Bab 17

Semua anggota Black Leaves kini tengah menuju ke arena balap yang telah ditentukan malam ini.

Arena balap malam ini bukan arena yang bisa mereka gunakan, lokasi malam ini terletak cukup jauh dari kota sehingga mereka memerlukan waktu sekitar satu jam untuk sampai ke lokasi.

Setelah satu jam lamanya mereka perjalanan kini mereka telah sampai dan mereka adalah yang paling akhir sampai di lokasi.

“Kalian cukup lama sampainya,” ujar Jevian yang berjalan kearah Black Leaves.

“Ada sedikit kendala pada Queen kita, jadi perjalanan sedikit terhambat,” jawab Vier.

Memang Arsyana sedikit memiliki hambatan saat akan berangkat menuju markas mereka tadi, yaitu menunggu orang rumahnya tidur terlebih dahulu.

Jevian melihat kearah Arsyana yang dia kenal sebagai Ghea selama ini.

“Ghea, postur tubuh lo mengingatkan gue sama seseorang, tapi gak mungkin karena dia terlalu baik untuk jadi seperti lo,” ucap Jevian menatap sinis Ghea.

Sedangkan Arsyana/Ghea hanya terkekeh kecil mendengar ucapan Jevian yang sebenarnya memanglah fakta.

“Oh, ya. Memangnya orang seperti apa dia??” tanya Ghe meremehkan.

“Dia cantik walaupun sedikit nyebelin tapi yang pasti dia lebih baik dari lo,” jawab Jevian bersemangat saat membanggakan Arsyana tanpa dia tau bahwa yang dia bicarakan kini tengah berada di depannya.

Arsyana dia tak bisa menaham senyumnya di balik helm saat mendengar Jevian memujinya didepan teman-temannya.

“Sudah, nanti bisa besar kepala orangnya,” potong Vier melirik kearah Arsyana.

Arsyana berdecak kesal menatap Vier, dan itu mengundang kekehan kecil dari anggota Black Leaves lainnya.

Arsyana mengedarkan pandangannya dan menemukan keberadaan Giro diantara anggota gengnya.

Senyum tipis terbentuk di bibir Arsyana, segera dia melangkah mendekati Giro yang juga tengah menatapnya.

“Mau taruhan??” tawarnya.

Giro menaikkan sebelah alisnya dibalik helm yang dia pakai. “Apa??” tanya dia penasaran.

“Kita duel, yang kalah buka helm dan menunjukkan wajah di depan semuanya,” jawabnya menantang.

Hal itu menarik perhatian semua yang ada di sana tak terkecuali Black Leaves itu sendiri.

“Ghea!!!” seru Vier tegas saat mendengar hal konyol yang baru saja dikatakan oleh anggota bungsunya.

Gio yang merasa geram pun segera melangkah ke arah Arsyana.

“Ghea, lo jangan bercanda deh, kalo lo kalah, lo akan buat kita dalam masalah,” tegur Gio.

Hal itu sontak membuat Giro yang didepannya penasaran dan merasa heran kenapa segitunya mereka menyembunyikan identitas mereka.

“Lo gak lagi meragukan gue kan, Bang??”

“Enggak, gue cuma__”

“Udah, lo tenang aja gue tau apa yang harus gue lakukan,” sahut Arsyana.

Gio menghela nafas pasrah, mau bagaimana pun kemampuan si bungsu memang tidak bisa diremehkan, tapi mempertaruhkan identitas mereka itu juga bukan hal yang baik.

“Baiklah, lakukan tapi ingat! Harus menang!!” ucap Gio.

“Hmm”

“Gimana, lo mau??” tanya Arsyana yang beralih kearah Giro.

“Oke, Deal!!!” jawab Giro tanpa ragu.

Kemampuannya mungkin memang tidaklah buruk, tapi melihat lawan didepannya yang merupakan Queen Black Leaves yang terkenal hebat dalam balapan bahkan belum ada yang bisa menandinginya membuatnya merasa tertantang.

Tidak masalah jika dia harus mengorbankan identitasnya, karena menurutnya itu bukan masalah besar.

Tapi tidak bagi lawannya.

Arsyana harus berusaha untuk menang selain untuk tetap menjaga identitasnya juga untuk mengetahui siapa orang dibalik helm itu.

Arsyana memang bukan pemimpin gengnya tetapi kemampuannya yang lebih unggul dari anggota lainnya mendapat julukan Queen dari anggotanya.

Dan dia harus membuktikan julukan itu sekarang dimana saat identitas anggota yang lain terancam dia harus berusaha keras menutupinya kembali dengan kemenangan.

Kini keduanya telah berada di garis start, banyak pasang mata yang menyaksikan mereka.

Menurut mereka ini adalah balapan yang cukup menarik mengingat taruhan yang mereka tetapkan adalah membuka identitas yang kalah, karena sejujurnya bagi mereka yang ada disana juga penasaran akan wajah dibalik helm tersebut sehingga siapapun yang menang nanti itu akan sangat menarik.

Duel telah dimulai terdengar teriakan dari mereka yang menonton, dilihatnya kedua pembalap itu tengah melaju kencang menyusuri arena, belum ada yang bisa menilai siapa yang akan menang karena mereka saling menunjukkan skill masing masing yang terlihat menakjubkan.

Hingga putaran kedua kini telah terlewati dan Giro berhasil memimpin didepan dengan jarak yang cukup jauh dari Arsyana.

Arsyana tersenyum miring melihat lawannya yang sepertinya tengah berbangga hati karena telah bisa melewatinya.

Arsyana sedetik kemudian saat mendekati garis finish dengan cepat Arsyana menancap gas melaju melebihi kecepatan lawan, hingga di detik terakhir Arsyana berhasil memenangkan pertandingan ini.

“Sial” umpat Giro dibalik helmnya.

Arsyana dia yang seakan mengerti tentang kekesalan lawannya yang baru saja mengalami kekalahan segera mendekat dan berdiri tepat di depannya.

“See, gue yang menang, sekarang buka helm lo,” ucap Arsyana.

“Oke, tapi sebelum itu ada yang mau gue omongin sama Jevian,” ucap Giro menatap Jevian yang berdiri tak jauh darinya.

“Gue???” Jevian menunjuk dirinya sendiri keheranan.

“Hmmm, setelah lo tau siapa gue, gue mohon jangan beritahu adik-adik lo terutama Arsyana,” ucap Giro.

“Lah, apa hubungannya??” tanya Jevian penasaran.

“Lo akan tau nanti,”

“Udah?? Sekarang buka helm lo!!!” tegas Arsyana.

Terdengar helaan nafas Giro di balik helmnya, perlahan tangannya mulai melepas kancing pengait helm yang digunakan, kemudian tangannya perlahan mengangkat helmnya.

Entah mengapa keadaan saat ini terlihat sangat menegangkan bagi mereka yang berada di sana.

Mereka semua fokus tanpa berkedip menatap kearah ketua Vion yang akan membuka identitasnya didepan semua orang.

Saat Giro berhasil melepaskan helmnya, dan sontak membuat mereka yang melihatnya menatap takjub dengan wajah tampan yang dia miliki.

Berbeda dengan beberapa orang yang kini tengah terkejut melihat siapa orang di balik helm dan nama Giro tersebut, tak terkecuali Jevian yang mengenal pemilik wajah itu.

“Alvian!!!” seru Jevian dengan mata melotot kearahnya.

Raut wajah terkejutnya tak bisa disembunyikan ketika melihat siapa orang yang selama ini tengah membantunya menjaga keponakan perempuannya. Ternyata dia tak lain adalah teman kelas keponakannya sendiri.

“Yaa, ini gue, Alvian Pradipta Adelardo, seorang pelajar SMA yang bersekolah di sekolah yang sama dengan keponakan lo,” jelas Alvian menatap kearah Jevian.

Jevian masih tidak bisa mengeluarkan kata-katanya setelah itu.

Sama halnya dengan gadis yang kini berada didepannya, perlahan langkah gadis yang baru saja menjadi lawannya itu mundur dengan langkah gontai.

Anggota Black Leaves menyadari keadaan si bungsu yang terlihat tidak baik-baik saja segera menyanggah tubuhnya yang hampir kehilangan keseimbangannya.

“Lo gapapa??” tanya Vier yang menopang tubuh lemas Arsyana.

Arsyana menggeleng.

“Ternyata bukan ‘Dia’, ternyata dia memang sudah pergi, gue terlalu berharap bahwa orang yang didepan gue ini itu dia,” gumam Arsyana yang masih mampu di dengar oleh Alvian.

Alvian/Giro yang yang mendengar itu pun mengernyitkan dahinya.

Apa gadis ini mengira gue orang yang dia kenal. Batin Alvian.

“Apa sudah puas dengan tantangan ini??” ucap alv6 pada Ghea.

Ghea/ Arsyana tak menjawabnya dia masih syok dengan kenyataan yang semakin menyadarkannya.

Tanpa berkata lagi Arsyana segera melangkah kearah motornya dan melaju kencang meninggalkan arena.

Hal itu sontak membuat mereka bertanya-tanya apa yang terjadi begitupun Alvian yang merasa aneh dengan Ghea.

Melihat si bungsu pergi membuat seluruh anggota Black Leaves pun pergi dari arena, dan itu juga menjadi akhir dari balapan hari ini mereka semua juga pergi untuk pulang ke rumah masing-masing.

Sebelum itu Jevian kembali melangkah menuju Alvian yang saat ini tengah berdiri diatas motonya.

“Gue gak nyangka kalau Giro itu Lo,” ucap Jevian.

“Sekarang lo tau kan,” balasnya.

“Lalu apa yang buat lo ingin bantu gue untuk menjaga Arsyana, bukankah kalian juga baru saja kenal??” tanya Langit.

Alvian tersenyum simpul menanggapinya. “Hanya memenuhi janji pada seseorang,” jawabnya.

Jevian mengernyit heran, kemudian Alvian menepuk pelan pundaknya.

“Ingat jangan beritahu Arsyana dan juga Arsenio, ataupun Arjun,” ucapnya kemudian pergi meninggalkan Jevian bersama gengnya.

“Gue gak janji,” balas Jevian yang menatap kepergian Alvian beserta anggota Vion yang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!