Perkelahian

Arel pergi kekantin karena perutpun sudah lapar dan memanggil ingin diisi. Ia celingak-celinguk mencari Devina berada. Namun, ia tidak bisa menemukannya. Arel pun memesan bakso dan duduk dimeja tengah. Tentu saja Arel terus kepikiran tentang ungkapan cinta Rey padanya. Sambil menunggu pesanan ia datang, Arel bermain hp dan membuka medsos.

"Berita baru apa ini?" gumamnya, menemukan sebuah berita yang sangat mengejutkan.

"Murid SMA berkelahi 2 lawan 12 orang dewasa?" ucapnya lagi. "Wahhh.. Nekat bener ya!"

Arel pun terus asik memainkan hp-nya dan akhirnya baksonya datang juga. Lalu, tiba-tiba Devina datang dengan nafas yang memburu cepat, sebab habis berlari.

"Arel!" serunya dengan nafas yang terengah-engah. Dadanya naik turun dengan cepat.

"Ada apa?" tanya Arel. Baru saja ia akan melahap suapan pertamanya. Karena Devina datang heboh seperti itu, jadinya Arel tidak meneruskan suapannya dan menaruhnya kembali kedalam mangkok.

"Itu.. Gawat.." ucap Devina terbata-bata, nafasnya masih memburu cepat.

"Tenang dulu! Tarik nafas dan keluarkan perlahan," tutur Arel mempergakannya dan diikuti oleh Devina. "Nah, sekarang kamu bisa cerita. Ada apa?"

"Gawat! Rey berkelahi sama Dani!" serunya, membuat Arel terbelalak kaget.

"Apa? Kenapa? Dimana?" sahut Arel memberi pertanyaan bertubi-tubi pada Devina.

"Ah sudahlah! Ayo ikut aku sekarang!" seru Devina menarik paksa Arel pergi bersamanya.

"Tapi, baksoku!" lirih Arel, yang bahkan belum memakan satu suap baksonya yang ia pesan.

Devina terus saja menarik Arel pergi berlari bersamanya menuju tempat perkelahian terjadi di lapangan basket, yang ada didalam gedung. Bisa Arel lihat, ketika hendak sampai disana. Ia melihat orang-orang berkumpul dan terdengar suara ribut tonjok menonjok.

Arel dan Devina menerobos masuk kedalam kerumanan orang-orang yang menonton. Mereka pun berhasil sampai didepan dan melihat Rey dan Dani yang sudah lusuh dan babak belur. Sorotan mata mereka terlihat penuh amarah dan hasrat ingin membunuh. Arel merasa sangat takut melihat keduanya berkelahi seperti hewan liar, seperti itu.

"Berhenti!" teriak Arel. Namun, Rey dan Dani tidak menggubrisnya dan malah mengabaikannya. Mereka yang dipenuhi bara api amarah tidak mendengarkan siapapun yang melerainya.

Tanpa Arel sadari, kakinya melangkah dengan sendirinya memasuki area pertarungan mereka. Ia mencoba melerai mereka. Namun, mereka yang di amuk oleh badai kemarahan, begitu sangat menakutkan.

"Hei! Arel! Kamu mau apa? Kembali kesini!" teriak Devina merasa cemas, kalau-kalau ia terkena imbas dan tonjokkan dari mereka yang berkelahi.

"Rey berhenti!" serunya menarik Rey agar mendengarkannya. Namun, Rey tidak menggubrisnya dan malah mendorong Arel hingga terlempar dan terjatuh dilantai.

BUGH! "Aduhh!!" lirih Arel. Devina menghampiri Arel yang terlempar dan jatuh karena dorongan Rey yang kuat itu. Devina membantunya untuk berdiri.

"Kamu baik-baik saja?"

"Iyah."

"Kenapa kamu malah masuk kesana sih?"

"Kita harus menghentikan mereka!"

"Ini urusan lelaki, kita sebagi cewek tidak bisa ikut campur," tutur Devina.

Arel begitu keras kepala dan tidak mendengarkan Devina. Ia malah kembali berlari menghampiri mereka yang berkelahi. Arel tersandung oleh kakinya sendiri dan berakhir ditengah-tengah Rey dan Dani yang akan saling melesatkan tinjunya. Arel terkejut dan memejamkan matanya. Sontak Rey dan Dani pun ikut terkejut dengan kedatangan Arel yang tiba-tiba berada ditengah-tengah mereka itu. Mereka pun menghentikan tinju yang akan dilesatkan.

Bisa Arel dengar suara hembusan nafas mereka yang memburu cepat. Arel membuka kedua matanya dan merasa begitu lega karena ia selamat dari tinju kedua cowok yang berkelahi ini. Kalau saja, Rey dan Dani tidak berhenti dan tinju mereka mengenai Arel, entah apa yang akan terjadi. Mungkin, kedua pipi Arel bisa bengkak parah karenanya.

"Arel?" ucap mereka berdua bersamaan.

Arel memasang tatapan tajam dan melirik pada keduanya. "Kalian ini, hentikan! Kalian sudah gila apa? Kenapa kalian berkelahi seperti anak kecil?" kesal Arel marah-marah dan ngomel kayak ibu yang sedang memarahi kedua anaknya.

Lalu, Arel menarik kedua telinga mereka layaknya seorang ibu yang sedang memberi pelajaran pada anaknya patuh. Mereka berdua merintih kesakitan karenanya.

"Aduh aduh! Arel lepaskan ini sakit!" seru Dani.

"Sakit? Aku hanya menarik telinga kalian. Ini juga sama sekali tidak kuat, dan kalian merasa sakit?" geramnya, lalu melepaskan tarikannya. Telinga mereka sampai memerah karena jeweran dari Arel yang begitu kuat.

"Kenapa kamu mempermalukan kami seperti ini?" bisik Rey pelan. Karena ia melihat ada beberapa siswa dan siswi yang cekikikan tertawa asik menonton mereka yang tengah dimarahi oleh Arel.

"Malu? Lalu, apa kalian tidak malu, berkelahi seperti itu? Sekarang kalian ikut aku!" seru Arel kembali menarik telinga keduanya, seraya melangkah pergi dari lapangan basket didalam gedung, diikuti oleh Devina. Dan mereka yang menonton segera bubar, karena pertunjukkan sudah selesai. Rey dan Dani merintih kesakitan sepanjang koridor sekolah.

"Arel, dengarkan dulu penjelasan kami," ucap Dani.

"Iyah, kami berkelahi karena ada alasannya," timpal Rey.

Lalu, Arel pun menghentikan langkahnya dan melepaskan tarikan tangan pada telingan mereka yang kini semakin memerah. Rey dan Dani menggosok-gosokan tangannya ditelinganya yang memerah dan mulai terasa gatal.

"Apa alasannya?" tanya Arel.

Rey dan Dani saling menatap diam dan saling menganhkat alis memberi isyarat. "Kalian mau jelaskan, atau aku akan menarik telinga kalian lagi?"

"Baiklah, akan aku jelaskan," sambar Rey. "Sebenarnya, kami membuat taruhan."

"Taruhan? Taruhan soal apa?"

"Kami bertaruh, siapa yang bisa menjadi kekasihmu. Dia adalah pemenangnya dan yang kalah akan menjadi budaknya selama ia bersekolah disini," jelas Rey.

"Lalu, apa hubungannya sama perkelahian kalian ini? Toh, kalian berdua tidak ada yang berhasil, kan? Aku menolak kalian berdua!" seru Arel.

"Shuut.." sambar Rey yang langsung membungkam rapat mulut Arel. "Jangan keras-keras! Mau ditaruh dimana harga diri aku sebagai cowok keren dan tampan ini, jika mereka tahu kalau kamu menolakku?" bisiknya.

"Apa? Jadi, kamu ditolak! Wahh bener-benar yah, kau!" seru Dani yang merasa geram, menatap kesal pada Rey.

"Kamu bilang, kalau Arel sudah menjadi pacarmu! Jadi, kamu bohong?" sambungnya. Rey tersenyum canggung dan Arel pun melepaskan bungkamannya.

"Hei, kawan! Ayolah, aku kan cowok tampan dan sangat populer disekolah. Banyak cewek yang mengejarku. Kalau mereka tahu aku ditolak sama Arel, harga diri aku bisa bisa hancur, man!" balas Rey.

"Wahh.. Aku terus melakukan perintahmu selama 30 menit terakhir. Jadi, kamu hanya mempermainkanku!"

"Aeh! Kau juga tidak melakukannya dengan benar. Dan malah marah-marah dan mengajakku berkelahi, kan?"

"Itu karena apa yang kamu perintahkan sangat keterlaluan! Menjilati sepatamu? Apa kau sudah gila!"

Mereka kembali berkelahi dihadapan Arel yang kini hanya bisa menggeleng malas dan memutar kedua bola matanya. Kemudian ia lekas melangkah pergi meninggalkan mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!