Bacause it's first time

Bacause it's first time

Tolakan yang tegas

Arel merasa sangat risih ketika beberapa cowok terus saja menghadangnya dan bertanya apakah ia mau menjadi kekasihnya? Sepanjang koridor sekolah Arel terus saja mendapat sebuah bunga dan boneka dari beberapa siswa yang bahkan tidak ia kenal sama sekali. Namun, ia menolaknya dengan tegas tanpa harus berpikir.

"Arel! Jadilah pacarku!" seru Gio si alay yang selalu dramatis. Mendengarnya saja Arel langsung merinding.

"Tidak, terimakasih," tolak Arel tanpa harus berpikir lagi. Lantas, Arel segera pergi menghindar dari Gio yang kini tengah berlutut dan menunduk sedih.

"Tidaaaaakkkkk!" teriak Gio menengadah sambil mengangkat kedua tangannya keatas dan berteriak dengan lantang. Terlalu dramatis dan sangat memalukan bagi seorang lelaki. Arel hanya menggeleng, lelah menghadapi semua para cowok itu.

Arel bergegas masuk kelas dan duduk dibangkunya. Ia menghembus nafas lega karena akhirnya ia bisa tenang dan merasa damai. Menjadi gadis cantik itu tidak seenak yang Arel kira. Malah semua ini begitu menyusahkan dirinya.

Arel mengeluarkan sebuah earphone dari dalam tasnya yang berwarna merah jambu dengan gantungan teddy yang menggemaskan. Ia hendak saja akan mendengarkan musik. Namun, entah siapa lagi yang harus ia tolak kali ini.

"Arel?" panggil seorang siswa yang lumayan tampan dan tinggi tengah berdiri disampingnya dengan senyum yang merekah dibibirnya. Arel menoleh padanya.

"Iyah? Ada apa, Dan?"

"Bisa ikut aku sebentar?"

"Kemana?"

"Sebentar saja!" serunya sambil menarik tangan Arel agar ikut dengannya. Entah kemana Dani mau membawa Arel pergi. Namun, Arel merasa aangt gelisah akan hal ini.

Dani adalah ketua kelas 11-B, tetangga kelasnya. Arel mengenalnya karena mereka memang sering bertemu dan sesekali mengobrol. Rey tidak sengaja melihat Dani yang menarik pergi Arel, merasa tidak senang dan kesal. Ia mengikuti mereka tanpa disadari oleh Dani dan Arel.

"Dan kita mau kemana?" tanya Arel semakin gundah, karena Dani mengajak ia ketempat yang sepi diatara semua tempat disekolah ini.

"Kamu akan segera tahu!"

Arel merasa ada yang tidak beres dengan Dani. Jika Arel pikir kembali, kenapa Dani membawanya ketempat sepi seperti itu. Arel mulai cemas dan menghentikan langkahnya.

"Dani tunggu!"

"Ada apa?"

"Aku tidak akan ikut lagi denganmu, sebelum kamu mengatakan kita mau kemana? Dan mau ngapain?"

Dani menghela nafas panjang dan tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Aku akan melakukannya disini."

"Melakukan apa?" tanya Arel sedikit curiga dan soudzon terhadap Dani.

Perlahan Dani membuka seluruh kancing bajunya. Membuat tersirat pikiran kotor dikepala Arel juga Rey yang sedari tadi mengikuti dan kini sedang mengintip mereka.

"apa-apaan dia? Mau apa dia?" gumam Rey berpikiran kotor.

Arel mulai merasa takut. Ia perlahan mundur dan menjauh dari Dani. Saat ini rasanya Arel ingin berlari dan pergi ketempat yang ramai dan banyak orang.

"Dani tunggu! Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Arel panik.

"Membuka baju. Memangnya apa lagi?"

"kamu mau ngapain buka baju! Jangan macam-macam yah!" seru Arel memberi peringatan.

Dani tersenyum lucu mendengar peringatan dari Arel. "Memangnya kamu pikir, aku mau ngapain? Aku hanya ingin menunjukkan ini padamu!" sahut Dani menunjukka kaos dalamnya yang bergambarkan dirinya dan Arel sedang berpelukan.

Krikk.. Krikk.. Krikk

Arel tertegun malu juga ingin tertawa melihat gambar yang Dani tunjukkan. Ini lebih parah daripada Gio si alay dramatis itu.

"Bagaimana kamu suka?" tanya Dani tersenyum lebar.

Arel tersenyum canggung dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ahmm.. Tidak! Itu norak sekali," jawab Arel tanpa ragu.

"Apa?" sahut Dani raut wajahnya seketika berubah sedih dan menunduk kecewa. "Cara ini pun tidak berhasil," ucapnya lesuh.

"Maaf. Hal seperti ini memang tidak mempan padaku. Tapi mungkin gadis lain menyukainya. Kalau begitu aku pergi dulu," sambar Arel yang langsung berlari kembali menuju kelasnya.

Sementara itu, Rey yang sedari tidak tahan lagi ingin melepaskan tawanya karena sangat lucu melihat gambar yang ada dikaos milik Dani.

Hahaha... hahaha...

Tawanya pecah begitu saja setelah Arel pergi jauh dari sana. Dani terkejut dengan suara tawa renyah yang ia dengar tiba-tiba. Segera ia menutup kaosnya dengan dibalut oleh seragam sekolahnya.

"Kamu? Sedang apa kamu disini?"

"Haha.. haha.. Hei, Dani! Yang benar saja. Itu sangat lucu sekali juga sangat norak! Mana ada cewek zaman sekarang menyukai hal seperti ini!"

"Hei! Jangan beritahu siapapun! Menegerti?" ancam Dani membungkam mulut Rey. Namu, segera Rey melepaskannya.

"Baiklah baiklah. Tapi menutup mulut itu tidak mudah. Kamu pasti mengerti, kan?" balas Rey memberi isyarat pada Dani.

"Ish.. Dasar pemeras! Baiklah, ini!"

Dani memberi uang rp100 ribu pada Rey untuk membungkamnya. "Nah, gitu dong! Tenang saja, rahasiamu ini akan aman."

"Awas yah! Kalau ada satu orang pun yang tahu!"

"Siap! Ngomong-ngomong, apa imi editan? Kau terlihat sangat lucu dengan badan kekar ini," ucap Rey mencoba menahan tawanya. Lalu, ia pun melangkah pergi menyusul Arel kembali kekelas.

"Aish.. Dia benar-benar keterlaluan. Tapi, apakah aku terlihat lucu seperti ini?" gumam Dani.

Bel sudah berbunyi dan semua siswa-siswi memasuki kelas mereka masing-masing untuk memulai pelajaran pertama. Arel tampak begitu serius dan memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru dengan sangat baik. Ia mencatat hal-hal yang sangat penting.

Tiba-tiba seseorang melempar sebuah kertas pada Arel. Arel menoleh pada Rey yang memang dialah yang melemparnya. Rey tersenyum lebar pada Arel. Arel membaca tulisan singkat yang tertulis dikertas itu.

isinya:

Nanti malem dinner, yuk?

Arel hanya menggeleng dan tidak membalas surat dari Rey. Ia malah membuangnya kekolong meja belajarnya. Lalu, ia kembali memperhatikan guru yang tengah menjelaskan pelajaran. Rey sedikit kecewa karena Arel mengabaikan surat darinya. Rey tidak menyerah dan melempar kertas lagi pada Arel. Arel kembali menoleh dan mengerutkan keningnya pada Rey.

Rey membentuk satu kata dari mulutnya tanpa mengeluarkan suara, dan hanya membentuk kata baca. Arel menggeleng dan menolak. Arel kembali mengabaikan Rey dan melanjutkan perhatiannya untuk fokuas dalam belajar.

"Dia terus saja mengabaikanku," gumam Rey begitu lesuh dan mendekap pada meja belajarnya.

Waktu terus berjalan hingga tidak terasa bel istirahat berbunyi mengembalikan kembali semangat para siswa-siswi yang lelah karena telah berpikir beberapa jam, dan membuat perut mereka lapar keroncongan. Arel membereskan buku-bukunya sebelum pergi keluar untuk beristirahat.

"Rel, ke kantin yuk?" ajak Devina teman Arel satu-satunya.

"Boleh."

Mereka hendak akan pergi keluar untuk kekantin. Namun, Rey menghadang mereka dipintu. "Tunggu!"

Sontak Arel dan Devina terhenti dan terkejut.

"Apa lagi sih Rey?" kesal Arel.

"Arella, ambil ini!" seru Rey menyodorkan selembar potongan kertas kecil.

"Apa ini?" tanya Arel menerimanya.

"Kamu harus datang, mengerti? Jam 8 malam!" serunya, lalu pergi berlalu entah akan kemana. Tertulis sebuah alamat restaurant yang cukup terkenal dan sedang populer saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!