Hanya Peduli Padamu

Tom memulai pestanya. Dengan beberapa patah kata saja, para tamu yang kebanyakan adalah para gadis dibuat berteriak-teriak histeris terbius pesonanya. Musik upbeat yang dimainkan dj bergema dengan keras membuat para tamu mulai menggila menari dan berjoget.

Tidak seperti para gadis yang kian menggila berusaha mendapatkan kesempatan untuk mendekati Tom, Ailen justru mencari tempat yang lebih tenang agar ia bisa menikmati sisa kedamaian yang hanya sedikit saja tersisa dari malam gila itu. ia duduk di dekat spot makanan yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Ada aneka sajian di atas meja, namun ia juga sengaja mendatangkan seorang chef terkenal untuk standby melayani permintaan tambahan dari para tamu.

“Ingin makan sesuatu, Nyonya?”

Ailen menggeleng. Tidak ada satupun menu makanan yang menarik seleranya. Jadi ia hanya mengambil sepotong apel untuk mengganjal perutnya yang mulai keroncongan. Bagaimanapun juga kesibukannya hari itu membuatnya melewatkan makan siang dan makan malam sekaligus. Pantas saja kalau para cacing yang ada di dalam perutnya mulai meronta-ronta.

Tak lama kemudian Sherin datang menghampirinya sambil membawa dua gelas minuman. Ia menyerahkan salah satunya kepada Ailen.

“Tom sudah banyak berubah yah? Awalnya aku tidak percaya dengan rumor yang beredar. Tapi melihatnya langsung malam ini membuat aku kehilangan alasan untuk tidak percaya.”

“Memangnya rumor tentang apa?” tanya Ailen sambil meneguk minuman yang Sherin berikan kepadanya.

“Mereka bilang Tom adalah pria yang tidak pernah bisa melewatkan seharipun dengan para wanita. Ia bahkan bisa empat sampai lima kali berganti pasangan dalam sehari. Ia juga tidak pernah dua kali menggunakan wanita yang sama. Kebayang kan berapa banyak koleksi wanita yang dimiliki Tom?”

Ailen tidak berkomentar sedikitpun. Tapi diam-diam ia memperhatikan para wanita yang tengah mengerumuni Tom malam itu. tidak ada satupun dari sembilan wanita yang ditemuinya di kolam kemarin yang hadir di pesta malam itu.

Semua wanita yang ada di sana adalah para wanita yang sengaja diundangnya, lalu para wanita pilihan Tom yang tak dikenalnya dan Kathrine yang diundang khusus oleh Dave. Sisanya adalah para petinggi perusahaan dan beberapa pejabat yang hanya duduk di kursi tamu sambil menikmati hidangan yang disajikan.

Meskipun ada banyak tamu penting di pestanya, Tom sama sekali tidak segan menari sambil menggila bersama para wanitanya. Bukan Tom namanya jika peduli dengan penilaian orang lain tentangnya. Sangat berkebalikan dengan Ailen yang justru mudah tersinggung oleh gunjingan orang lain di belakangnya.

Setelah memastikan para wanita itu menikmati dan larut dalam pestanya, Tom diam-diam menyelinap keluar dari pesta dan mencari keberadaan Ailen yang mulai menghilang dari pandangannya. Ia kemudian menemukan wanita itu tengan duduk termenung di samping Sherin sambil sesekali menyuapkan potongan buah ke dalam mulutnya.

Tom mendekati chef lalu membisikkan sesuatu kepadanya. Tak lama kemudian chef itu melepaskan celemeknya dan memberikannya kepada Tom. Tom lalu melepaskan jasnya, meletakkannya di sandaran kursi, menggulung lengan kemejanya lalu mengenakan celemek yang diberikan chef itu kepadanya.

Ailen dapat dengan jelas melihat otot-otot yang kokoh di lengan Tom yang putih. Ia juga melihat bahwa jam yang dikenakan Tom malah itu adalah jam pemberiannya yang merupakan kado ulang tahun terakhir sebelum ia berpisah dengan Tom dan menikah dengan Dave. Ailen buru-buru menundukkan pandangannya ketika tahu Tom menyadari tatapannya yang berusaha menguliti lengan kekar Tom yang pernah meluluh-lantahkan hatinya itu.

“Tom, apa yang kamu lakukan? Semua wanita sedang menunggumu di sana.” tanya Sherin penasaran.

“Aku ingin membuat sup ayam yang segar.”

“Sup ayam? Kenapa bisa ada menu sup ayam di pesta seperti ini?” sela Kathrine yang baru saja tiba dan bergabung dengan mereka.

Tak lama kemudian, para wanita ikut berbondong-bondong data mengerumuni Tom yang sedang beraksi memasak semangkuk sup ayam.

(Wah kerennya. Sudah ganteng, kaya, pinter masak pula.)

(Iya nih, apa sih yang ngga bisa dilakuin seorang Tom?)

(Kenapa bisa ada laki-laki sesempurna itu di dunia ini?)

(Tuhan pasti sudah mendengar doaku dan sengaja mengirimkan Tom sebagai pangeran impianku.)

(Waaah.. jatungku hampir copot rasanya.)

Sherin diam-diam mendekati wanita yang tadi menghujat Ailen karena terpesona oleh adik iparnya sendiri. “Sekarang kamu tahu kan kenapa tidak ada seorang pun wanita yang bisa menolak pesona seorang Tom? Tidak terkecuali Ailen.”

Para wanita itu tak henti-hentinya mengelu-elukan kepiawaian Tom memotong sayuran, merebus dan mencicipinya setelah memasukkan beberapa bumbu. Mereka sudah tidak sabar untuk mencicipi maha karya dari pria idaman mereka itu.

Setelah memastikan supnya masak dengan sempurna, ia meminta chef untuk memberinya sebuah mangkok. Saat chef itu hendak membantunya menuang sup ke dalam mangkok, Tom sengaja mencegahnya.

“Biar saya lakukan sendiri. Saya mau sup ini menjadi istimewa dari awal sampai akhir.” Ujar Tom sambil mengambil alih sendok sup dan mulai menuangkannya ke dalam mangkok perlahan-lahan.

Para wanita kian menggila saling berebut siapa yang akan menjadi orang pertama yang menerima sup istimewa itu. Tapi setelah meninggalkan kompor, ia hanya melewati begitu saja kerumunan wanita-wanita itu. Ia justru menghampiri Ailen yang sedari tadi duduk manis di tempatnya seolah sama sekali tidak peduli dengan kehebohan yang Tom buat di depan kompor.

“Makanlah!” ujar Tom sambil menyerahkan mangkok sup ke tangan Ailen.

Ailen menoleh kesana kemari mengamati keadaan sekitar yang terasa mencekam karena semua mata seolah sedang tertuju dan mengintimidasinya. “Apa ini?”

“Nyonya pasti belum sempat makan kan?”

“Tapi –“

“Tom pasti tahu kalau kamu ngga bisa makan tanpa sayur. Karena itu dia sengaja memasakkan sup ayam untukmu.” sela Sherin yang paham betul dengan kebiasaan kedua mantan pasangan itu dulu.

Karena sudah ditebak dengan benar oleh Sherin, Tom memilih untuk merapikan kembali penampilannya lalu bersiap untuk melanjutkan pesta.

Sementara Ailen masih terpaku memandangi sup yang ada di tangannya. Ia tidak menyangka bahwa Tom masih akan menyempatkan diri untuk memperhatikannya dan bahkan membuatkannya semangkuk sup istimewa untuknya. Padahal ia bisa saja meminta chef untuk membuatkannya, tapi ia lebih memilih untuk terjun langsung dan membuatnya sendiri untuk Ailen.

Sherin menyenggol lengan Ailen pelan untuk menyadarkannya. “Len, kok kamu diem aja sih? Buruan dicicipin, keburu dingin.”

Ailen masih bergeming. Ia tidak tahu apakah ia pantas untuk menerima perhatian dan kebaikan Tom itu setelah semua yang dilakukannya selama ini. Tom memang banyak berubah, ia menjadi jauh lebih menakutkan dari sebelumnya. Tapi apapun yang ia lakukan, yang pasti Tom tidak pernah menyakiti ataupun mencelakainya meskipun ia bisa saja dan pantas untuk melakukannya karena pengkhianatan yang telah Ailen lakukan kepadanya dulu.

“Au! Panas!” teriak Ailen ketika tiba-tiba saja sup di tangannya itu tumpah dan membasahi dadanya.

“Kath kamu apa-apaan sih?!” protes Sherin yang langsung berdiri di hadapan Kathrine.

“Dia pantas mendapatkannya. Wanita tidak tahu malu seperti dia pantas diperlakukan lebih buruk dari ini. Dia menikahi Kak Dave tapi berani berselingkuh terang-terangan dengan Tom.”

“Kath!!”

“Kenapa? Kamu malu karena semua orang tahu kebusukan kamu sekarang?”

Dengan menahan rasa nyeri terbakar di dadanya, Ailen berdiri untuk berhadapan langsung dengan Kathrine yang berdiri tegak di hadapannya. “Kamu marah karena lagi-lagi kalah dan tertinggal dari wanita tak tahu malu ini kan? Lakuin aja apa yang kamu mau karena aku sama sekali ngga takut sama bocah ingusan kaya kamu.”

Saat hendak meninggalkan Kathrine, Kathrine sengaja menjegal kaki Ailen yang tengah mengenakan sepatu hak tinggi. Tubuhnya oleng dan akhirnya jatuh. Saat Sherin hendak mencoba membantunya berdiri, Ailen mengerang kesakitan karena kakinya ternyata terkilir.

Lalu Tom datang membelah kerumunan, membopong tubuh Ailen lalu membawanya pergi ke kemarnya tanpa sepatah katapun.

Ailen memberontak meminta Tom menurunkannya. Tapi Tom seolah tuli karena tidak mendengarkan sama sekali aksi protes dari Ailen. Ia juga tidak menghiraukan gunjingan miring dari para tamu yang melihat aksi gilanya malam itu. Ia tidak peduli sekalipun seluruh dunia menghujatnya, yang ia pedulikan saat itu hanyalah keselamatan Ailen.

*********************************

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!