Episode 5 Kembalinya Mario

5 tahun kemudian....

"Bunda, Loli ingin diantar sekolah sama Bunda. Teman-teman Loli semuanya diantar sama Bundanya," rengek Loli.

Nikita yang sedang sibuk menyusun bekal untuk gadis kecilnya itu langsung berhenti, lalu menghampiri Loli yang saat ini sedang cemberut. "Sayang, maafkan Bunda. Bukanya Bunda tidak mau mengantar kamu sekolah tapi Bunda harus bekerja. Kalau Bunda tidak bekerja, nanti Bunda tidak bisa ajak Loli jalan-jalan lagi dong," seru Nikita dengan mengusap kepala Loli.

"Loli sayang, 'kan ada Nenek yang selalu antar kamu. Loli itu anak yang pintar, kalau anak yang pintar tidak boleh cengeng dan harus belajar mandiri biar nanti Loli di sekolah mendapatkan hadiah dari Bu Guru," bujuk Mama Kasih.

"Kalau Loli menjadi anak baik, Kakek janji akan membawa Loli ke kebun binatang." Papa Wildan ikut membujuk cucunya itu.

"Hah, ke kebun binatang? kapan, Kek?" tanya Loli antusias.

"Ehmm...hari minggu, bagaimana?"

"Asyik...mau-mau," sahut Loli bahagia.

"Tapi Loli harus janji sama Kakek, jangan membuat Bunda sedih. Biarkan Bunda bekerja, karena itu semua untuk Loli juga. Kalau Bunda banyak uang, nanti Loli boleh minta apa saja kepada Bunda," seru Papa Wildan.

"Oke, Kakek," sahut Loli dengan senangnya.

"Anak Bunda memang pintar. Ya sudah, sekarang Bunda siapkan bekal dulu untuk kamu. Nanti pulang kerja, Bunda belikan bonek lagi, Loli mau gak?" seru Nikita.

"Horeeee...mau dong Bunda!" teriak Loli kegirangan.

Nikita pun segera melanjutkan menyusun bekal untuk Loli. Saat ini Loli sudah berusia 5 tahun, dan Loli sudah sekolah di taman kanak-kanak. Loli tumbuh menjadi anak yang sangat cantik dan menggemaskan, bahkan tidak bisa dipungkiri kalau wajah Loli adalah fotokopian dari Mario.

Wildan dan Kasih menyunggingkan senyumannya. Semenjak Nikita bekerja, Kasih memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya sebagai Bidan dan hanya diam di rumah menjaga cucu kesayangannya itu. Sementara itu, Wildan masih setia bekerja di Bank.

"Pagi, Niki!" sapa Riki.

"Eh, Bang Riki. belum berangkat Bang?" tanya Nikita.

"Ini mau berangkat, mau bareng sama aku?" tawar Riki.

"Enggak ah Bang, Niki 'kan bawa motor," sahut Nikita.

"Ya sudah, kamu hati-hati di jalan jangan ngebut bawa motornya."

"Siap, Bang."

Nikita pun mulai menaiki motornya dan langsung tancap gas berangkat ke kantor. Riki adalah tetangga Nikita, dan ternyata Riki adalah Manager di perusahaan tempat Nikita bekerja. Nikita sudah menganggap Riki seperti Kakaknya sendiri, begitu pun dengan Riki yang sudah menganggap Nikita adiknya dan Loli sebagai anaknya sendiri.

"Astaga, macet sekali pagi ini," gerutu Nikita.

Nikita berangkat ke kantor menggunakan motor, saat ini dia sudah diangkat menjadi seorang sekretaris karena ketekunan dan kefasihan bahasa inggrisnya. Hingga tidak lama kemudian, Nikita pun sampai di kantor dan semua karyawan sedang sibuk untuk menyambut kedatangan Bos baru mereka.

"Maaf, aku sedikit terlambat," seru Nikita tidak enak.

"Tidak apa-apa, ayo sekarang kamu bantu aku untuk membereskan ruangan Bos," sahut Rasti.

"Oke."

Rasti adalah sahabat Nikita, sejak awal masuk kerja Nikita sangat dekat dengan Rasti. "Bagaimana perasaan kamu naik pangkat bersamaan dengan kedatangan Bos baru kita?" tanya Rasti sembari sibuk membersihkan ruangan itu.

"Aku sih merasa tidak percaya aja Ras, bisa secepat ini naik pangkat," sahut Nikita.

"Kamu beruntung karena kamu sangat fasih bahasa Inggris dan juga pintar komputer, makanya Pak Heru menunjuk kamu menjadi sekretaris Bos baru kita karena yang aku dengar, Bos baru kita baru kembali dari Luar negeri," seru Rasti.

"Ini sudah rezeki Loli, Ras," sahut Nikita dengan senyumannya.

"Iya, aku ikut bahagia kalau kamu naik pangkat. Apalagi penampilan kamu sangat cantik dan menarik, kalau orang yang gak tahu sama kamu pasti akan mengira kalau kamu masih gadis."

Nikita tersenyum, tidak ada yang tahu kalau Nikita sudah mempunyai anak kecuali Rasti.

***

Sementara itu di sebuah Bandara, seorang pria tampan berjalan dengan gagahnya sembari menggeret koper. Kaca mata hitam menambah kadar ketampanan pria itu menjadi berkali-kali lipat. Di belakang pria itu, terlihat dua orang pengawal mengikutinya.

"Silakan, Tuan!" salah satu pengawal membukakan pintu mobil.

Pria tampan itu ternyata Mario, dia baru saja pulang dari Kanada dan setelah 5 tahun tinggal di sana, Mario pun memutuskan untuk pulang karena dia sudah merasa sangat rindu kepada Nikita. "Niki, bagaimana kabarmu sekarang? aku sangat merindukanmu," batin Mario.

Selama tinggal di Kanada, Mario tidak merasa tenang, dia selalu memikirkan nasib Nikita. Mario tahu kalau dirinya sudah merenggut masa depan Nikita dan itu yang membuat Mario selalu dihantui perasaan bersalah. Hingga tidak lama kemudian, Mario pun sampai di istana megah milik orang tuanya itu.

"Ya Allah, akhirnya kamu pulang juga sayang, Mommy sangat merindukanmu," seru Mommy Metha dan langsung memeluk putranya itu.

"Mario juga merindukan Mommy," sahut Mario datar.

Teo menghampiri Mario dan mencengkram pundak putra kebanggaannya itu. "Putra Daddy yang hebat sudah pulang, dan Daddy yakin kamu sudah siap untuk memimpin perusahaan Daddy," seru Daddy Teo dengan bangganya.

Mario hanya mengangkat sedikit ujung bibirnya, Mario sangat membenci Daddynya itu karena ulah Daddynya, dia terpisah dengan Nikita.

"Mom, Dad, aku istirahat dulu, aku capek," seru Mario.

"Baiklah, nanti Mommy bangunkan kamu jika sudah masuk waktu makan malam," seru Mommy Metha.

Mario pun dengan cepat naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya. Mario memperhatikan kamarnya yang masih sama dengan kamarnya yang dulu. Mario duduk di ujung ranjang dan mengeluarkan foto Nikita dari dalam dompetnya.

"Semoga kamu tidak marah kepadaku, sekarang aku kembali untukmu, sayang," batin Mario sembari mengusap foto Nikita.

Mario mengotak-ngatik ponselnya, lalu menghubungi seseorang entah siapa yang dihubungi Mario.

Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, sudah waktunya pulang kerja. "Ras, aku pulang duluan ya," seru Nikita.

"Iya, kamu hati-hati salam buat Loli."

"Siap."

Nikita pun mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Nikita menikmati sore itu kebetulan cuaca cerah. Nikita mampir ke sebuah toko boneka, dia ingin membeli boneka untuk Loli. Setelah membeli boneka, dia pun cepat-cepat pulang karena dia merasa sangat rindu kepada putri kecilnya itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Bundaaaaa!" Loli berteriak dan berlari memeluk bundanya itu.

"Bunda belikan boneka untuk Loli."

"Asyik, Terima kasih Bunda."

"Sama-sama sayang, ya sudah Bunda mandi dulu ya, nanti kita main bersama-sama," seru Nikita dengan mencium pipi Loli.

"Iya, Bunda."

Nikita masuk ke dalam kamarnya, lalu dia duduk di ujung ranjang. "Astaga, kenapa tiba-tiba aku teringat kepada Mario?" batin Nikita.

Nikita memukul kepalanya sendiri. "Sadar Niki, Mario sudah meninggalkanmu jadi kamu tidak pantas mengingat dia lagi," gumam Nikita dengan kesalnya.

Nikita pun segera menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Terpopuler

Comments

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

preeet, pasti kaget klo tau nikita adalah sekretaris nya

2024-03-15

1

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

kan bisa coba telpon kek, kirim surat kek, ni nggak, malah menghilang kek hantu 😈

2024-03-15

1

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

pasti Mario 🙄🙄

2024-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!