Langit mulai berwarna oren , terlihat beberapa siswa sedang melakukan kegiatan klub sepulang sekolah, ada yang bermain basket, voli dan ada juga yang sedang berdiskusi di lorong. Sekolah akan di tutup pukul 18.00, jadi hanya siswa yang memiliki kegiatan saja yang masih tinggal di sekolah.
Di perpustakaan sekolah juga hanya tersisa 5 orang.
Seorang pria terlihat sedang mencatat, wajahnya penuh dengan kegembiraan. Dia melihat ke arah jam.
“Oh.. sepertinya sudah waktunya!”
Aku sangat penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Amalia kepadaku. Sambil mengingat apa yang dikatakan pacarnya saat makan siang tadi.
“Axel nanti sore jam 5 temui aku di kelas 2 F ya, jangan terlambat loh!”
Tidak seperti biasanya Amalia dengan wajah penuh semangat mendatangiku, apa ada hal yang baik sedang terjadi ?.
Karena hari ini adalah hari terakhir sekolah, dan besok mulai libur, apakah dia akan mengajak aku berkencan?.
dengan wajah penuh semangat axel membereskan buku lalu memasukannya ke dalam tas. Lalu berjalan keluar dari perpustakaan sambil bersenandung.
dia berjalan melihat ke arah siswa yang sedang bermain basket, beberapa siswa juga terlihat sedang beristirahat di lorong sambil mengelap keringat mereka.
“Hei xel mau kemana ?”
“ah.. aku ada janji dengan Amalia!”
Salah satu siswa bertanya sambil memegang air minum di tangan kirinya.
“sial kamu benar-benar membuatku iri!”
Dengan nada bercanda orang itu berbicara lalu meminum air yang tersisa di botol.
“kalau gitu semangat latihan nya!”
“ya!”
Axel berjalan menuju kelas f yang tidak jauh dari sana, ia membuka pintu di sana terlihat ada 5 orang pria dan 3 wanita yang sedang bercanda bersama.
“oh akhirnya kamu datang!”
Salah satu dari mereka adalah Amalia yang merupakan pacar Axel saat ini. Dia di sebut sebagai gadis paling cantik di sekolah, karena kecantikannya juga dia berkerja sebagai model untuk majalah remaja yang memperlihatkan fashion gadis seumurannya.
“Yo.. Axel akhirnya kamu datang!”
Di sebelah Amalia terlihat salah satu pria berjalan ke arahnya.
Dia adalah Brian mereka sudah kenal sejak SMP dan menjadi teman dekat 1 sama lain.
“Maaf apakah aku terlambat?”
Dengan canggung dia berbicara lalu menatap semua orang.
Kenapa banyak sekali orang ?, kupikir Amalia ingin berbicara denganku.
Dengan gelisah dia memandangi orang-orang di depannya.
aku sering melihat mereka karena selalu bersama amalia.
“Bagaimana kalau kita langsung ke intinya ?”
Amalia berbicara dengan nada serius lalu semua orang di kelas itu terdiam tersenyum.
Axel yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi gugup melihat amalia berjalan kearahnya secara perlahan.
“Sebenar ada yang ingin aku katakan padamu sejak lama!”
“Y.. ya.. A.. Apa itu ?”
Suasana menjadi sangat aneh, hatiku menjadi sangat gelisah saat amalia berbicara di depanku dengan penuh pecaya diri.
“Sebenarnya..”
gadis itu tiba-tiba menolah kearah Brian, lelaki itu berdiri di sebelah lalu merangkul bahunya.
“Kami sudah berpacaran sejak tahun kemarin!”
Mendengar perkataannya, Untuk Sesaat tubuh Axel membeku.
“HAA?…”
Mataku terbuka lebar mendengar perkataanya, ku pikir kupingku salah mendengar sesuatu, dengan sanggat gugup aku mulai bertanya kembali.
“A.. apa yang kamu bilang ?”
“Sudah kubilang… kalau aku dan brian sudah berkencan sejak kelas 2 SMA!”
Brian yang berdiri di sampingnya tersenyum dengan wajah kemenangan.
mendengar perkataan itu aku menundukan kepalaku, berharap perkataan yang pertama di dengar salah, tapi ternyata tidak, aku benar-benar tidak ingin mengakui kenyataan di depanku dan berusaha menyangkalnya.
“jadi aku ingin mengatakan kalau, aku ingin putus dengamu Axel!”
Amalia melingkarkan tangan kananya kearah Brian, dia berbicara dengan nada mengejek.
Entah kenapa badanku terasa sangat lemas, aku memegangi dadaku yang mulai terasa sakit.
“Hahaha..”
Teman-teman amalia juga mulai tertawa dan berbicara dengan nada mengejek.
Tapi axel tidak bisa mendengar itu.
“I.. itu bohongkan ?”
“Kenapa aku harus berbohong, benar kan Brian ?”
“ya.”
Entah kenapa saat mendengar perkataan itu aku mendengar sesuatu di dalam diriku mulai retak perlahan.
“kita adalah teman kan brian ?”
“ya, oleh karena itu aku akan membuat amalia bahagia!”
Pria itu berbicara dengan dengan penuh percaya diri tanpa rasa bersalah sama sekali.
Craakk…
Retakan di dalam diri Axel mulai terdengar lagi dan semakin membersar.
“Jadi selamat tinggal Axel.”
Kedua orang itu berjalan perlahan mendekati teman-temannya yang sedang tertawa menonton dari belakang, meninggalkan axel yang kepalanya tertunduk.
Tanganku mengeluarkan banyak keringat dingin. aku bahkan tidak bisa mendengar apapun lagi setelah amalia mengatakan selamat tinggal. Seolah-olah dunia membeku.
“Hey dia masih berdiam disana loh.”
“benar jika itu aku aku akan lari dan menangis.”
“hahaha.”
Tawaan serta ejekan terus menerus mereka lontarkan.
Tanpa menolah kearah mereka Axel langsung berlari kearah pintu masuk.
Di depan pintu masuk dia menabrak seseorang lalu terjatuh, dan berguling ke depan. Badan sangat terasa sakit terutama bahu yang menabrak orang itu dengan keras, tetapi Axel langsung bangun dan berlari tanpa meminta maaf kepada orang yang di tabrak.
Jika dirinya yang biasa, dia pasti akan langsung meminta maaf, tapi pikirannya saat ini sedang kacau,
Benar-benar tidak dapat memikirkan apapun lagi.
****
Sembari berlari tanpa tujuan beberapa ingatan dengan amalia muncul kembali.
Saat mereka sedang berkencan dan bercanda bersama.
“Kenapa ?”
Aku sudah kenal amalia sejak kecil, dia selalu berada di sampingku, bahkan saat orang tuaku meninggal karena kecelakaan, dia bilang kalau dirinya tidak akan mati dan akan selalu menemaniku, tapi sekarang apa ?.
Sejak saat itu kami mulai semakin dekat, jadi aku berpikir tidak apa-apa, jika Amalia ada di sampingku apapun yang aku hadapi, aku akan terus hidup dan bersamanya.
Orang-orang di sekitar menatap kearah Axel yang terus berjalan dan menabrak beberapa orang, dia hanya berlari dengan kepala tertunduk.
“ke..na..pa?”
Banyak sekali pertanyaan yang muncul di hadapanku, aku selalu melakukan apapun yang Amalia serta teman-teman di sekitarku memintanya. Dengan pemikiran seperti itu aku berpikir hal-hal baik akan datang kepadaku, jadi aku menjalaninya dengan senyuman.
“Tapi sekarang ?”
Entah kenapa langit tiba-tiba perlahan mulai menitikan air hujan, axel perlahan melambakan langkahnya dan menatap kelangit.
“HAHAHAHA..”
dia tertawa tetapi matanya tidak memperlihatkan itu, dia tertawa di tengah jalan dan beberapa orang memperhatikannya.
“Ada apa dengan anak itu?”
“Entah lah.”
“HAHAHAHAHAHAHAHAHHA.”
Axel terus tertawa tanpa henti dan menatap kelangit.
CRAAK… Craak…
Suara retakan mulai terdengar lagi.
Craaang!..
Suara itu semakin membersar dan Axel dapat mendengar kalau sesuatu di dalam dirinya pecah. Jadi dia mulai tertawa dengan sangat keras, air mata mulai keluar, tetapi karena air hujan dan rambut mengalangi matanya, orang-orang di sekitarnya tidak menyadari itu, menyangka kalau dia gila karena tertawa tidak jelas.
“hey.. apa yang terjadi itu menakutkan.”
“Haruskah kita memanggil polisi ?”
Orang-orang mulai memperhatikan axel, mereka merasa takut dengan tingkahnya.
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAH.”
“Ku pikir aku bisa hidup hanya dengan amalia setelah orang utaku meninggal, aku bahkan tidak pernah memikirkan hal ini akan terjadi.”
Tanpa memperdulikan sekitarnya axel berbicara sembari tertawa seperti yang kesurupan.
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAH.”
Aku tidak pernah berpikir brian juga akan melakukan itu, saat kelas 2 smp dia satu-satunya orang yang menganggapku sebagai teman, kami semakin menjadi dekat, bahkan aku menceritakan kisah tentang orang tuaku dan dia bersimpati, lalu kami bertiga menjadi teman baik, dia bahkan selalu berbicara kalau aku dan amalia adalah pasangan yang cocok.
Jadi apakah ucapan itu semua bohong ?, ah begitu ya.
Jika di pikir lebih jauh, sepertinya dari awal amalia, brian serta orang-orang di sekitarku hanya memanfaatku saja.
Orang-orang mulai sangat gelisah melihat tingkah lakunya, bahkan ada orang yang sudah mengangkat smartphone dan menekan tombol darurat, tetapi axel tidak memperhatikan sekitarnya lalu berjalan perlahan.
mengingat ketika orang-orang datang kepadaku berbondong-bondong meminta bantuan tugas sekolah atau hal lainya. itu mengingatkan bahkan mereka jarang sekali berterima kasih.
Poni yang menutupi mata, seluruh pakaian yang ia kenakan serta tasnya basah karena hujan. Axel sudah tidak tertawa dan suasananya tiba-tiba menjadi sunyi.
“Ayo pulang !”
setelah mengatakan itu dia berjalan kembali dengan wajah tanpa ekspresi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments