Dikecewakan Lagi

"Yes...! yes....! yes....!" Akhirnya aku akan memiliki perempuan yang sangat menyayangiku, karena dari tutur sapanya Dia sangat mengagumiku." ujar Akmal sambil menari-nari kegirangan karena Penantian yang selama ini ia tunggu sebentar lagi akan menjadi kenyataan. dia akan memiliki seorang pacar dan menikah sebagaimana mestinya seorang laki-laki yang normal.

Tanpa membuang waktu Akmal pun menuju ke tempat tidur disambut dengan kasur empuk yang memeluknya dengan begitu hangat, lamunannya mulai terbang menari-nari membayangkan keindahan esok hari ketika dia bertemu dengan Sari Kumala, sampai Lamunan itu terbawah ke alam impian dan terasa seperti nyata.

Keesokan harinya, sore hari kira-kira pukul 02.30 Akmal sudah duduk di cafe senja, seperti biasa dia membawa satu ikat bunga yang tadi ia beli Ketika pulang dari rumah sakit, menghadapi satu gelas kopi yang dingin sebagai teman menunggu.

"Hai, aku adalah Akmal Sanjaya, orang yang kamu telepon tadi malam. Terima kasih kamu sudah datang, aku sangat senang bisa bertemu denganmu. Hai aku Akmal Sanjaya, kamu Sari kumala memang benar-benar sangat cantik  aku sangat senang mengenalmu." seperti biasa sebelum bertemu wanita yang dia kenal dari situs kencan online, Akmal akan melafalkan mantra-mantra pembicaraan yang akan nanti ia bahas bersama orang yang akan ia temui, namun seperti biasa kata-kata itu seketika hilang ketika berhadapan langsung dengan wanita cantik.

Akmal terlihat menunggu dengan gelisah. sesekali dia melihat ke arah jam yang ada di tangannya, sesekali dia membetulkan kacamata yang sedikit melorot ke arah hidung, kadang kepalanya memindai keadaan sekitar mencari-cari orang yang akan bertemu dengannya, karena tadi malam perempuan yang bernama Sari Kumala akan datang lebih awal, namun 15 menit menunggu Akmal belum melihat tanda-tandanya.

Gerak-gerik Akmal diperhatikan oleh seorang pelayan yang sudah sangat mengenalnya, meski dia tidak pernah mengobrol namun dia sangat paham dengan wajah Akmal yang sering mendatangi Cafe senja.

"Kasihan pria itu, dia terlihat gelisah." Ujarnya sama barista yang sedang menyiapkan pesanan pelanggan.

"Pria yang mana?" tanya sang barista sambil memindai keadaan sekitar di sela-sela pekerjaan yang sangat menumpuk.

"Itu yang duduk di dekat dinding, dengan mengenakan kemeja putih, dan ada Seikat Bunga di mejanya."

"Oh yang itu, emang kamu sangat mengenalnya?" tanya barista yang menatap ke arah orang yang ditunjukkan dari sela-sela gelas yang digantung di atas meja Bar.

"Kalau kenal sih nggak, Tapi kalau tahu Iya."

"Kok bisa seperti itu?" tanya barista sambil terlihat mengerut tidak paham dengan jawaban yang diberikan.

"Kalau kenalan, kita harus ngobrol. tapi kalau tahu kita bisa hanya dengan melihat."

"Emang dia lagi ngapain, Terus kenapa kamu bilang kasihan?"

"Pria itu sering mengunjungi kafe kita untuk menemui seorang perempuan yang mungkin dia kenal dari aplikasi kencan, karena setiap kali Ia datang pasti perempuan yang ia temui selalu berbeda. namun meski seringkali kali dia bertemu dengan perempuan, tapi tidak ada satu perempuan pun yang tertarik dengannya. perempuan-perempuan yang ia temui mereka tidak menyelesaikan pembicaraan mereka keburu pergi, karena aku sekilas Mendengar pembicaraan pria itu sangat kaku."

"Kasihan sekali pria malang itu. terus Sudah berapa lama dia datang ke kafe kita?"

"Mungkin sekitar 3 tahun, karena hampir setiap minggu dia selalu datang ke cafe sini, meski tidak untuk bertemu dengan seorang wanita karena tidak membawa bunga."

"Jadi kita bisa menyimpulkan Kalau pria itu membawa bunga dia akan bertemu dengan seorang wanita  kalau tidak membawa bunga berarti dia ke cafe hanya untuk ngopi?"

"Benar begitu, namun dia selalu datang sendiri, mungkin dalam hidupnya sangat kesepian tidak pernah memiliki teman."

"Lah kenapa kita malah ngomongin orang, sudah antar minumannya!" ujar barista itu telah mengetahui semuanya seolah tidak tertarik dengan kesedihan yang sedang dialami oleh Akmal Sanjaya.

"Ini pesanan meja nomor 8 kan?" tanya waiter itu memastikan setelah menyimpan empat gelas minuman di atas nampannya.

"Benar, Ya sudah tolong diantar, nanti mereka kelamaan menunggu."

Tidak ada pembicaraan lagi antara mereka, sang barista kembali melanjutkan pekerjaan namun sebelum itu dia mengeluarkan handphone kemudian memotret Akmal secara diam-diam, entah apa maksud dan tujuannya. Sedangkan waiter dia pergi meninggalkan meja bar Untuk mengantarkan pesanan, Setibanya di meja pemesan, waiter itu mulai menaruh gelas-gelas sesuai minuman yang dipesan oleh para pelanggan.

"Kasihan banget pak dokter Akmal Sanjaya Yang Malang dan menyedihkan itu, karena dia pasti sudah bosan menunggu wanita yang tak kunjung datang." ujar seorang perempuan dengan suara pelan, sudut matanya melirik ke arah Akmal Sanjaya yang masih gelisah, Setelah orang yang mengantar minuman kembali melanjutkan pekerjaan.

"Biarkan saja! supaya dia mendapat pelajaran. tidak seharusnya Dia mengintip kita kemarin malam." jawab yang pria dengan menatap sinis ke arah Akmal.

"Iya pasti dia menyesal, Namun bukan menyesal karena sudah mengintip kita tapi menyesal sudah membeli bunga itu karena wanita yang ditunggu tidak kunjung datang."

"Biarkan saja kita perhatikan sampai sejauh mana kesabarannya." Obrolan di meja itu yang terus dihiasi dengan senyum yang merendahkan.

Sedangkan orang yang diperhatikan dia sudah memesan sebuah makanan yang terbuat dari pisang, dia mulai menyantap makanannya dengan wajah yang sedikit gelisah dipenuhi ketakutan, kalau orang yang ditunggu tidak kunjung datang. Sesekali dia melihat jam yang ada di tangan bahkan beberapa kali dia terus mengecek handphonenya takut ketika ada telepon tidak terpantau.

Suasana di cafe senja Saat sore tiba menyapa, Cafe itu terlihat merayakan suasana yang tenang dan romantis. Cahaya senja yang lembut menyinari kafe, menciptakan nuansa hangat dan memancarkan pesona yang tak terlupakan. Meja-meja kayu yang teratur dihiasi dengan lilin-lilin kecil yang menyala, memberikan sentuhan magis pada setiap sudut.

Aroma kopi yang mendalam memenuhi udara, menggoda indera setiap pengunjung. Barista dengan hati-hati menyajikan secangkir kopi yang kaya akan cita rasa, sementara suara mesin penggiling kopi terdengar dalam irama yang hening.

Para pengunjung, beberapa di antaranya duduk dengan buku atau laptop, menikmati ketenangan Cafe Senja. Lampu gantung dengan desain artistik menggantung di atas setiap meja, menciptakan suasana yang cocok untuk pertemuan santai atau momen introspeksi.

Di sudut kafe, musik akustik yang lembut mengalun dari speaker, menambah kehangatan suasana. Beberapa pasang mata tertuju pada jendela yang memperlihatkan langit yang memerah, menciptakan latar belakang yang memukau untuk percakapan santai. Namun berbeda dengan Akmal yang masih dipenuhi kekhawatiran karena Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 wanita yang ditunggu tidak kunjung menampakan batang hidungnya. jangankan untuk menyapa untuk memberi kabar lewat telepon Iya tidak menerima.

Waktu pun terus berputar seperti tidak lelah untuk terus berjalan, Detik demi detiknya terus bertambah tidak ada yang bisa menghentikan, membuat Akmal semakin diliputi oleh rasa kecewa. namun dia tetap duduk sendirian tanpa ada yang menemani, meski dalam hatinya dia mengumpat banyak tentang wanita yang sudah membohonginya.

Kira-kira pukul 17.00 Akmal yang sudah kehabisan kesabaran karena nomor Sari Kumala tidak bisa dihubungi untuk menanyakan Kenapa dia tidak jadi datang. Akhirnya Akmal pun membangkitkan tubuh setelah menyimpan uang untuk membayar semua makanannya. dia sudah memutuskan akan pulang ke rumah dan mungkin tidak akan percaya lagi dengan perempuan yang terlihat menyukainya, padahal hanya mengerjai seperti tidak puas dengan apa yang sudah ia alami sebelum-sebelumnya.

Dengan hati yang sangat hancur Akmal mulai melangkahkan kakinya menuju ke pintu kaca yang besar, melewati keempat pengunjung cafe yang sejak dari tadi memperhatikannya. ketika Akmal lewat di hadapan Mereka salah satu dari mereka ada yang berbicara.

"Apakah foto yang dijadikan profil adalah foto terbaru?"

"Yah itu adalah foto terbaru, aku mengambilnya di Rumah Sakit Harapan sembuh. kenapa kamu tidak percaya?" jawab yang perempuan dengan tertawa.

Episodes
1 Mengenaskan
2 Hidup Yang Malang
3 Janjian Lagi
4 Dikecewakan Lagi
5 Kembali Ke rutinitas
6 Menghadiri Pesta
7 Menggoda wanita Cantik
8 Namanya Shakila
9 Memeriksa Gigi
10 Ektrasi Gigi
11 Pekerjaan Akmal
12 Alergi Dermatitis kontak
13 Komplek Perumahan Sentosa
14 KDRT
15 khawatir
16 Bertemu du Taman
17 Berubah
18 Semakin Dekat
19 Akmal Bahagia
20 Sangat Bahagia
21 Khawatir
22 Aku Sudah Menikah
23 Solusi Buat Shakila
24 Eksekusi
25 Tidak Menyerah
26 Menghabisi Ramlan
27 Menghilangkan Jejak
28 Ramlan Dikuburkan
29 Shakila bersedih
30 Doa Untuk Ramlan
31 Akmal Pulang Ke Jakarta
32 Kenyataan Pahit
33 Penghianatan Besar
34 Penderitaan
35 Keberhasilan Shakila
36 Aku Bukan Orang Bodoh
37 Mencari Rinto
38 Aktivitas Shakila
39 Menginap Dirumah Bibi
40 berkunjung Kerestoran Fram In The Country
41 Disiksa Kembali
42 Mengatur Siasat
43 Reparasi Kunci
44 Terus Bergerak
45 Kunci Duplikat Sudaj Ditangan
46 Cari Mobil Sewaan
47 Resep Obat
48 Mempersiapkan Semuanya Dengan Matang
49 Sewa Mobil
50 Menunggu Waktu Tepat
51 Mengintai
52 Menyelinap
53 Mereka Datang
54 Mereka Terperdaya
55 Menghilangkan Barang Bukti
56 Alergi Shakila Kambuh
57 Rem Loss
58 Kecelakaan
59 Menikmati Kemenangan
60 Strategi Selanjutnya
61 Penyebab Kecelakaan
62 Teror Terus Berlanjut
63 Biang Keladinya
64 Melampiaskan Amarah
65 Melaporkan Semuanya
66 Kalah Lagi
67 Salah Memilih Lawan
68 Menikmati Kemenangan
69 Kembali Kerutinitas
70 Pengagum Rahasia
71 Menemui bibi Ati
72 Apa Yang Terjadi Pada Ibu
73 Permusuhan Terus Berlanjut
74 Ada Ular Di Rumah
75 Dibuat Panik
76 Sop Kura-Kura
77 R.I.P. Robby
78 Balas Dendam kematian Robby
79 Mempersiapkan Diri
80 Penabrak Ramlan
81 Laporan
82 akmal diinterogasi
83 Memutar Balikan Fakta
84 Shakila Ditelepon Polisi
85 Akmal Menelpon
86 Kelicikan Akmal
87 Terpaksa Mengikuti
88 Menemui Akmal
89 Sambutan Yang Begitu Baik
90 Permainan Yang Cantik
91 Akmal Melawan
92 Shakila Menghilang
93 Shakila Disekap
94 Balas Dendam Untuk Robby
95 Pembelaan Rinto
96 Pembelaan Shakila
97 Diuji
98 Kebohongan
99 Rinto Sangat Ketakutan
100 Siksaan
101 Cabut Gigi
102 Menghilangkan Jejak
103 Menggali Lubang
104 Memberi Makan
105 Mencoba
106 Tidak Kuat
107 Dipaksa
108 Perawatan intensif
109 Melanjutkan Pekerjaan
110 Membawa Tubuh Rinto
111 Dikubur
112 Melanjutkan Penggalian
113 Giliran Shakila
114 Tamat
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Mengenaskan
2
Hidup Yang Malang
3
Janjian Lagi
4
Dikecewakan Lagi
5
Kembali Ke rutinitas
6
Menghadiri Pesta
7
Menggoda wanita Cantik
8
Namanya Shakila
9
Memeriksa Gigi
10
Ektrasi Gigi
11
Pekerjaan Akmal
12
Alergi Dermatitis kontak
13
Komplek Perumahan Sentosa
14
KDRT
15
khawatir
16
Bertemu du Taman
17
Berubah
18
Semakin Dekat
19
Akmal Bahagia
20
Sangat Bahagia
21
Khawatir
22
Aku Sudah Menikah
23
Solusi Buat Shakila
24
Eksekusi
25
Tidak Menyerah
26
Menghabisi Ramlan
27
Menghilangkan Jejak
28
Ramlan Dikuburkan
29
Shakila bersedih
30
Doa Untuk Ramlan
31
Akmal Pulang Ke Jakarta
32
Kenyataan Pahit
33
Penghianatan Besar
34
Penderitaan
35
Keberhasilan Shakila
36
Aku Bukan Orang Bodoh
37
Mencari Rinto
38
Aktivitas Shakila
39
Menginap Dirumah Bibi
40
berkunjung Kerestoran Fram In The Country
41
Disiksa Kembali
42
Mengatur Siasat
43
Reparasi Kunci
44
Terus Bergerak
45
Kunci Duplikat Sudaj Ditangan
46
Cari Mobil Sewaan
47
Resep Obat
48
Mempersiapkan Semuanya Dengan Matang
49
Sewa Mobil
50
Menunggu Waktu Tepat
51
Mengintai
52
Menyelinap
53
Mereka Datang
54
Mereka Terperdaya
55
Menghilangkan Barang Bukti
56
Alergi Shakila Kambuh
57
Rem Loss
58
Kecelakaan
59
Menikmati Kemenangan
60
Strategi Selanjutnya
61
Penyebab Kecelakaan
62
Teror Terus Berlanjut
63
Biang Keladinya
64
Melampiaskan Amarah
65
Melaporkan Semuanya
66
Kalah Lagi
67
Salah Memilih Lawan
68
Menikmati Kemenangan
69
Kembali Kerutinitas
70
Pengagum Rahasia
71
Menemui bibi Ati
72
Apa Yang Terjadi Pada Ibu
73
Permusuhan Terus Berlanjut
74
Ada Ular Di Rumah
75
Dibuat Panik
76
Sop Kura-Kura
77
R.I.P. Robby
78
Balas Dendam kematian Robby
79
Mempersiapkan Diri
80
Penabrak Ramlan
81
Laporan
82
akmal diinterogasi
83
Memutar Balikan Fakta
84
Shakila Ditelepon Polisi
85
Akmal Menelpon
86
Kelicikan Akmal
87
Terpaksa Mengikuti
88
Menemui Akmal
89
Sambutan Yang Begitu Baik
90
Permainan Yang Cantik
91
Akmal Melawan
92
Shakila Menghilang
93
Shakila Disekap
94
Balas Dendam Untuk Robby
95
Pembelaan Rinto
96
Pembelaan Shakila
97
Diuji
98
Kebohongan
99
Rinto Sangat Ketakutan
100
Siksaan
101
Cabut Gigi
102
Menghilangkan Jejak
103
Menggali Lubang
104
Memberi Makan
105
Mencoba
106
Tidak Kuat
107
Dipaksa
108
Perawatan intensif
109
Melanjutkan Pekerjaan
110
Membawa Tubuh Rinto
111
Dikubur
112
Melanjutkan Penggalian
113
Giliran Shakila
114
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!