zia menatap kejalan, hujan semakin deras saja. Dia menyukai hujan, baginya hujan bisa menenangkan pikiranya. Hujan bisa memberinya ketenangan.

Ini sudah masuk waktu ashar. Dan hujan masih saja deras, dari kejauhan dia melihat angkutan umum. Zia tentu berdiri, melambaikan tangannya. Dan angkutan umum itu berhenti didepanya. Dia segera naik, setelah mengatakan alamat rumahnya pada supirnya.

“Semoga ajah mas Darren ngak marah.” Lirihnya. Dia menghabiskan waktu cukup lama diluar rumah, dan itu membuatnya gelisah.

Setelah sampai dirumah. Zia berjalan pelan kedepan pintu rumahnya yang tertutup rapat, membenahi sedikit hijabnya yang basah. Hujan belum juga redah, dan jarak dari gerbang rumahnya ke pintu utama itu cukup jauh.

Zia membuka pintu besar itu, ditangannya menenteng dua kantong belanja.

“Assalamu’alaikum.” Salamnya. Saat melangkah masuk, dan melewati ruang tamu. Zia dapat melihat Darren duduk dengan TV yang menampilakan berita.

“Dari mana?” Celetuk Darren. Matanya masih fokus ke TV.

Zia berhenti melangkah, dia dapat melihat Darren dari belakang.

“A-ku habis belanja.” Jawabnya pelan.

Darren diam, beranjak dari tempat duduknya. Menatap Zia yang menenteng dua kantong belanjaan.

“Kau tidak lupa jika memiliki suami?” Tanya Darren.

Zia bingung. “Ma-ksud mas?”

Darren berdecak tak suka, mengelurkan kartu hitam. Zia membulatkan matanya, tentu saja dia tau kartu itu.

“Bla-ck ca-rd?” Ucap Zia lirih.

Darren menyodorkan kartu itu kedepan Zia. “Ambil, uang keperluan mu ada disini. Belaja bulanan mu juga, saya akan mengirimnya setiam bulan.” Kata Darren.

Zia mengambil benda itu, masih tak percaya jika didepannya ini adalah kartu para sultan.

“Mas, ini tida kebanyakan?” Tanya Zia. Mengamati kartu yang sudah ada di tangannya, memikirkan seberapa banyak jumlah yang ada di kartu ini.

“Tida, gunakan dengan baik.”

Setelah mengatakan itu. Darren meninggalkan Zia yang masih diam.

“Astaga, aku baru pertama kalinya pegang kartu ini.” Ucapnya.

Zia berjalan kedapur, menyimpan barang belanjaannya. Dia hampir lupa jika dia belum sholat ashar, setelah sholat barulah dia memasak untuk makan malam nanti.

***

Zia menata makanan yang dia masak diatas meja makan, hanya ada ayam kecap, tumis kangkung lalu ada ikan goreng dan lainnya.

Dia tadi menanyakan kepada ibu mertuanya, makanan kesukaan Darren. Dan ternyata suaminya itu menyukai ayam kecap dan telur balado.

Darren masih didalam kamarnya. Zia berjalan menaiki tangga, lalu tiba didepan kamar suaminya.

“Mas, makan malam udah siap.” Kata Zia. Mengetuk pintu beberapa kali, namun taka da sautan dari dalam.

Zia kembali mengetuk pintu itu. “Mas Darren?” Sedikit meninggikan suaranya.

“M-a-s.”

Clekkk

“Ckkk! Kenapa?” Tiba-tiba saja pintu terbuka.

Zia tentu kaget, melihat suaminya yang sudah ada didepannya. Sepertinya Darren baru saja selesai mandi, rambutnya yang masih basah.

“Makan malam mas.” Ucap Zia. Memainkan jari-jari tangannya.

“Hm.” Darren berjalan mendahului Zia.

Lalu. Zia ikut mengekor dibelakang suaminya itu.

Darren menatap hidangan makan malam diatas meja, ada makanan kesukaannya. Ayam kecap.

“Ayok mas.” Zia menyodorkan piring yang sudah berisi nasi kedepan suaminya.

Darren mengambil nasinya, lalu mengambil sepotong paha ayam kecap itu. Suapan pertama, menguyahnya dengan pelan. Sama seperti masakan bunda batinya.

Zia ikut makan, sesekali melihat Darren makan dengan lahap. Dia tentu senang, karena Darren melahap makanan yang dia hidangkan.

Darren akaui Zia sangat pandai memasak. Makanan ayam kecap ini, rasanya hampir menyamai dengan masakan bundanya. Darren tentu gengsi mengatakan jika masakan ini enak kepada Zia, lagi-lagi egonya mengalahkan semuanya.

Setelah beberapa menit makan malam dengan keheningan. Darren meninggalkan Zia yang sibuk membereskan bekas makan malam mereka.

Masuk kedalam kamarnya, duduk ditempat tidur. Lalu, membuka laci kecil dimana ada kotak kayu berukuran sedang.

Perlahan Darren membuka kotak itu, isinya selembar foto dan satu buah jam tangan. Darren mengambil foto itu, disana sepasang anak manusia tersenyum lebar kearah camera.

Darren tiba-tiba merasakan dadanya sesak.

“Kamu dimana?” Ucapnya dengan lirih. Pelan mengusap foto itu dengan ibu jarinya.

“Aku udah mapan lo, aku bisa kasih apapun yang kamu mau. Ak-.”

“Ak-aku udah bisa ngasih apapun yang kamu mau Melinda, kamu ngak mau kembali? Sebenarnya kamu dimana?”

“Aku kangen kamu.”

“Ak-aku juga udah nikah, tapi kamu tenang ajah. Kamu tetap pemenangnya di hati aku, aku bakal tunggu kamu.”

Darren tentu saja tak tahu, jika ada orang yang mendengarkan ucapnya yang penuh dengan kerinduan itu.

Zia merasakan ada sesuatu yang menghantam kerasa hatinya, dia cukup tau diri. Dia hanya orang baru yang tiba-tiba saja harus hidup serumah dengan ikatan pernikahan dengan Darren.

Walau dia tidak tahu. Melinda itu siapa? Namun, yang bisa dia tangkap adalah Melinda pasti jelas masa lalu Darren.

“Aku kuat, tapi aku tak tau. Jika, kedepannya atau bahkan perempuan itu kembali. Pasti aku sering menangis.”

Ini baru awal, namun Zia sudah mendapatkan rasa sakitnya. Entah hari-hari kedepannya bagaimana, dia hanya mengharapkan tuhan mempermudah setiap langkahnya.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

sabar Zia,,, buat suami mu jatuh cinta pada mu,,, setelah itu bikin dia menyesal karena menyia yia kan mu

2024-04-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!