enam belas

Syafa merasa sedikit gugup namun juga bersemangat saat mobil yang dikendarainya mulai memasuki perumahan tempat Hasby tinggal. ini kalo pertama ia datang kerumah Hasby, awalnya ia berpikir akan melihat rumah keluarga Hasby ketika sudah resmi nanti.

Hasby yang peka, melirik Syafa.

"Dibawa santai, sebentar lagi itu juga jadi rumah kamu," ucapnya.

Syafa mengangguk.

Sesampainya di rumah keluarga Hasby, Syafa disambut dengan hangat oleh Bibah.

"Assalamu'alaikum," ucap keduanya.

"Wa'alaikumsalam, selamat datang, Nak Syafa. Ayo, masuk, Ummi sudah siapkan minum," ucap Bibah dengan senyum lembut.

Bibah langsung menggandeng lengannya, Syafa sempat menoleh pada Hasby. Pria itu tersenyum padanya.

Syafa pun duduk bersama Bibah. Mata tak bisa bohong, Syafa kagum melihat rumah Hasby yang sangat luas, saat masuk tadi ia sudah melihat nuansa timur tengah yang mendominasi rumah ini, ruang tamu saja seperti aula. Ada juga tempat duduk yang pendek tanpa kaki kursi, Syafa yakin itu seperti bantal tapi terlihat sangat nyaman, ditambah ada karpet dibawahnya menutupi seluruh lantai.

Mereka berbincang-bincang.

"Kamu sibuk nggak tadi? soalnya Ummi tiba-tiba banget minta kamu kesini, Ummi harus berangkat ke Mesir hari ini. khawatir sama jiddahnya Hasby ..." ucap Bibah.

"Nggak sibuk kok Ummi, Syafa kesini juga karena kaget dengar berita soal jiddah yang sakit, mi."

Bibah mengusap-usap lengan Syafa, ia tampak sangat menyayangi calon menantunya, Hasby bersyukur sekali ibunya bersikap seperti itu.

"Bulan depan kalian sudah menikah, maafin Ummi ya, semua diluar planning kita. Padahal Ummi mau nemenin kamu buat semua persiapan pengantin sebelum menikah," ucap Bibah dengan wajah sendu.

Di hari-hari sebelumnya, wanita itu memang berjanji ingin menemani Syafa untuk melakukan perawatan pengantin, dan menghAbiskan waktu bersama sebelum hari akad tiba. Namun, musibah tiba tanpa diduga.

Syafa mengangguk dengan penuh pengertian. "Ummi, Syafa baik-baik aja, yang terjadi sekarang ini bukan hal yang kita semua mau. Ummi jangan sedih! Syafa bisa ngelakuin itu sendiri kok, cukup dengan ridho dan doa Ummi aja insyaallah Syafa bisa. Yang paling utama sekarang kesehatan jiddah."

"Ummi tenang aja, menantu Ummi ini kuat!"

Ucapannya itu mengundang senyuman bangga dari Hasby. Syafa sukses membuat tenang hati mertuanya, ah ... Siapa yang tidak jatuh hati pada gadis seceria Syafa? semua mertua ingin menantu yang pandai seperti ini.

Bibah tersenyum haru. "Terima kasih, Nak. Ummi tuh selalu ridho in kamu, semoga kamu dan Hasby juga diridhoi Allah dan dipermudah sampai hari akad."

"Amiin," ucap Hasby dan Syafa serempak.

"Tapi, kamu tenang aja, Nak. Ummi bakal pulang seminggu sebelum akad, karena banyak yang harus Ummi handle."

Bibah pun memeluk Syafa dan Hasby bergantian.

"Inget ya, selama Ummi, Abi nggak ada di rumah, kamu jangan berani-berani datangi Syafa kerumahnya!" Tegas Bibah menatap tajam putra sulungnya, Hasby.

"Iyaa, Ummi. Larangan Hasby terima," ucap Hasby.

Di sela-sela perbincangan, Fathimah yang baru saja datang dari luar rumah langsung heboh saat melihat kehadiran Syafa dirumahnya, ia buru-buru mendekati Syafa lalu mencium tangannya. Sangking semangatnya ia hampir mencium tangan ibu dan kakaknya sendiri.

"Kak Hasby kok nggak bisa, sih. Ada kak Syafa," protesnya.

"Kamu dirumah?" tanya Hasby.

"Y-ya enggak, tapi kakak, kan. bisa telepon aku." Fathimah ini sangat menyukai Syafa, dari dulu ia selalu ingin punya kakak perempuan, akhirnya ia bisa mendapatkannya.

Ditambah Syafa begitu cantik dan ramah, orangnya sangat asik diajak berbicara.

Bibah hanya bisa geleng-geleng kepala melihat keributan antara putra sulungnya dan putri bungsunya. Begitu pula Syafa, ia tersenyum.

Betapa hangatnya keluarga kecil ini, Ia merasa semakin siap untuk menjadi bagian dari keluarga ini.

"Ummi, sore ini berangkat?" tanyanya, akhirnya sadar bahwa Ummi nya masih duduk di sana.

"Iyaa, sore ini. Ummi tunggu Abi kamu pulang."

"Fathi ikut mi! biar kak Hasby yang bawa mobil ke bandara," pintanya.

"Ummi sama Abi ke bandara diantar pak aji aja, Nak. kakak kamu baru pulang, Ummi juga nggak mau menantu Ummi ini capek." Bibah menatap Syafa dengan penuh kasih sayang.

Fathimah cemberut.

"Syafa istirahat aja dulu, kamu mau ketemu Abi, kan?"

Syafa mengangguk.

"Kak, istirahat dikamar Fathi aja, sekalian Fathi mau kakak liat kamarnya," ajaknya.

Syafa tersenyum lembut, dengan senang hati ia menerima ajakan Fathimah.

"Boleh, ayo kita ke kamar kamu."

Fathimah sangat bersemangat, ia menggandeng tangan Syafa dan membawanya ke kamar. Sebelum itu ia sempatkan untuk melontarkan kalimat ejekan pada sang Kakak, Hasby.

"Yang sabar ya, aku lebih dulu menggandeng tangan ini ke kamar aku," ejeknya.

Syafa maupun Bibah tertawa mendengarnya.

Sesampainya di sana, Syafa terpana melihat dekorasi kamar yang sangat indah. Suasana kamar tampak lembut dan romantis, warna cat didominasi oleh warna-warna pastel yang membuatnya terasa nyaman. Tempat tidur Fathimah juga keliatan manis dengan motif floral dan renda, ia ternyata gadis yang sangat lucu.

"Wah, kamar kamu cantik banget. Mirip putri Disney," puji Aisha tulus.

"Kakak suka? Aku senang kalo kak Syafa juga suka. Sini deh kak, coba duduk disini," ajaknya sambil menuntun Syafa untuk duduk di sofa kecil berwarna pink pastel yang terlihat nyaman.

Syafa duduk dengan hati-hati, menikmati ketenangan dan kenyamanan kamar itu. Ia merasa semakin dekat dengan keluarga Hasby.

Jujur, sejak tiba ia tak henti terkagum-kagum melihat rumah mereka. Terlebih kamar putri bungsu ini, mereka sangat mewah.

"Kak, kamu coba tiduran di kasur aku. Kamu pasti suka," pintanya.

"Nggak usah, dek. duduk disini aja udah cukup kok," ucap Syafa, segan.

Bukan Fathimah namanya kalau tidak memaksa, Syafa akhirnya menurut, tapi ia juga mau kalau Fathimah ikut berbaring disana.

"Gimana? Nyaman, kan?"

Syafa terpana, lagi dan lagi. Kasur ini begitu empuk!

"Kok ...."

"Ini spring bed Therapedic, kak. khusus untuk aku, karena aku sering duduk lama waktu ngaji di pesantren, sering sakit punggung. Jadi Ummi belikan ini. Kasur ini support sempurna buat tubuh."

"Kalo boleh tau ... Berapa harganya?" tanya Syafa dengan hati-hati.

"Ummi beli sekitar dua puluh lima juta, kak."

Syafa meringis mendengar harga kasur yang digunakan. Orangtua Syafa juga kaya, tapi ia tak menyangka ada kasur dengan harga semahal ini, ia biasa membeli dengan harga tiga juta-an saja. Rasanya berat hati untuk meniduri kasur semahal ini.

'kalo aku melihara tuyul pun, aku bakal mikir dua kali untuk beli kasur ini ....'

'huhu dimana ayah ketemu keluarga seperti ini, minder isi dompet Syafa , ayah.'

"Ini nggak seberapa sama harga spring bed kak Hasby."

"Hah?"

"Punya kak Hasby lebih empuk, mungkin karena kakak udah tua juga," lanjutnya.

Syafa menunduk, ia sudah kaget dua kali. Tiba-tiba Fathimah mendekat.

"Punya kak Hasby, harganya tiga puluh empat juta, kak."

"Dek, kamu nggak bohong, kan?"

"Allah maha melihat dan maha mendengar, kak."

'Ayah, jemput Syafa, dong !'

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

🤭🤭 harga kasur aj sampe puluhan juta..

2024-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!