Kunjungan Kawan Lama

Berbaring seharian tanpa melakukan sesuatu sama sekali bukanlah gaya seorang Thomas Harrison. Meskipun rasa ngilu di sekitar perutnya masih sesekali mengganggu, tapi ia merasa lebih tersiksa dan hampir mati karena bosan hari itu. jadi setelah menghubungi Rendi untuk bertukar informasi, ia menyempatkan diri meminta Rendi untuk mengirimkan seorang teman yang bisa membantunya mengusir rasa bosan.

Tak lama kemudian seorang wanita berperawakan tegap dan berwajah tegas tiba di kamar Tom.

“Aish, kenapa Ester Liu sih?” gumam Tom menahan kekesalannya kepada Rendi.

“Hai Tom! Rendi bilang kamu butuh teman untuk mengusir bosan.”

“Kalian jelas tahu betul apa yang aku maksud, tapi kenapa malah melakukan ini kepadaku yang nyaris mati tertikam?” keluh Tom.

“Haha.. Tenang saja! Aku datang bukan untuk mengusir kebosananmu. Hanya ingin mendiskusikan sesuatu.” Ester Liu duduk di kursi lalu meletakkan sebuah berkas di meja sambil menunggu Tom bangun dari ranjangnya untuk menghampirinya.

Tom terpaksa mengikuti keinginan Ester Liu karena teman lamanya itu tahu betul bahwa ia paling tidak tahan pada rasa penasaran. “Apa ini?”

“Rendi sudah mengirimkan data di dompet itu dan aku sudah memeriksanya. Mereka bukan orang Tiongkok, melainkan warga negara kalian.”

“Apa?”

“Mereka datang sehari setelah kalian. Lalu menurut beberapa saksi mata dan rekaman kamera pengawas, sejak tiba mereka sudah menunggu kalian seharian di sekitar hotel. Jadi sementara ini bisa disimpulkan kalau ini bukan sebuah kebetulan atau salah sasaran seperti yang kau harapkan.”

Tom menghela nafas. “Lalu siapa?”

“Rendi sedang menyelidiki lebih lanjut berdasarkan keterangan yang sudah ada. Dia pasti akan segera melapor. Aku tahu dia tidak pernah mengecewakan.”

“Kalau kau begitu yakin kenapa tidak menikah saja dengan dia?”

“Apa kau sudah merestui kami?”

“Ganti kewarganegaraanmu dan gaya tomboymu! baru aku akan mempertimbangkannya.”

“Kau masih saja kejam.”

“Terima kasih.”

Lalu samar-samar Tom mendengar suara langkah kaki Ailen menuju ke kamarnya. Ia masih kesal karena hari itu Ailen sepertinya sengaja meninggalkannya sendirian di dalam kamar sementara ia bersenang-senang menikmati keindahan kota Beijing yang sejuk seorang diri.

Tepat saat Ailen hendak membuka pintu, Tom menarik tangan Ester Liu sehingga wanita berdarah Tiongkok dan berkewarganegaraan Amerika itu jatuh kedalam pangkuannya. Dengan gaya flamboyannya, Tom terus menebar aksi mesra menggoda Ester Liu di hadapan Ailen.

Ester Liu membiarkan Tom melakukan aksinya sesuka hati karena ia paham betul apa tujuannya setelah melihat Ailen masuk ke dalam kamar. Tapi tatapan mata jijiknya tidak dapat berbohong. Meskipun ia duduk di pangkuan Tom dan saling pandang dengan jarak yang sangat dekat, tapi ia tetap merasa risih dan jijik menyaksikan sandiwara murahan Tom.

“Sayang, bisakah kau membantuku mengganti baju? Setelah terluka, aku jadi tidak leluasa mengenakan pakaian sendiri.” Pinta Tom kepada Ester Liu setengah merajuk.

Ailen yang datang dengan membawa obat-obatan dan makanan merasa canggung mendengar permintaan Tom itu. jadi ia buru-buru meletakkan nampannya di meja. “Maaf, sepertinya aku sudah mengganggu kalian. Kalau begitu aku permisi dulu.”

“Tunggu!” teriak Tom dan Ester bersamaan.

Ailen menoleh.

“Bagaimana kau bisa pergi begitu saja? Apa kau pikir aku tahu bagaimana cara menggunakan semua obat-obatan ini?”

“Bukankan ada Nona –“

Ester langsung menoyor kepala Tom dengan keras lalu bangun dari pangkuan Tom dengan tenang dan angkuh seperti biasanya. “Dasar tokek sawah! Sudahlah, aku tidak punya waktu bermain-main denganmu. Selesaikan saja urusanmu dengan gadis pohon bakaumu ini. Aku pergi dulu.”

‘Pohon Bakau? Tunggu! Bagaimana dia bisa tahu?’

Ailen tiba-tiba ingat bahwa sekitar delapan tahun lalu, saat itu ia dan Tom baru dua tahun pacaran dan Ailen mendapat tugas pengambian masyarakat di sebuah desa nelayan di pinggir kota. Waktu itu Tom sendiri yang mengantarnya ke desa itu. Tom yang saat itu sedang mengerjakan proyek motor racingnya bahkan bersedia mengambil cuti dan menunda proses peluncuran hanya demi menemani Ailen selama seminggu disana.

Lalu suatu hari seorang anak nelayan berbincang dengannya dan menanyakan andai bisa memilih, Ailen ingin menjadi apa. Dan dengan bodohnya, ia menjawab pohon bakau. Ketika ditanya kenapa, ia berfilosofi bahwa pohon bakau kuat dan mampu melindungi warga dari abrasi. Padahal kemudian ia berkata jujur kepada Tom bahwa saat itu tidak ada apapun yang terlintas di kepalanya dan ia hanya melihat sebuah pohon bakau di dekatnya.

Jadi karena tidak ingin tampil memalukan di hadapan seorang bocah kecil, Ailen akhirnya menjawab bakau dan mengarang cerita filosofis itu. Tapi pada akhirnya ia baru tahu bahwa pohon bakau di desa itu tidak lebih dari pohon biasa yang dianggap tidak berguna selain hanya tumbuh liar di tepi pantai untuk menahan ombak dan badai.

‘Kalau dia tahu tentang cerita pohon bakau itu, itu artinya mereka pasti akrab dan sudah lama seling kenal. Dia pasti bukan salah satu dari koleksi wanita milik Tom.’

“Baiklah, Tom. Mau aku bantu mengganti pakaian?” tawar Ailen kemudian.

“Ngga perlu.”

“Tunggu! Luka kamu berdarah lagi.” pekik Ailen ketika melihat ada noda darah di pakaian Tom.

‘Sial, pasti tersentuh saat memangku Ester tadi. kalau saja aku tahu Ailen akan bersikap biasa seperti ini, ngga bakalan aku memangku tubuh Ester yang hampir setinggi dan seberat tubuhku.’ Gumam Tom dalam hati.

“Aku bantu kamu kembali ke ranjang dulu. Setelah itu aku akan memanggil dokter Gu untuk memeriksa luka kamu.”

Tom menuruti perkataan Ailen dengan patuh. Tapi saat ia sudah berbaring di ranjang, ia menahan tangan Ailen agar tidak pergi. “Tidak perlu memanggil dokter. Aku tidak apa-apa.”

“Ngga bisa. Ini bisa jadi infeksi kalau dibiarkan. Aku ngga akan lama. kamu tunggu saja di sini!”

Tom kembali menarik Ailen yang memaksa untuk pergi sehingga tubuh gadis itu jatuh terduduk di tepi ranjang. “Temani saja aku di sini, maka semua akan baik-baik saja.”

“Tapi –“

Tom menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya tanda meminta Ailen tidur di sana. sementara Ailen terlihat berfikir dan mempertimbangkan banyak hal.

“Kau tidak mau?”

“Aku –“

Brak!

Tiba-tiba saja pintu kamar Tom terbuka. Tuan Li masuk dengan tergopoh-gopoh untuk menemui Tom.

“Tuan Li? Ada apa?”

“Gawat. Kabar buruk. Rendi berusaha menghubungi hp kamu berkali-kali tapi katanya tidak bisa.”

Tom segera mengecek hpnya yang ternyata memang sudah mati karena lowbat dan belum sempat mengisi daya. “Ada apa?”

“Rendi bilang kamu harus segera tahu kalau Kathrine tewas di apartmentnya dan sementara ini, orang yang paling dicurigai terkait kasus itu adalah kamu.”

“Apa?!”

**************************************

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!