MAKAN MALAM

RINTIK HUJAN

Malam yang ditunggu oleh kedua keluarga besar Andreas dan Nelson, tapi tidak dengan laki-laki yang selalu menampilkan wajah dinginnya.

“Bersikap baiklah nak.” Tutur Aron. Melihat putranya yang selalu menampilkan wajah tak bersahabat itu.

Mereka sudah ada didepan rumah kediaman Nelson, mereka baru tiba beberapa menit lalu.

Ting tong

Ting tong

Tak lama munculah seorang pria tua yang seumuran dengan ayahnya. Darren tampak mengenali pria paru baya itu.

“Assalamu’alaikum Abraham.” Salam Aron. Memeluk Abraham.

“Wa’alaikum salam Ron.” Balas Abraham memeluk Aron.

Darren diam saja, tidak mau ikut campur dengan orang tua itu. Rasanya sangat ingin pergi saja dari sini.

“Kau terlihat semakin sehat saja, bagaimana kabar mu?” Tanya Abraham.

Aron mengangguk, dan tertawa. “Hahah! Kau ini, tentu saja aku sehat.” Jawabnya.

“Baguslah jika seperti itu.” Kata Abraham. Menatap pada Reani dan sosok laki-laki yang sangat dia kenal.

“Mari, silahkan masuk. Kau sudah ditunggu oleh Anggita.” Sambil menatap Reani.

Reani tersenyum. “Benarkah, baiklah.” Jawab Reani. Menyelonong masuk, tidak peduli suami dan pemilik rumahnya.

“Astaga sayang.” Ujar Aron. Sedikit malu dengan sikap istrinya itu.

“Hahah! Kau masih tidak enakan ya, sudah ayok masuk.” Ajak Abraham.

***

Didalam kamar dengan cat putih biru itu, terlihat Zia yang dibantu oleh uminya sedang merias wajahnya.

“Umi, jangan terlalu tebal. Aku ngak suka umi.” Kesal Zia. Uminya sangat bersemangat, siapa yang dilamar siapa juga yang kegirangan.

“Tebal dari mananya sayang? Ini mah kaya natural ajah kok. Udah kamu diam ajah.” Ujar Anggita.

“Aku kok panik ya umi?” Tutur Zia. Merasakan sensasi aneh dari tubuhnya.

Anggita tersenyum. “Astaga nak, kau ini ada-ada saja.” Jawab Anggita. “Sudah selesai, sekarang ayok turun. Mereka sudah datang.” Lanjut Anggita.

Zia mengangguk, malam ini dia terlihat cantik. Mengenakan Abaya hitam yang dibelikan oleh uminya, hijab hitam menutupi dadanya. Makeup yang tipis sangat pas di Zia. Dengan tinggi badan 165 cm.

***

Diruang tamu. Mereka menunggu Zia dan Anggita.

“Kenapa mereka lama sekali?” Tanya Reani. Tidak sabar melihat calon menantunya.

“Hahah, sabarlah. Sebentar lagi mereka turun. Lebih baik kita kemeja makan saja dulu.” Jawab Abraham. Diangguki oleh Aron dan Reani.

“Baiklah, kita tunggu mereka dimeja makan saja.” Ujar Aron.

Saat mereka ingin melangkah keruang makan, dari arah tangga terdengar langkah kaki yang menuruni anak tangga satu-persatu. Semua mata tertuju kearah tangga, tak terkecuali.

Darren diam ditempatnya, menatap perempuan dengan balutan abaya hitam menuruni tangga. Dia tidak dapat melihat seluruh wajah itu, perempuan itu menunduk. Diakah? Pikirnya.

“Nah, perkenalkan ini putriku.” Ujar Abraham. Menggenggam tangan putrinya yang terasa dingin.

“Wah, cantik sekali. Ziakan?” Tanya Reani. Dirinya memang tidak salah pilih menantu untuk anaknya.

Zia mengangguk, menatap sekilas wanita yang sudah tua, namun. Masih terihat muda dan cantik.

“Iya tante.” Jawab Zia.

“Tidak usah kaku seperti itu, tante ngak gigit kok. Iyakan mas?” Candanya. Meminta pendapat dari suaminya.

Aron mengangguk. “Benar.”

“Perkenalannya nanti saja, mari kita makan dulu.” Ucap Abraham.

“Iya, lebih baik kita makan malam dulu. Mari.” Timpal Anggita. Menggandeng tangan Reani. Mendahului para laki-laki disana dan juga Zia yang senantiasa menunduk di samping abinya.

“Baiklah.” Ujar Aron. Menatap kesampinya, dimana anaknya tetap menampilkan wajah dinginnya.

Menyenggol lengan Darren.

“Cantikkan calonmu?” Tanya Aron pelan.

Darren menatap ayahnya. “Biasa.” Singkat. Padat dan jelas. Itulah Darren Andreas. Berjalan duluan,

meninggalkan ayahnya.

“Dasar anak itu.”

Di meja makan tersaji begitu banyak makanan. Dua keluarga itu duduk dengan posisi Abraham dan Aron duduk berhadapan, lalu ada Anggita dan Reani duduk ditengah dan Zia duduk tepat didepan Darren.

“Ayok, silahkan dimakan. Anggap rumah sendiri.” Ujar Abraham.

“Hahah! Baiklah.” Ucap Aron.

Mereka makan dalam diam, sesekali melempar candaan di sela makan mereka.

Zia makan dengan diam, sesekali ikut tersenyum saat para orang tua itu membuat lelucon. Dia juga sedang menahan rasa gugup, laki-laki yang duduk diseberang meja makan ini seperti menatap dirinya. Rasanya Zia ingin menghilang saja dari sini.

Darren terus menatap Zia. Dalam benaknya, mengapa perempuan ini terus menunduk. Apakah dia buruk rupa hingga tak mau mengangkat wajahnya, jika itu benar. Dai benar-benar menolak keras perjodohan ini.

Beberapa menit setelah makan malam bersama, dua kelurga itu kembali keruang tamu.

“Mmm, bisa kita langsung saja Abraham?” Tanya Aron. Menatap semua orang yang duduk disana.

Abraham mengangguk. “Tentu, silahkan.”

“Baiklah, sebelumnya kita sudah membahas ini beberapa hari lalu. Dan sesuai janji kita, kami datang malam ini untuk menyampaikan niat baik kami. Dan saya mewakili kelurga, mengucapkan banyak terimakasih atas jamuan makan malamnya. Sekiranya untuk maksud kedatangan kami kesini disampaikan langsung oleh putraku Darren.” Tutur Aron. Menatap putranya yang duduk disebelahnya.

“Ayok.” Ujar Aron.

Darren benar-benar tidak ingin dalam situasi seperti ini, sungguh demi apapun itu.

“Kham, saya langsung saja.”

Darren menjeda ucapannya.

“Saya Darren Andreas. Bermaksud datang kesini, ingin melamar anak anda Zia Putri Nelson. Sebagai istri saya.” Benar-benar singkat. Itulah Darren pengusaha sukses.

Semua mata tertuju pada perempuan yang duduk ditengan kedua orang tuanya, meremas jari-jari mungilnya.

“Nak, ayok jawab.” Ujar Abraham.

Zia menunduk dalam, banyak yang dia pikirkan. Meremas kuar jari-jarinya, tidak berani mengangkat kepalanya hanya untuk sekedar menatap calon suaminya.

Hingga sentuhan hangat ditangannya, dia tersadar. Itu uminya, menatap dirinya dengan senyum hangat.

“Jawablah nak.” Kata Anggita.

Zia mengangguk. Semua orang menatap pada Zia, menanti jawaban dari sosok perempuan cantik itu.

Darren menatap diam Zia, dia berharap Zia menolak lamarannya ini. Sangat berharap Zia benar-benar menolah lamaran konyol ini.

Zia perlahan mengangkat kepalanya, menatap satu-persatu yang duduk didepannya. Hingga tatapannya jatuh pada pria yang duduk diapit oleh kedua orang tuanya, dalam benaknya Zia yakin jika pria itulah calon suaminya.

Kembali menunduk, lalu. “Bismillahiirahmanirahiim, atas izin Allah dan restu kedua orang tuaku. Aku menerima lamaranmu.” Ujar Zia. Menutup matanya, sangat takut jika keputusan yang dia ambil adalah salah. Semoga saja keputusannya benar, ya semoga saja.

Darren menghembuskan nafasnya dengan kasar, bagaimana mungkin wanita itu dengan gampang menerima lamarannya. Bahkan ini kali pertama mereka bertemu.

“Alhamdulillah.” Ucap para orang tua.

“Khammm, bisa saya bicara berdua dengan Zia?” Celetuk Darren. Izin pada Abraham.

Abraham tentu mengizinkan. “Tentu, silahkan.”

Darren berdiri, berjalan keluar dari rumah. Di susul Zia yang hanya setia menunduk, apakah yang Darren ingin katakan hingga harus berbicara diluar rumah. Itulah pikiran Zia.

Setelah sampai didepan rumah. Zia dapat melihat Darren berdiri menatap pada dirinya, membuat dia semakin gugup dan takut. Ini untuk pertama kalinya dia berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.

Zia berjalan kearah Darren, namun masih menjaga jarak. Darren tetap setia menatap dingin kearah Zia, ah bukan calon istrinya itu.

“Kenapa kau mau?” Tanya Darren. Menatap Zia berdiri tak jauh darinya, dengan tatapan setia menunduk.

Zia tidak paham dengan ucapan Darren. “Maksudnya?”

Darren berdecak tak suka. “Ckkk, kenapa kau menerima perjodohan ini?” Ulangnya.

Zia menunduk. “Aku ingin orang tuaku bahagia, jadi aku tidak bisa menolaknya.” Jawab Zia. Suaranya kecil, tapi lembut.

Darren tidak puas mendengar jawaban Zia.

“Hanya itu? Kenapa kau tidak menolak?” Lagi. Darren menatap dingin Zia.

Zia menutup matanya. “Ak-aku percaya, jika pilihan orang tua adalah yang terbaik untuk anaknya.” Jawab Zia.

Astaga apakah laki-laki didepannya ini tidak mengharapkan perjodohan ini, lalu apakah laki-laki ini mengharapkan jika dia menolak.

Darren tersenyum sinis. “Kau yakin jika pilihan orang tuamu baik? Bagaimana jika sebaliknya?”

Zia menatap Darren, namun hanya sekilas. Sedangkan Darren sempat terpukau dengan wajah cantik itu.

“Mak-maksud mu?”

“Saya tidak mengharapkan perjodohan ini, dan ingat sekalipun kita menikah. Jangan berharap lebih, ingat itu!”

Setelah mengatakan seperti itu. Darren berjalan kembali masuk kedalam rumah, meninggalkan Zia yang diam mencerna ucapan Darren.

Zia tersadar. Darren sudah masuk kedalam, dengan cepat dia menyusul kedalam. Setelah sampai diruang tamu, dia duduk dekat dengan uminya.

“Nak, karena kalian sudah selesai. Jadi kami sudah menentukan tanggal pernikahan kalian, berhubung kami ada perjalan bisnis dalam waktu dekat ini.” Tutur Aron.

Menjeda ucapannya.

“Dalam waktu tiga hari kedepan, kalian berdua akan melangsungkan pernikahan. Bagaimana?” Lanjutnya. Bertanya pada keduanya.

Zia dan Darren menatap pada Aron, bagaimana mungkin mereka baru saja kenal.

“Ayah, apa itu tidak terlalu cepat?” Tanya Darren. Ayahnya ini bagaimana.

“Tidak, lebih cepat lebih baik. Bukan begitu calon besan? Hahah!” Jawab Aron. Diakhir ucapannya dia tertawa, tawa bahagia. Karena sebentar lagi dia memiliki menantu dan memiliki cucu.

Abraham dan Anggita tersenyum.

“Tentu saja Aron, jadi kalian tidak perlu khawatir soal persiapan nikahnya. Serahkan itu pada ibu kalian.” Jawab Abraham.

Zia memberanikan diri untuk menatap semua orang di ruang keluarga ini.

“Sekolah aku bagimana? Kalau siswa dan guru-guru tau bagaimana abi?” Tanya Zia. Menatap abinya.

Abraham tersenyum. “Tidak perlu khawatir nak, kamu tetap bisa sekolah. Pernikahan mu akan dirahasiakan, hanya kelurga inti saja yang hadir.” Kata Abraham. Mengerti rasa khawatir yang dirasakan putrinya ini.

Zia hanya mengangguk paham. “Iya.”

Reani tersenyum menatap calon menantunya itu. “Nah, besok kalian datang kebutik mama.” Katanya.

Darren menatap ibunya, sesiap itukah pernikahan mereka. Bahkan kedua orang tua ini begitu semangat, siapa yang mau nikah siapa juga yang sangat sibuk menyiapkan keperluannya.

“Darren jemput Zia besok pulang sekolah, mama tunggu kalian di butik.” Lanjutnya. Senang sekali rasanya, sebentar lagi anggota kelurganya bertambah satu personil lagi.

Zia hanya pasrah, apapun yang dikatakan oleh kedua orang tua ini dia ikut saja. Toh tidak ada gunanya menolak.

Darren lagi-lagi menghela napas kasar, haruskah dia menjemput perempuan itu. Tidak kah dia bisa berangkat sendiri, hari-hari kedepannya semoga baik-baik saja.

“Hm.” Jawab Darren. Setelah mendapat cubitan ditangannya, pelakunya ya ibu Negara tercinta.

“Nah, jadi kalian dalam tiga hari ini. Banyak-banyak ngobrol, biar kalau udah sah ngak canggung lagi.” Tutur Abraham. Menatap kedua calon pengantin itu.

“Ihhh, abi.” Suara lembut Zia. Menatap abinya dari samping, bisa-bisanya abinya berkata seperti itu.

“Hahah! Benar, biar kalian berdua biasa.” Lanjut Aron.

Darren semakin ingin pulang saja dari sini, menatap ayahnya dan ibunya secara bergantian. Lalu mendekat kearah ibunya, kemudian berbisik dengan pelan.

“Pulang.” Bisiknya.

Reani menatap gemas putranya, tidak pernah berubah. Jika dirinya atau suaminya mengajak Darren keacara apapun itu, pasti Darren tidak betah dan cepat-cepat ingin pulang. Kecuali tenpat dimana dia melampiaskan semuanya yaitu club malam, atau dunia hiburan.

Aron menatap putranya, mengerti dengan tatapan itu. Aron mengangguk.

“Abraham, mbak Anggita. Sepertinya anak kami ini sudah mau pulang, hahah.” Ujar Aron. “Sekali lagi terimakasih atas jamuannya, kami pamit dulu.” Lanjutnya. Bangkit dari tempat duduknya, diikuti oleh Reani dan Darren.

Abraham ikut berdiri. “Tentu saja Aron, hati-hati dijalan.” Katanya. Mengantarkan keluarga itu kedepan rumahnya.

“Aku pulang dulu ya jeng, makin ngak sabar bentar lagi kita jadi besan.” Ucap Reani senang.

Anggita ikut tersenyum. “Iya, akhirnya kita jadi besan.” Jawabnya.

Darren masih tau bersikap sopan pada orang tua, berjalan kedepan kedua orang tua Zia. Lalu menyalimi secara bergantian.

“Pamit dulu.” Hanya itu yang dikatakannya. Lalu berlalu pergi, masuk kedalam mobil.

Aron menggeleng pelan, jika saja bukan putranya sudah dari dulu dia sepak keluar dari rumahnya.

“Dia memang seperti itu, maaf jika sikap Darren…”

“Sudah lah, aku tau siapa Darren. Sudah, ini semakin larut malam. Hati-hati dijalan.” Ujar Abraham. Memotong ucapan calon besannya itu.

Aron mengangguk. “Baiklah, kami pamit. Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikum salaam, hati-hati.”

Terpopuler

Comments

Alila Queen

Alila Queen

kirain kham itu panggilan abraham, g taunya berdehem ya. agak mengganggu sih kata kata kham nya.

2024-06-04

0

Rita Riau

Rita Riau

Zia anak yg Solehah demi kebahagiaan orang tua nya dia mengorbankan kebahagiaan nya sendiri,ga egois kayak diri mu Darren

2024-04-23

1

lihat semua
Episodes
1 AWAL
2 RENCANA PERJODOHAN
3 MAKAN MALAM
4 BAJU PENGANTIN
5 HARI H
6 RUMAH BARU
7 HARI PERTAMA SETELAH MENIKAH
8 SIKAP DINGIN DARREN
9 SISI LAIN DARREN
10 BUBUR UNTUK DARREN
11 DARREN MARAH
12 SEMAKIN DINGIN
13 MASIH SAMA
14 DIRGA & ZIA
15 PERLAHAN BERUBAH???
16 TIDUR BERDUA???
17 AKHIR PEKAN
18 DIRGA DAN ANHAR
19 PROM NIGHT
20 MERINDU
21 CEREWET
22 BELAJAR AGAMA
23 DARREN & MELINDA
24 SEKAMAR
25 TOKOH BUNGA MILIK ZIA
26 DARREN BERULAH
27 SIAPA DIA???
28 MENUNGGUNYA
29 BELUM ADA KABAR
30 SIKAPNYA BERBEDA
31 SUASANA HATINYA SEPERTI CUACA
32 DEMAM
33 SIAPA???
34 ANTONI & NANDO
35 PASAR MAALAM
36 HONEYMOON
37 HONEYMOON 2
38 KABAR BURUK ATAU KABAR BAIK???
39 AWAL KEHANCURAN
40 ARONALD MURKA
41 LUPA???
42 MENGULANGINYA LAGI
43 DEFENISI TAKDIR
44 PROYEK YANG DIJIPLAK
45 PARFUM WANITA???
46 FAKTA
47 ADA APA DENGANNYA??
48 PULANG KERUMAH ABI ABRAHAM
49 PANIK
50 TAMU TAK DIUNDANG
51 TANPA ALASAN YANG JELAS
52 BENCANA
53 RUMAH SAKIT
54 BIMBANG
55 SALAH PAHAM
56 SALAH PAHAM 2
57 HUKUMAN
58 PERASAAN KHAWATIR DAN SENANG SECARA BERSAMAAN
59 TERBONGKAR
60 APA INI AKHIR DARI KISAH PERNIKAHANNYA?
61 MENYERAH ATAU BERTAHAN???
62 PILIHANNYA MENYERAH
63 AKU TIDAK MENYERAH, HANYA SAJA AKU...
64 KEHIDUPAN BARU
65 MENATA KEHIDUPAN YANG BARU
66 SEMUANYA HANYA TINGGAL PENYESALAN
67 WAKTU YANG TERUS BERJALAN
68 SAMA-SAMA TERLUKA
69 "ANDA SANGAT MIRIP DENGAN AYAHKU"
70 PERASAAN KEDUA AYAH DAN ANAK ITU
71 "MAAFKAN SAYA"
72 ANAKKU
73 BERUSAHA MEMPERBAIKI KACA YANG RETAK
74 HUBUNGAN BATIN ANTARA AYAH DAN ANAK
75 PERASAAN INI MASIH TETAP SAMA
76 KOMA
77 DARREN & ZIA
78 PENANTIANNYA AKHIRNYA TERBAYARKAN
79 FAKTA DARI ZIA
80 KEMBALI BERSAMA?
81 RUMAH SESUNGGUHNYA
82 AKHIR DARI KISAH MEREKA
Episodes

Updated 82 Episodes

1
AWAL
2
RENCANA PERJODOHAN
3
MAKAN MALAM
4
BAJU PENGANTIN
5
HARI H
6
RUMAH BARU
7
HARI PERTAMA SETELAH MENIKAH
8
SIKAP DINGIN DARREN
9
SISI LAIN DARREN
10
BUBUR UNTUK DARREN
11
DARREN MARAH
12
SEMAKIN DINGIN
13
MASIH SAMA
14
DIRGA & ZIA
15
PERLAHAN BERUBAH???
16
TIDUR BERDUA???
17
AKHIR PEKAN
18
DIRGA DAN ANHAR
19
PROM NIGHT
20
MERINDU
21
CEREWET
22
BELAJAR AGAMA
23
DARREN & MELINDA
24
SEKAMAR
25
TOKOH BUNGA MILIK ZIA
26
DARREN BERULAH
27
SIAPA DIA???
28
MENUNGGUNYA
29
BELUM ADA KABAR
30
SIKAPNYA BERBEDA
31
SUASANA HATINYA SEPERTI CUACA
32
DEMAM
33
SIAPA???
34
ANTONI & NANDO
35
PASAR MAALAM
36
HONEYMOON
37
HONEYMOON 2
38
KABAR BURUK ATAU KABAR BAIK???
39
AWAL KEHANCURAN
40
ARONALD MURKA
41
LUPA???
42
MENGULANGINYA LAGI
43
DEFENISI TAKDIR
44
PROYEK YANG DIJIPLAK
45
PARFUM WANITA???
46
FAKTA
47
ADA APA DENGANNYA??
48
PULANG KERUMAH ABI ABRAHAM
49
PANIK
50
TAMU TAK DIUNDANG
51
TANPA ALASAN YANG JELAS
52
BENCANA
53
RUMAH SAKIT
54
BIMBANG
55
SALAH PAHAM
56
SALAH PAHAM 2
57
HUKUMAN
58
PERASAAN KHAWATIR DAN SENANG SECARA BERSAMAAN
59
TERBONGKAR
60
APA INI AKHIR DARI KISAH PERNIKAHANNYA?
61
MENYERAH ATAU BERTAHAN???
62
PILIHANNYA MENYERAH
63
AKU TIDAK MENYERAH, HANYA SAJA AKU...
64
KEHIDUPAN BARU
65
MENATA KEHIDUPAN YANG BARU
66
SEMUANYA HANYA TINGGAL PENYESALAN
67
WAKTU YANG TERUS BERJALAN
68
SAMA-SAMA TERLUKA
69
"ANDA SANGAT MIRIP DENGAN AYAHKU"
70
PERASAAN KEDUA AYAH DAN ANAK ITU
71
"MAAFKAN SAYA"
72
ANAKKU
73
BERUSAHA MEMPERBAIKI KACA YANG RETAK
74
HUBUNGAN BATIN ANTARA AYAH DAN ANAK
75
PERASAAN INI MASIH TETAP SAMA
76
KOMA
77
DARREN & ZIA
78
PENANTIANNYA AKHIRNYA TERBAYARKAN
79
FAKTA DARI ZIA
80
KEMBALI BERSAMA?
81
RUMAH SESUNGGUHNYA
82
AKHIR DARI KISAH MEREKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!