Episode 4 Menjalani Hidup

Nikita dan kedua orang tuanya mulai menjalani hidup mereka dengan baik dan ternyata benar saja, tetangga di sana sangat baik dan ramah membuat Nikita tidak merasa ketakutan lagi jika keluar rumah.

"Sayang, mulai besok Mama akan bekerja di puskesmas, kamu tidak apa-apa 'kan kalau di rumah sendirian?" seru Mama Kasih.

"Iya Ma, Niki tidak apa-apa kok," sahut Nikita dengan senyumannya.

Ternyata ada hikmahnya juga untuk Nikita, selama dia hamil dan diam di rumah, Nikita menjadi wanita seutuhnya karena bisa belajar memasak dari Mamanya. Perlahan tapi pasti, Nikita mulai melupakan Mario dan dia hanya fokus kepada anaknya saja yang beberapa bulan lagi akan hadir di dunia. Meskipun sangat sulit, namun Nikita harus terus menjalani hidupnya demi anak yang dia kandung.

***

Tidak terasa waktu pun berjalan dengan sangat cepat, Nikita saat ini sedang berjuang untuk melahirkan anaknya. Awalnya, Nikita melahirkan di rumah dibantu oleh Mamanya namun karena ini merupakan melahirkan pertama membuat Nikita beberapa kali pingsan dan Mamanya terpaksa harus membawa Nikita ke puskesmas. "Ayo sayang, kamu wanita kuat, dan kamu pasti bisa," seru Mama Kasih memberikan semangat kepada putrinya itu.

Sementara itu Wildan, dia tidak berani masuk ke ruangan bersalin karena tidak tega melihat Nikita yang begitu sangat lemah dan beberapa kali harus pingsan.

"Ya Allah, selamatkan anak dan cucuku," batin Papa Wildan.

Hingga tidak lama kemudian, terdengarlah suara tangisan bayi membuat Wildan meneteskan air matanya. "Alhamdulillah Ya Allah." Wildan mengusap wajahnya sembari mengucap syukur.

Kasih menggendong bayi berjenis kelamin perempuan itu dengan deraian air mata. "Kamu cantik sekali, Nak," gumam Mama Kasih.

Bayi itu pun dibersihkan dan Wildan langsung mengadzaninya, sedangkan Nikita masih belum sadarkan diri. Wildan dan Kasih menunggu Nikita, hingga tidak lama kemudian Nikita pun mulai sadar. "Mama, Papa," lirih Nikita.

"Alhamdulillah, kamu sudah sadar juga," seru Mama Kasih dengan deraian air matanya.

"Anak Niki mana, Ma? dia baik-baik saja 'kan?" lirih Nikita.

"Sebentar, Mama bawa bayi kamu ke sini." Kasih segera berlari untuk membawa bayi Nikita.

Wildan mendekati Nikita dan mencium kening putrinya itu. "Kamu anak yang hebat, Papa bangga sama kamu," seru Papa Wildan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Terima kasih, Pa," sahut Nikita.

Tidak lama kemudian, Kasih muncul dengan mendorong tempat tidur bayi. Kasih mengangkat bayi itu dan menidurkan nya di samping Nikita. "Ini anak kamu sayang, berjenis kelamin perempuan," seru Mama Kasih.

Nikita memperhatikan wajah bayi itu dan menghujani ciuman di seluruh wajahnya. "Kamu cantik sekali, sayang," seru Nikita dengan deraian air matanya.

Suasananya begitu sangat haru, bahkan Wildan dan Kasih saling berpelukan sembari menangis menyaksikan putrinya harus melahirkan tanpa sosok suami. Tapi sebagai orang tua, mereka harus tetap berada di samping putrinya supaya putrinya tidak patah semangat.

***

Nikita saat ini sedang menikmati perannya sebagai ibu muda.

"Sayang, kamu harus rajin olahraga supaya badan kamu tidak melar karena bagaimana pun kamu itu masih sangat muda dan pantas mempunyai pendamping untuk kamu," seru Mama Kasih.

"Olahraga sudah pasti itu Ma, tapi kalau masalah pendamping sepertinya Niki belum ada pikiran ke arah sana. Untuk saat ini aku hanya fokus membesarkan Loli dulu," sahut Nikita.

"Sayang, kamu harus ikut paket c ya, nanti biar Papa yang urus semuanya," seru Papa Wildan.

"Iya Pa, Niki juga ingin mencari kerja karena tidak mungkin Niki terus-terusan menyusahkan Mama dan Papa, apalagi saat ini sudah ada Loli dan kebutuhan kita pun semakin banyak," sahut Nikita.

"Kita tidak merasa di susahkan kok sayang, kita ikhlas mengurus kalian berdua," seru Mama Kasih.

"Iya, Niki tahu. Tapi tetap saja, Loli juga akan terus bertambah besar dan Niki sebagai orang tuanya harus bekerja juga," sahut Nikita.

"Ya sudah, terserah kamu saja." Kasih dan Wildan hanya bisa mendukung dan mendo'akan putrinya itu.

Hari demi hari Nikita jalani dengan penuh semangat, setiap Nikita pergi mengejar paket c, Loli diasuh oleh Mamanya. Bayi yang diberi nama Aurelie Putri Aulia itu, tidak pernah rewel dan selalu anteng jika ditinggalkan oleh Bundanya membuat Nikita tenang. Hingga beberapa bulan kemudian, Nikita pun berhasil mendapatkan ijazah SMA dan akan dia gunakan untuk melamar pekerjaan.

"Sayang, kamu sedang apa?" tanya Papa Wildan.

"Niki sedang menyiapkan surat lamaran untuk besok," sahut Niki.

"Memangnya kamu mau melamar ke mana?" tanya Papa Wildan kembali.

"Ada perusahaan baru Pa, dan Niki lihat sedang membutuhkan karyawan banyak mudah-mudahan saja Niki bisa diterima di sana," sahut Nikita.

"Iya, Papa selalu mendo'akan yang terbaik untukmu."

***

Keesokan harinya...

Nikita sudah siap dengan kemeja putih dan tok hitamnya, pagi ini Nikita akan melamar pekerjaan.

"Ma, susunya Niki sudah simpan banyak stok di kulkas nanti tinggal angetin aja," seru Nikita.

"Iya. Pokoknya kamu tenang saja jangan mikirin Loli biar Mama yang urus dia. Sekarang yang penting, kamu berdo'a, mudah-mudahan kamu diterima di perusahaan itu," sahut Mama Kasih.

"Iya, Ma."

Setalah selesai sarapan, Nikita pun pamit dan tidak lupa menciumi seluruh wajah Loli. Nikita berangkat menggunakan taksi, padahal Wildan sudah menawari untuk berangkat bersama namun Nikita menolak karena tidak mau terus-terusan menyusahkan Papanya. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Nikita pun sampai di perusahaan itu dan dengan cepat Nikita masuk kemudian memberikan surat lamarannya.

"Ya Allah, mudah-mudahan saja aku diterima di perusahaan ini. Walaupun hanya lulusan SMA namun aku pandai bahasa Inggris dan komputer juga, mudah-mudahan itu bisa membantu aku," batin Nikita cemas.

Cukup lama Nikita menunggu, hingga akhirnya nama dia pun dipanggil. Nikita merapikan pakaiannya dan segera masuk ke dalam ruangan interview. Nikita menerima banyak pertanyaan, bahkan Nikita pun di tes berbicara menggunakan bahasa Inggris.

"Baik Nona Nikita, kami akan menghubungi anda dalam waktu 3 hari ke depan. Jika selama 3 hari ke depan, anda tidak mendapatkan telepon dari perusahaan kami maka itu artinya anda tidak diterima di sini," seru seseorang.

"Baik Pak, Terima kasih."

Nikita pun memutuskan untuk pulang, dia berharap bisa diterima di perusahaan itu. Sesampainya di rumah, Nikita langsung mencari keberadaan anaknya dan ternyata Loli sedang tidur. Nikita tersenyum dan memperhatikan dengan seksama wajah Loli, semakin ke sini wajah Loli semakin mirip dengan Mario.

"Semoga kamu tumbuh menjadi anak yang pintar dan bisa membanggakan Bunda. Pokoknya Bunda akan berusaha sekuat tenaga Bunda untuk bisa membahagiakan kamu, walaupun kamu harus tumbuh tanpa sosok seorang Papa," batin Nikita dengan mata yang berkaca-kaca.

Terpopuler

Comments

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

amiin nik, semangat terus pokoknya

2024-03-15

1

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

rok thor 🤭🤭🤭

2024-03-15

1

💜J'm💜

💜J'm💜

please ya itu perusahaan bukan milik keluarga mario kan,,,, eeeh taunya itu perusahaan milik tunangan mario lagi 😫😫😫🤦‍♂️🤦‍♂️🤦‍♂️🤦‍♂️🤦‍♂️

2024-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!