Datang juga

Malam ini Arel hendak saja akan pergi tidur. Ia sudah bersiap-siap akan menutup matanya dan pergi ke alam bawah sadarnya. Namun, tiba-tiba ia teringat pada Rey. Malam ini dia mengajaknya dinner. Arel bangkit duduk, sejenak ia berpikir dan tidak mau pergi. Ia merasa malas untuk pergi menemui Rey.

Arel melirik pada jam yang menggantung didinding kamarnya.

Dan astaga! Arel terbelalak kaget. Sudah pukul 09:15. Sontak Arel terkejut dan melompat bangun dari tempat tidurnya. Ia segera mengganti pakaiannya dan sedikit memoles bibirnya dengan lipcream. Karena ini sudah malam, ia pergi keluar dengan mengendap-endap. Bukan apa-apa, hanya saja Arel takut kalau Rey masih disana dan menunggunya sampai selarut ini.

Disisi lain Rey memang masih menunggu kedatangan Arel. Ia bahkan sampai ketiduran disana. Sehingga salah satu pegawai disana harus membangunkan dirinya.

"Maaf mas, bangun!" ucap salah satu pelayan disana membangunkan Rey yang terlelap tidur. Rey sontak terbangun gelagapan.

"Hah, iyah?" sahut Rey panik. Lalu ia mengusap wajahnya dan mengucek kedua matanya dengan telunjuk dan ibu jarinya.

"Mas masih mau menunggu? Sepertinya orang yang mas tunggu tidak akan datang," tutur pelayan.

Rey melirik pada jam yang melingkar dipergelangan tangannya. "Kurasa memang begitu," sahut Rey memberi senyum simpul kekecewaan.

Rey hendak saja bangkit dan akan pulang. Karena hari mulai semakin larut. Lagi pula ia sudah menunggu sangat lama, sampai-sampai ia tertidur disana. Rey melangkah hendak aka melagkah pergi.

"Rey!"

Tetapi Arel baru saja tiba dengan nafas yang terpogoh-pogoh karena lelah berlari. Nafasnya terdengar memburu cepat keluar masuk hidung dan mulutnya.

"Arel?"

Arel mencoba mengatur nafasnya dan duduk dikursi yang sudah tersedia. "Maaf Rey, aku benar-benar lupa!" seru Arel.

"Ku pikir kamu tidak akan datang," sahut Rey kembali duduk.

"Aku benar-benar lupa. Maaf Rey! Apa kamu hendak akan pulang?"

"Yah, tadinya. Tapi karena kamu sudah datang, kenapa kita tidak langsung memesan makanan saja?"

"Baiklah, kalau begitu. Mas dan mbak mau pesan apa?" sambar pelayan yang sedari tadi memang belum pergi dan masih disana.

"Ah iyah, Aku pesan Spageti dengan mushroom cream sauce dan minumannya, Teh madu hangat saja," ucap Rey pada pelayan yang bekerja disana.

"kamu mau pesan apa?" tanya Rey lagi pada Arel.

"Emm.. Aku pesan yang sama saja. Seperti pesanan Rey," sahut Arel tidak mau pusing memilih menu.

"Baiklah, tunggu sebentar yah," balas palayan itu dan berlalu pergi kedapur menyiapkan pesanan mereka. Rey dan Arel masih terdiam membisu, tidak aaling bicara atau melontar kata. Rey tersenyum sambil menatap Arel.

"Kenapa?" tanya Arel heran dengan senyuman Rey yang terlontar.

"Tidak papah. Hanya saja, aku sangat senang. Walau telat, tapi kamu tetap datang dengan pakaian yang seadanya,"

"Ahh itu.. Yah, aku tidak punya waktu untuk memilih pakaian saat melihat jam. Aku bahkan tidak meminta izin pada yokap, kalau aku pergi keluar,"

"Benarkah? Sampai sejauh itu, kamu mencoba untuk datang kesini? Kenapa?"

"Yah, karena aku tidak merasa enak saja padamu. Aku pikir setidaknya aku harus memeriksa, apakah kamu masih disini atau sudah pulang karena menungguku terlalu lama. Tapi ternyata kamu memang menungguku," terang Arel.

Lagi-lagi Rey tersenyum. "Terimakasih, karena sudah datang. Tadinya aku sangat kecewa sama kamu. Tapu, karena kamu berusaha untuk tetap datang, aku memaafkanmu."

"Ciihh... Itu karena aku lupa! Bukan disengaja," rajuk Arel.

Tidak lama pesanan mereka datang dan dihidangkan diatas meja. "Selamat menikmati," ucap pelayan yang mengantar pesanan mereka.

"Terimakasih," balas Rey.

Pelayan itu pun tersenyum dan berlalu pergi lagi kedapur. Aroma dari spagetinya tercium sangat harus. Arel meneguk teh hangat madunya terlebih dahulu sebelum memakan spagetinya.

"Ayo dimakan!" seru Rey, menyantap lahap spageti yang dipesannya itu. Ia terlihat sangat kelaparan. Arel jadi merasa bersalah. Walau bagaimana pun juga, ini adalah kesalahannya. Arel pun ikut menyantap lahap pesanannya.

"Bagaimana? Enak, kan?" tanya Rey.

"Mm.. Enak."

"Setelah makan, mau langsung pulang atau mau pergi kesuatu tempat dulu?"

"langsung pulang saja. Ini sudah larut. Takutnya yokap tahu kalau aku keluar tanpa izin darinya."

"Baiklah, kalau begitu."

Mereka melanjutkan aktivitas makan mereka. Seusai makan, Rey pergi kekasir untuk membayar. Yah, Rey memang anak orang kaya. Dia juga sangat tampan dan keren. Kalau baik sih, dia emang baik pada Arel. Tapi, sebenarnya ia adalah anak yang sering berbuat onar disekolah. Namun, banyak sekali cewek yang menyukainya karena ketampanannya.

"Udah yuk, pulang!" ajak Rey.

"iyah."

Arel pun diantar pulang oleh Rey dengan motor besarnya. Ini pertama kalinya Arel dibonceng oleh cowok. Arel sebelumnya tidak pernah menerima tawaran dari cowok manapun, untuk dibonceng olehnya. Dan ini pertama kalinya ia dibonceng oleh cowok.

Rey sampai mengantar Arel didepan gerbang rumahnya. Arel turun dari motor besar Rey.

"Makasih sudah ngenterin. Kalau begitu aku masuk dulu," ucap Arel berbsisik pelan.

"Baiklah. Sampai ketemu disekolah besok," balas Rey tersenyum manis.

"Baiklah, sekarang kamu harus pergi," usir Arel seraya membuka gerbang dan masuk kedalam. Rey menyalakan motornya dan melaju pergi untuk pulang.

Arel mengendap-endap masuk kedalam rumah yang gelap. Ia berharap, semoga ibundanya masih terlelap tidur dan tidak menyadari kedatangannya.

"Kamu dari mana?" lontar suara yang ia takutkan akhirnya terdengar. Ruangan yang awalnya gelap, kini berubah jadi terang. Tampaklah sosok wanita yang sedang menatap tajam pada Arel dengan melipat kedua tangannya didepan dada.

"Eh? Bunda?" sahut Arel memberi senyum canggung.

"Siapa yang mengantarmu tadi?"

"Bukan siapa-siapa kok, bun. Hanya temen."

"Hanya teman? Kamu ini seorang gadis Arel, tidak sepantasnya kamu keluar malam dan dibonceng oleh cowok seperti itu. Apa nanti kata orang? Mereka akan berpikir, kalau kamu ini anak yang tidak baik. Dan bla.. bla.. bla.."

Malam ini Arel mendapatkan konsekuensinya karena keluar tanpa izin dari bundanya. Ia harus menerima omelan dari ibundanya selama satu jam penuh. Arel hanya menunduk dan merasa sangat menyesal karena sudah melanggar aturan yang ibundanya buat dan telah disepakati olehnya.

"Jadi, apa kamu akan mengulanginya lagi?"

"Tidak bunda. Arel menyesal. Arel tidak akan mengulanginy lagi."

"Itu bagus. Kamu tahu, bunda melakukan semua ini untuk kebaikanmu."

"Iyah bunda, Arel tahu kok."

"Kalau begitu. Pergilah kekamarmu sekarang, dan tidur! Besok kamu bisa terlambat bangun,"

"Baik, bun."

Arel pun menuruti apa yang ibundanya katakan. Memang ibunda Arel sangat tegas terhadapa Arel. Arel bahkan tidak berani melawan ibundanya. Arel pun pergi tidur tanpa mengganti pakaiannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!