Episode 2 Meminta Pertanggung Jawaban

"Siapa yang sudah menghamilimu?" seru Papa Wildan dengan raut wajah yang emosi.

Nikita dan Kasih terperanjat kaget saat melihat kedatangan Wildan. Awalnya Wildan ingin menyusul istrinya ke kamar Nikita tapi Wildan tidak sengaja mendengar pembicaraan keduanya dan memutuskan untuk menguping terlebih dahulu.

Nikita menundukkan kepalanya, dia benar-benar sangat takut dengan kemarahan Papanya itu. Nikita baru melihat kemarahan Papanya karena selama ini Papa dan Mamanya tidak pernah memarahi Nikita.

"Jawab, siapa yang sudah menghamilimu?" tegas Papa Wildan.

"Pa, jangan terlalu keras kepada Niki," seru Mama Kasih dengan mencoba menenangkan suaminya itu.

"Ma-rio Anggara, putra Teo Anggara," sahut Nikita ketakutan.

"Apa?"

Wildan dan Kasih sangat terkejut saat mendengar nama Teo Anggara, siapa yang tidak mengenal Teo Anggara konglomerat terpandang di negara ini.

"Kurang ajar, berani sekali dia menodai putriku, lihat saja Papa akan membuat perhitungan dengannya," geram Papa Wildan.

Wildan melangkahkan kakinya tapi Nikita segera mengejarnya dan memeluk kaki Wildan sehingga Wildan tidak bisa melangkah lagi.

"Pa, ini kesalahan Niki. Saking cintanya Niki kepada Mario, Niki sampai lupa diri. Niki mohon maafkan Niki, Mario mencintai Niki, Pa. jadi, Niki yakin kalau Mario akan bertanggung jawab atas kehamilan Niki," seru Nikita dengan deraian air matanya.

Wildan terdiam, entah apa yang saat ini sedang dia pikirkan.

"Lepaskan."

"Pa, Niki mohon maafkan Niki."

"Papa bilang, lepaskan!" bentak Papa Wildan.

Nikita kaget, akhirnya Nikita pun melepaskan kaki Papanya. Wildan dengan cepat keluar dari kamar Nikita, sedangkan Kasih dengan cepat menghampiri Nikita dan memeluknya.

"Maafkan Niki, Ma."

"Iya, sudah kamu jangan menangis terus," sahut Mama Kasih.

Hati Kasih memang sakit, orang tua mana yang mau anaknya seperti itu tapi menyesal pun tidak akan ada gunanya bahkan walau menangis darah sekali pun, semuanya tidak akan bisa kembali seperti semula.

Setelah semuanya tenang, Wildan, Kasih, dan Nikita duduk bertiga di ruangan keluarga.

"Apa dia sudah tahu mengenai kehamilan kamu?" tanya Mama Kasih.

Nikita menggelengkan kepalanya. "Sudah satu minggu ini Mario tidak bisa dihubungi bahkan Mario sudah tidak masuk sekolah," sahut Nikita.

"Apa? sudah Papa duga," geram Papa Wildan.

Wildan menarik tangan Nikita. "Kita harus ke rumahnya dan meminta pertanggung jawaban atas kehamilan kamu," seru Papa Wildan.

"Pa, jangan kasar Niki sedang hamil!" teriak Mama Kasih.

Wildan mendorong tubuh Nikita untuk masuk ke dalam mobilnya, Kasih ikut masuk karena ia takut suaminya melakukan hal yang macam-macam.

Selama dalam perjalanan, Nikita tampak gelisah dia ingat akan ucapan Mario kalau saat ini mereka sedang menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi.

Berbekal dari informasi temannya, Wildan pun sampai di depan rumah yang bak istana itu. Ketiganya tercengang melihat rumah itu, apalagi Nikita. Nikita memang sudah lama berpacaran dengan Mario tapi Nikita tidak pernah tahu di mana rumah Mario.

"Pa, penjaganya banyak sekali," seru Mama Kasih.

"Kalian tunggu di sini, biar Papa yang bicara dengan mereka," seru Papa Wildan.

Wildan pun keluar dari mobilnya, Kasih dan Nikita memperhatikan Wildan dari dalam mobil. Wildan mencoba berbicara lembut namun para pengawal itu justru mendorong tubuh Wildan sehingga Wildan tersungkur ke aspal.

"Ya Allah, Papa!" pekik Nikita.

Nikita dan Kasih segera keluar dari dalam mobil dan menghampiri Wildan.

"Kenapa kalian kasar?" sentak Nikita.

"Kalian kalau mau mengemis jangan ke sini, cari tempat lain sana," hina salah satu pengawal.

"Kami bukan pengemis Pak, kami hanya ingin bertemu dengan pemilik rumah ini," seru Mama Kasih.

"Memangnya kalian pikir, kalian itu siapa? orang yang bertemu dengan Tuan Teo itu tidak sembarangan, harus punya janji terlebih dahulu."

Tidak lama kemudian, sebuah mobil mewah datang dan itu membuat para pengawal itu menyeret Nikita dan kedua orang tuanya untuk segera minggir.

Mobil mewah itu masuk ke dalam rumah dan terlihat Teo dan juga Metha keluar dari dalam mobil. Tanpa diduga, Wildan berlari membuat para pengawal terkejut dan mengejarnya.

"Tuan Teo, saya ingin bicara dengan anda!" teriak Papa Wildan.

Teo dan Metha menoleh bersamaan, sedangkan dua pengawal segera menangkap Wildan dan menyeret Wildan untuk segera keluar dari rumah itu.

"Tunggu!"

"Iya, Tuan."

"Lepaskan orang itu."

Para pengawal pun melepaskan Wildan, Teo melihat keluar gerbang di sana ada Kasih dan Nikita yang sedang berdiri dengan raut wajah cemas.

"Biarkan mereka masuk!"

"Baik, Tuan."

Perlahan Kasih dan Nikita pun masuk, Teo menatap ketiganya dengan tatapan tajam. Dia tahu kalau itu adalah gadis yang dicintai putranya bersama kedua orang tuanya.

"Mommy, kamu masuk!" tegas Daddy Teo.

"Baik, Dad."

Meta adalah istri penurut, apa pun yang suaminya perintahkan pasti akan Metha turuti.

"Ada perlu apa kalian datang ke rumah saya?" tanya Daddy Teo dengan arogannya.

"Tuan, saya datang ke sini hanya ingin bertemu dengan putra Tuan dan meminta pertanggung jawaban atas apa yang sudah dia lakukan kepada putri saya!" tegas Papa Wildan.

"Memangnya apa yang sudah Mario lakukan?" tanya Daddy Teo.

"Putra Tuan yang bernama Mario itu, sudah menghamili putri saya dan saat ini putri saya sedang mengandung anaknya Mario," sahut Papa Wildan.

Teo terdiam sejenak, lalu Teo menyunggingkan sedikit senyumannya..

"Kalian kalau mau uang, ngomong saja langsung jangan pakai cara murahan seperti ini. Memangnya saya akan percaya dengan ucapan anda? bahkan di luaran sana banyak sekali gadis-gadis yang melakukan hal yang sama saking mereka inginnya menjadi menantu di keluarga Anggara. Namun sayang, yang akan menjadi menantu saya adalah harus anak yang punya level sama dengan saya bukan seperti dia, anak miskin yang ingin menjadi Ratu di rumah ini!" bentak Daddy Teo dengan menunjuk ke arah Nikita.

Wildan merasa sangat geram, dia tidak terima putrinya dihina seperti itu.

"Kalau Mario tidak mau bertanggung jawab, jangan salahkan saya kalau berita ini akan tersebar di media," ancam Papa Wildan.

"Kamu berani menantang saya? bahkan detik ini juga saya bisa membuat kalian hidup di jalanan. Jangan pernah mengancam Teo Anggara karena kalian hanya butiran debu yang akan hilang dengan satu kali tiupan," seru Daddy Teo dengan tatapan tajamnya.

"Pa, sudahlah lebih baik sekarang kita pulang saja. Tuan, maafkan suami saya," seru Mama Kasih.

"Ma, Nikita hamil oleh Mario mana mungkin Papa diam saja," sahut Papa Wildan.

Teo menyuruh salah satu pengawal untuk mengambil koper yang ada di dalam mobilnya, Teo mengambil uang yang ada di dalam koper itu lalu melemparnya ke hadapan Papa Wildan.

"Uang itu sebagai ganti rugi, pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi ke sini," seru Daddy Teo.

Teo pun dengan cepat masuk ke dalam rumah, sedangkan Nikita dan kedua orang tuanya diseret untuk segera keluar dari rumah itu.

*

*

*

Maaf ya guys, Author hanya bisa up satu bab sehari🙏🙏

Terpopuler

Comments

☠☀💦Adnda🌽💫

☠☀💦Adnda🌽💫

sombong banget paoa Theo y ....terlalu arogan 😡

2025-02-15

1

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

astagaa 😈😈😈

2024-03-15

1

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

☠︎🥀⃟ʙʀˢʸᶦᶠᵃ

bener bgt Thor

2024-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!