My Lover'S Death

My Lover'S Death

Bab 1

Semilir angin pantai menerpa tubuh ringkih Arsyana, seperti biasa setelah kembali dari kerja part timenya Arsyana selalu menyempatkan diri untuk datang kepantai, dimana pantai ini menjadi saksi kisah cintanya dengan kekasihnya.

Perlahan tangannya mengusap lembut airmata yang mengalir membasahi pipinya, pandangannya luruh menatap ketengah laut yang sudah nampak gelap karena malam, matanya mulai menutup dan sekelebat ingatan mulai muncul di ingatannya. Laki laki yang memiliki paras tampan dengan senyum merekah dibibirnya menampakkan sederetan giginya menatap sejuk kearah Arsyana.

“Alvaro" lirih Arsyana.

Perlahan Arsyana kembali membuka matanya lalu bergegas mengambil tas yang berada disampingnya dan pergi meninggalkan pantai.

Jalanan kota yang nampak ramai namun tak sampai menyebabkan kemacetan membuat laju mobil yang di kendarai Arsyana berjalan dengan lancar.

Setelah beberapa saat mobil itu memasuki halaman mansion yang nampak mewah dan luas milik kedua orang tuanya.

Saat Arsyana keluar dari mobilnya, dia melihat satu mobil yang menurutnya itu bukan milik orang tuanya ataupun kakaknya. Tanpa berfikir panjang Arsyana segera memasuki rumahnya dan terdengar gelak tawa dari dalam rumahnya saat dirinya baru melewati pintu utama.

“Ma!” suara Arsyana mampu membuat gelak tawa mereka semua terhenti dan menatap kearah Arsyana yang baru saja datang.

“Sayang kamu sudah pulang?” tanya wanita paruh baya bernama Maria yang sering dia sapa ‘MAMA’ yang kini berjalan mendekat kearah putrinya itu dengan senyuman tulus.

Arsyana mengangguki pertanyaan Mamanya kemudian memeluknya sesaat.

“Lihat siapa yang datang,” Maria menggeser tubuhnya kesamping putrinya agar putrinya bisa melihat seseorang didepan sana.

“Bunda,” Arsyana segera berlari pelan lalu memeluk wanita yang terlihat seusia dengan Maria.

“Hai, sayang. Gimana kabar kamu?” tanyanya.

“Seperti yang bunda lihat” jawab Arsyana senang.

Rosa, wanita yang dia sapa bunda itu hanya tersenyum pilu melihat gadis di depannya ini kini telihat lebih kurus dari terakhir dia bertemu, sorot matanya juga terlihat tak lagi bersinar seperti dulu lagi.

Rosa hanya diam dengan menyimpan perasaan sedih dan penyesalan dalam dirinya ketika melihat anak dari sahabatnya kini terlihat tidak baik-baik saja.

“Om,” Arsyana berganti memeluk Erlan suami Rosa yang berada dibelakang istrinya.

“Halo cantiknya Om, gimana sekolahnya?” tanya Erlan.

“Lancar Om, Arsya juga sekarang ikut kerja part time buat nambah pengalaman,” jawab Arsyana.

“Astaga, kamu masih sekolah dan papa kamu itu sudah kaya kenapa kamu harus kerja part time” protes Erlan dengan memberi tatapan tajam pada Roland ayah Arsyana.

“Saya sudah melarangnya, tapi memang dia yang keras kepala,” sangkalnya segera sebelum dia tersudutkan oleh tuduhan-tuduhan Erlan yang akan membela putrinya.

“Benar kata papa, Om. Ini memang kemauan Arsya sendiri” sahut Arsyana membela sang papa.

“Baiklah asalkan kamu juga menjaga kesehatan kamu,”ucap Erlan dengan mengelus surai rambut Arsyana.

“Tenang saja, Om. Arya selalu sehat kok” jawabnya

“Bohong” sahut Arsenio yang merupakan kakak sekaligus kembaran dari Arsyana.

“Apa sih” bantah Arsyana tak terima.

“Ya emang kenyatannya begitu, lo bohong semalem aja batuk pilek lo kayak anak kecil,” jelas Arsenio.

“Itu kan cuma flu, semua orang juga pasti ngalamin kali, kayak lo gak pernah aja” bantah Arsyana lagi.

“Sudah sudah kalian ini gak malu apa berantem mulu?” lerai Maria.

Mereka berdua hanya saling melirik sinis satu sama lain. Hingga akhirnya Roland mengajak mereka semua untuk makan malam bersama.

***

Disisi lain seorang pemuda tengah mengendarai motor ninja hitamnya dengan kecepatan tinggi di jalanan sepi meninggalkan seseorang lagi dibelakangnya dengan jarak yang cukup jauh.

Sorak sorai mulai terdengar saat motor pemuda itu melewati sebuah pita merah didepannya, tak lama kemudian disusul oleh seseorang yang menggunakan motor ninja merah.

“Lo kalah,” ucapnya menghampiri pemilik motor berwarna merah dengan helm yang masih terpasang di kepalanya.

“Sialan, nih” umpatnya dengan memberikan kunci motor miliknya.

“Kita pergi!” perintahnya dengan melempar kunci motor yang baru dia dapat kearah salah satu temannya.

Tak menunggu lama lagi mereka segera mengukuti arahan yang diberikan oleh pemuda itu dengan membawa pergi motor ninja merah tersebut.

***

“Sya, lo udah ngerjain tugas Matematika yang kemaren?” tanya Mila yang tengah mensejajarkan langkahnya dengan Arsyana.

“Belum, lagian pula juga masih tiga hari lagi pelajarannya” jawab Arsyana dengan santai sedangkan Mila tengah mengaga mendengar jawaban temannya itu.

“Buset ni bocah, tiga hari itu sebentar belum lagi tugas lainnya yang juga udah baris kek antrian sembako” protes Mila.

“Udah deh ya, lo diem! Gue juga bukan pengangguran yang tiap harinya santai santai cuma mikirin tugas, gue juga part time kalo lo lupa” sahut Arsyana kesal.

“Lagian punya orang tua udah kaya juga pakek acara part time segala” balas Mila tak kalah kesal.

Arsyana memutar bola matanya malas dan melangkah cepat meninggalkan Mila, karena kalau sudah begini pasti pembahasan mereka akan meluber kemana-mana dan ujungnya adalah pertengkaran.

Arsyana dan Mila memasuki kelas mereka dan mendapati Jessica yang juga merupakan teman mereka telah duduk di kursinya dan fokus pada ponselnya sampai-sampai tidak menyadari kehadiran kedua temannya itu.

“Jessica!” sapa Rumi dengan meninggikan suaranya.

“Astaga, ngagetin aja sih,” kesalnya.

Sedangkan Arsyana hanya diam dan langsung menuju ke kursinya yang berada didepan Jessica.

“Ngelihatin apasih, serius banget?” tanya Mila.

“Ini loh, hari ini ada murid baru, dan katanya juga masuk ke kelas kita,” jawab Jessica.

“Serius lo? Cewek apa cowok?” tanya Mila antusias.

“Cowok, ganteng tau, nih lihat fotonya udah kesebar di grub angkatan.” Jessica menyerahkan ponselnya pada Mila.

“Sya…Sya…Sya…Arsya!!.” Rumi yang antusias segera memanggil Arsyana untuk menunjukkan foto yang ada di ponsel Lina.

“Hmm” sahutnya yang masih terfokus pada ponsel miliknya.

“Ganteng tau Sya, lihat deh siapa tau naksir,” bujuk Mila yang menyodorkan ponsel Lina pada Arsyana.

“Hmm” jawabnya singkat.

“Dih, kebiasaaan si Arsya,” cibir Rumi yang kesal karena respon dari temannya itu.

“Kayak gak tau aja Arsya gimana,” sahut Lina.

Mereka berdua kembali membicarakan murid baru itu dengan semangat tanpa mengetahui sebenarnya Arsyana juga tengah memperhatikan foro murid baru itu dari ponselnya, dia merasa ada perasaan aneh pada dirinya saat melihat foto tersebut.

“Wajah mereka nampak mirip,” lirihnya pelan yang hanya bisa terdengar olehnya.

Arsyana masih terus menatap layar ponselnya dengan serius, matanya memperhatikan setiap inci dari wajah murid baru tersebut.

"Tidak, mereka beda" gumamnya.

"Apa yang beda?" sahut Arsenio yang sudah berada disamping Arsyana dan itu cukup membuatnya terkejut dan segera mematikan layar ponselnya agar Arsenio tidak melihat apa yang tengah Arsyana lihat.

Arsyana menarik dalam nafasnya kemudian menatap Arsenio tajam. "Bisa gak jangan ngagetin," ucapnya kesal.

"Ya, maaf. Abisnya lo serius amat lihatin hp trus pakek ngedumel sendiri lagi," jelas Arsenio.

Arsyana tak lagi menanggapi ucapan Arsenio dan segera memasukkan ponselnya kedalam tas dan mengeluarkan buku pelajaran karena bel masuk telah berbunyi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!