Episode 8 Loli Minta Ayah

Malam pun tiba....

Setelah selesai makan malam bersama, Nikita pun menemani Loli bermain.

"Bunda, Ayah Loli di mana?" Tiba-tiba Loli menanyakan Ayahnya membuat Nikita yang awalnya sibuk dengan ponselnya seketika menoleh ke arah putrinya itu.

"Kenapa Loli bertanya seperti itu?" Nikita balik bertanya kepada Loli.

"Tadi di sekolah, teman-teman Loli bercerita Ayah mereka, Loli tidak punya Ayah jadi Loli hanya diam saja," sahut Loli dengan wajah sedihnya.

Nikita menangkup wajah Loli. "Kan ada Kakek, anggap saja Kakek Wildan sebagai Ayah Loli," sahut Nikita dengan senyumannya.

"Tapi kata teman-teman Loli, mereka bisa tidur bersama Ayah Bunda kalau Kakek 'kan gak bisa tidur sama kita," keluh Loli.

Mata Nikita mulai berkaca-kaca, dia pun menarik tubuh mungil Loli ke dalam dekapannya. "Maafkan Bunda, sayang," gumam Nikita.

Hati Nikita merasa sakit, hal yang dari dulu dia takutkan adalah Loli menanyakan Ayahnya dan dia bingung harus mengatakan apa. "Sudah malam, sekarang kamu tidur ya! besok harus sekolah, kalau tidak tidur nanti kamu akan bangun kesiangan dan akan dimarahi sama Bu guru," seru Nikita.

"Iya, Bunda."

Loli pun mulai merebahkan tubuhnya, Nikita menepuk-nepuk pantat Loli hingga tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Loli pun terlelap. Nikita mencium kening putrinya itu dan memperhatikan wajah Loli yang sangat mirip Mario itu. Air mata Nikita pun menetes namun dia dengan cepat menghapusnya.

"Maafkan Bunda, bukanya Bunda tidak mau mempertemukan kamu dengan Ayah kamu, tapi Bunda masih sakit hati dan membenci dia. Lagipula, Bunda juga takut kamu kenapa-napa," batin Nikita.

Perlahan Nikita turun dari ranjang dan membereskan mainan yang berceceran di lantai, setelah selesai dia pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Loli.

***

Seperti biasa, pagi ini Nikita sudah sibuk memasak untuk anggota keluarganya.

"Selamat pagi, semuanya!" sapa Riki.

"Pagi."

"Riki, sini ikut sarapan bersama kami," seru Papa Wildan.

"Memang tujuan Riki ke sini untuk meminta sarapan, Om," sahut Riki cengengesan.

"Idih, dasar tidak tahu malu," ledek Nikita.

"Ngapain malu. Pagi, gadis cantik!" Riki mengusap kepala Loli membuat Loli bahagia.

"Bunda, bagaimana kalau Om Riki jadi Ayah Loli saja," celetuk Loli.

Riki seketika terbatuk-batuk, sedangkan Nikita dan kedua orang tuanya saling pandang satu sama lain. "Loli, jangan seperti itu. Om Riki itu sudah punya pacar," tegur Nikita.

Loli langsung menundukkan kepalanya dan berhenti makan membuat semua orang terdiam juga. Riki tersenyum dan mencubit pipi gembul Loli dengan gemasnya. "Jangan sedih, mulai sekarang Loli boleh kok anggap Om sebagai Ayah Loli," seru Riki.

Mata Loli sudah berkaca-kaca. "Beneran? jadi Loli boleh dong panggil Om Riki dengan sebutan Ayah?" seru Loli antusias.

"Boleh."

"Yeayyy, terima kasih Ayah," sorak Loli dengan memeluk Riki.

"Bang, jangan seperti itulah. Selama ini Abang sudah terlalu banyak menolong keluarga aku takutnya nanti pacar Abang juga marah kalau Loli panggil Ayah," protes Nikita.

"Memangnya selama ini kamu pernah lihat Abang bawa wanita? selama Abang belum bawa wanita, Loli masih aman panggil Abang dengan sebutan Ayah," sahut Riki dengan kekehannya.

"Maafkan anak dan cucu, Tante ya Riki. Selama ini sudah banyak menyusahkan kamu," seru Mama Kasih.

"Tidak kok Tante, Riki juga sering nyusahin kalian. Bahkan Riki sering minta makan ke sini," seru Riki nyengir.

Wildan dan Kasih tertawa, Riki memang pria baik-baik. Selama ini Riki selalu membantu Nikita dan menyayangi Loli seperti anaknya sendiri, bahkan setiap ulang tahun Loli selalu dibelikan hadiah oleh Riki. Loli pun sudah tidak canggung lagi kepada Riki, maka dari itu Loli sudah tidak segan-segan lagi meminta Riki menjadi Ayahnya.

"Niki, kamu mau berangkat sama aku?" tanya Riki.

"Enggak ah Bang, aku pakai motor saja," sahut Nikita.

"Ya sudah, kalau begitu aku duluan."

"Iya Bang, hati-hati!" teriak Nikita.

Riki dan Nikita tidak mungkin saling jatuh cinta karena mereka sama-sama mempunyai masa lalu yang susah untuk dilupakan. Sementara itu, Mario sedang mematut penampilannya di depan cermin. Dia harus berpenampilan menarik supaya Nikita kembali tertarik kepadanya.

"Mulai hari ini, aku harus bisa merebut kembali hati Nikita bagaimana pun caranya," batin Mario.

Setelah dirasa rapi, Mario pun langsung menuruni anak tangga. Beberapa pelayan sudah menunggu dan membungkukkan badannya ketika Mario datang. Mario duduk di meja makan dan mulai melahap sarapannya. "Aku harus cari tahu apa hubungan Niki dengan Kak Riki," batin Mario.

Setelah selesai sarapan, Mario pun berangkat ke kantor dengan sopir pribadinya. Mario melarang dua pengawalnya untuk ikut karena kalau sampai tahu Mario mendekati Nikita, dua pengawal itu bisa mengadu kepada Daddynya dan itu akan membahayakan Nikita. Nikita sudah menunggu Mario di depan kantor sembari memegang note booknya.

"Astaga, aku gugup sekali," batin Nikita.

Tidak lama kemudian, mobil sedan hitam pun berhenti tepat di depan Nikita. Mario menyunggingkan senyumannya kala melihat Nikita sudah menunggunya. Sopir itu dengan cepat keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu mobil untuk Mario.

"Selamat pagi, Pak!" sapa Nikita sopan dengan membungkukkan tubuhnya.

"Selamat pagi, wanitaku," sahut Mario dengan santainya.

Nikita membelalakkan matanya, dia celingukan dan beruntung di sana tidak ada siapa-siapa. Mario berjalan dengan gagahnya dan Nikita mengikuti Mario dari belakang. Keduanya masuk ke dalam lift, dan itu adalah hal Nikita takutkan karena Mario bisa saja melakukan hal yang tidak Nikita inginkan.

Setelah pintu lift tertutup, benar saja Mario langsung mendekati Nikita. "Jangan macam-macam, Pak," seru Nikita gugup.

"Lama tidak bertemu, dan kamu semakin cantik, sayang." Mario mulai menyentuh pipi Nikita.

"Jangan panggil aku sayang, aku mohon," sahut Nikita.

"Kenapa? kita belum putus dan sampai sekarang kamu masih menjadi kekasih aku dan selamanya akan menjadi milik aku."

Nikita hendak menjawab ucapan Mario, namun pintu lift terbuka dan Nikita langsung mendorong dada Mario untuk menjauh. Dia tidak mau sampai semua orang tahu dan menjadi bahan gosip. "Ma-af Pak, silakan keluar," seru Nikita.

Mario sebenarnya kesal dengan sikap Nikita, namun dia harus bersabar. Mario dan Nikita pun keluar dari dalam lift dan masuk ke dalam ruangan kerja Mario. Nikita dengan sigap membacakan jadwal yang harus Mario kerjakan hari ini.

Mario bukanya mendengarkan, dia justru memperhatikan bicara Nikita membuat Nikita semakin gugup. "Apa Bapak mengerti dengan apa yang barusan aku ucapkan?" seru Nikita dingin.

"Ya, sangat mengerti," sahut Mario dengan senyumannya.

"Ya sudah, kalau begitu aku akan mulai bekerja."

Nikita pun duduk di meja kerjanya yang berada tepat di depan meja kerja Mario, Mario senyum-senyum sendiri melihat Nikita berubah menjadi galak dan jutek itu.

*

*

*

Untuk para pembaca, maaf ya kalau Author tidak up dulu soalnya Author sedang sakit kepala keleyengan jadi maaf jika Author libur dulu🙏🙏

Terpopuler

Comments

Riasusi

Riasusi

nie knpa lbur lgi ta hari nie kk gk up jga 🙏🙏💪

2024-03-18

1

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

moga cepat sembuh

2024-03-15

1

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

isssh bullshitnya

2024-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!