Ungkapan cinta Rey

Arel dan Devina pagi ini tengah berbincang-bincang ditaman. Sesekali tawa pecah memberi suasana bahagia. Tiba-Tiba Dani datang lagi dengan sebuah gitar didepan Arel.

"Hallo, Arel!" sapanya, sambil memasang kacamata hitam.

Arel dan Devina menggeleng malas dan memutar kedua bola matanya.

"Kapan dia akan berhenti?" gumam Arel.

Dani pun mulai memainkan gitarnya. Arel cukup terkesan karena permainan gitarnya sangat bagus dan enak didengar. Awalnya Arel menikmati permainan gitarnya. Namun, Arel mengernyit saat Dani mulai menyanyi. Permainan gitarnya sih, memang bagus. Tapi suaranya sangat pales dan tidak enak didengar.

Devina tertawa kecil karena lucu mendemgar nyanyian rombeng dari Dani. Arel tersenyum canggung juga malu, karena banyak orang yang memperhatikan.

"Eh sudah sudah! Suaramu tidak enak didengar!" lontar Gio berseru dan menghampiri mereka.

"Apaan sih? Ganggu saja!" balas Dani kesal.

"Giliran aku! Arel, kamu pasti akan menyukainya," ucap Gio dengan pedenya. Entah apa yang akan ia lakukan. Ia mengeluar handphonenya dan menyetel sebuah musik DJ. Gio bersiap dan membuka baju seragamnya hingga otot perutnya dan dadanya yang bidang bisa dilihat orang banyak.

"Dia mau apa, sih? Bikin malu saja," bisik Arel pada Devina.

"Entahlah. Tapi yang pasti ini sangat spesial buat kamu," balas Devina yang cekikikan menahan tawa.

Awalnya Gio ingin melakukan tarian Hip Hop. Namun, malah tarian abstrak dan konyol yang keluarkan. Dan yang paling membuat Arel malu, kenapa harus ada banyak orang yang menonton. Arel hanya bisa menunduk dan menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Stop! Berhenti!" teriak pak Arla yang tiba-tiba datang. "Apa-apaan ini? Kalian tidak dengar bel sudah bunyi! Dan apa ini? Kenapa kamu buka baju!" seru pak Arla membuat semua yang menonton berhamburan pergi berlari dan bubar. Begitu pun Arel dan Devina yang langsung kabur setelah kedatangan pak Arla.

***

Arel dan Devina sampai dikelas dengan nafas yang masih memburu. Seketika tawa pecah diantara mereka, mentertawakan kejadian yang baru saja.

"Menjadi cantik ternyata gak enak juga yah?" ucap Devina nyindir Arel.

"Yah memang."

"Lagian punya pacar! Biar gak dikejar-kejar terus kayak gini!"

"Yah, mau gimana lagi? belum ada yang cocok."

"Terus sama Rey gimana?"

"Rey? Aku sama sekali gak ada perasaan sama dia,"

"serius kamu? Wahh.. Kamu aneh bener ya! Lantas, seperti apa sih, cowok yang kamu suka?"

Sejenak Arel terdiam berpikir. "Aku juga gak tahu."

"Yaelah, ada yah orang kayak kamu!" balas Devina menepak jidatnya. Sementara Arel hanya mengangkat kedua bahunya.

Guru telah tiba dikelas dan memulai pelajaran. Mata pelajaran pertama yang paling Arel sukai yaitu Fisika. Arel tampak bersemangat dengan mata pelajaran hari ini.

Lagi-lagi Rey melempar sebuah kertas pada Arel yang berisikan tulisan singkat. Arel membacanya dengan mencuri sedikit dari jam belajarnya.

Istirahat nanti, temui aku dipohon besar dibelakang kantor guru.

Arel mengangkat sebelah alisnya setelah membacanya. Lalu menoleh pada Rey yang kini tengah tersenyum dan melambai padanya. Segera Arel kembali menoleh kedepan dan membuang kertas itu dibawah kolong mejanya. Ia melanjutkan perhatiannya pada pelajaran yang kini tengah diterangkan.

Dua jam belajar telah habis dan bel istirahat telah berbunyi dengan lantang. Arel teringat akan pesan dari Rey. Dan ia menoleh pada bangku Rey yang sudah kosong itu. Arel celingak-celinguk mencari Rey didalam kelas. Namun, tidak ia dapati.

"Sepertinya dia sudah pergi. Mau apa sih, dia nyuruh aku pergi kesana?" gumamny.

"Kekantin, yuk?" ajak Devina.

"hah? Ahmm.. Maaf yah, tapi aku ada janji ketemuan sama Rey," tolak Arel jujur dengan alasannya.

"Dengan Rey? Baiklah. Kalau begitu, aku duluan yah!" balas Devina seraya pergi keluar kelas.

Arel bergegas pergi menuju pohon besar dibelakang kantor guru. Arel sedikit gugup dan takut. Sebab, disana tempat yang sangat sepi sekali. Arel selalu takut, jika ada cowok yang mengajaknya ketemuan ditempat yang sepi, apalagi hanya berdua saja. Namun, ia tetap pergi karena ia yakin Rey pasti tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.

Ia sampai disebuah pohon besar yang ada dibelakang kantor guru. Tidak ada siapapun disana. Juga tidak ada tanda-tanda dari Rey. Sejenak Arel berpikir negative pada Rey. Ia pikir kalau Rey hanya mempermainkannya saat ini. Lantas, Arel pun hendak pergi dan kembali.

"Maaf membuatmu menunggu!" lontar Rey mengejutkan Arel dari belakang. Sontak Arel berbalik dan mendapati Rey yang memakai jas hitam dan dasi hitam bergaris putih dengan tangan yang disembunyikan dibelakang tubuhnya. Ia melangkah mengahampiri Arel dengan senyum yang menawan dan langkah yang gagah.

Arel melongok menatap heran pada Rey. Apa yang terjadi pada Rey? Kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu? Pikir Arel. Rey pun datang padanya tepat berdiri 30 cm dari Arel berdiri saat ini.

"Ada apa, Rey?" tanya Arel.

"Ada hal yang harus aku katakan sama kamu,"

"Apa itu? Dan kenapa kamu berdandan seperti itu?"

"Karena apa yang akan aku katakan, sangat penting."

"Baiklah, apa itu?"

Rey tersenyum dan berjongkok menengadah menatap wajah Arel. Arel merasa tidak nyaman dengan apa yang Rey lakukan sekarang.

"Hei, kamu sedang apa?"

"Arella. Aku dengan tulus mengatakan semua ini. Arella, aku menyukaimu. Jadilah, kekasih sahku," ucap Rey dengan lembut dan penuh makna seraya mengeluarkan sebuah cokelat dan boneka kecil beruang berwarna putih dengan pita merah dilehernya.

Arel terkejut bukan main dengan ungkapan Rey yang tiba-tiba. Arel tersenyum canggung dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Aduh Rey. Maaf nih yah. Tapi aku tidak bisa," tolak Arel tanpa pikir panjang lagi.

"Kamu gak mau pikir-pikir dulu? Aku udah nyiapin ini khusus buat kamu, Rel," balas Rey langsung bangkit dan berdiri.

"Masalahnya aku gak ada perasaan apapun sama kamu, Rey," tutur Arel dengan jujur.

"Tapi Rel..."

"Maaf Rey. Cari cewek lain saja, yang benar-benar sayang sama kamu," ujar Arel seraya pergi meninggalkan Rey sendirian disana. Devina yang sedari tadi mengintip dan mengikuti Arel tidak menyangka kalau Arel benar-benar akan menolak Rey mentah-mentah.

"Gila! Arel nolak cowok tampan dan keren kayak Rey? Wahh.. Benar-benar sakit kayaknya si Arel. Heran aku sama dia," gumam Devina dan pergi dari sana sebelum Rey menyadarinya.

Sementara Rey kinj tengah patah hati dan merasa kecewa. Ia mengepal erat kedua tangannya, dan memukul pohon besar yang ada disana.

"Arella! Kenapa sulit sekali membuatmu jatuh cinta padaku?" gumamnya merasa kesal. Rey membuang cokelat dan boneka dengan penuh amarah. Lantas, ia pun pergi dan kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!