Bab 5

Kini Javier beserta Samuel dan juga Alex sudah berada di markas BLACK LION, markas geng yang dipimpin oleh Javier dengan Samuel sebagai wakilnya.

Keadaan Javier sedari tadi masih terlihat sangat kacau memikirkan hal yang akan terjadi nantinya karena kebodohannya.

Dia takut jika musuh musuhnya benar benar akan mengancam keselamatan keponakan perempuannya itu.

“Sebenarnya malam itu gue juga berfikiran sama kayak Arjun, tapi waktu gue mau ngomong sama lo malah gue yang lupa,” ucap Samuel.

“Sialan, bodoh banget gue,” kesal Javier dengan memukul mukul kepalanya sendiri.

“Tapi Jav, malam itu kan yang dateng cuma kita sama geng VION, dan sejauh ini kita gak ada masalah sama mereka, jadi mungkin masih aman,” sambung Arkan.

“Kita emang gak pernah punya masalah sama mereka tapi ingat yang namanya musuh bisa jadi berasal dari mereka yang gak pernah bermasalah sama kita,” ucap Javier.

“Setuju, dan bisa jadi ada mata mata yang gak kita ketahui,” sambung Raka.

“Trus sekarang apa yang bakalan lo lakuin, Jav?” tanya Alex yang membuat Javier semakin frustasi memikirkan semua ini.

Kini mereka semua terdiam dan larut dalam fikiran masing masing.

Sampai suara decitan pintu yang terbuka membuat mereka semua mengalihkan perhatian pada seseorang yang kini tengah berdiri di depan pintu.

“Lo siapa?” tanya Javier saat melihat seseorang dengan helm yang masih melekat dikepalanya.

“Kenapa lo bisa masuk kesini?” sambung Samuel.

Tanpa mengindahkan pertanyaan pertanyaan mereka pemuda itu berjalan maju mendekati anggota inti Black Lion.

“Giro, panggil gue Giro, ketua Vion,” ucapnya dengan memperkenalkan dirinya tanpa melepas helm yang dia pakai.

Perkenalan Giro yang mendadak membuat anggota inti Black Lion terkejut.

“Mau apa lo kesini?” tanya Javier tegas dan menunjukkan rasa tidak sukanya pada Giro.

“Tenang, gue kesini cuma mau menawarkan bantuan,” jawabnya dengan santai.

“Bantuan apa yang lo maksud?” tanya Javier lagi.

Giro tersenyum di balik helmnya.

“Bantuan untuk menjaga keponakan lo dari musuh musuh lo,”

Jawaban Giro sontak membuat anggota inti Black Lion terkejut tidak percaya, bagaimana mungkin Giro mengetahui kegundahan yang tengah di alami oleh Javier saat ini.

“Gak usah kaget gitu lah, jadi gimana mau gak?” tawarnya.

“Gue gak kenal sama lo, jadi gak mungkin gue percaya in adek gue sama orang yang gak gue kenal,”

“Tapi gue kenal sama adek lo Arsyana, begitupun Arsenio,” senyum Giro lagi lagi mengembang di balik helmnya.

***

Arsyana yang tengah berada diruang keluarga dan tengah menonton televisi merasa terkejut dan heran saat Arjun tiba tiba datang memeluknya.

“Apasih, lepas,” Arsyana berusaha mendorong tubuh Arjun namun Arjun terlalu erat memeluknya.

“Enggak, gue mau meluk lo,” tolak Arjun dengan sengaja mengeratkan pelukannya.

“Lepas bego! Lo mau bikin gue mati gak bisa nafas,”

Arjun segera melepaskan pelukannya dan langsung memasang wajah cemberut kearah Naura.

“Lo kenapa sih, clingy banget?” tanya Arsyana kesal.

“Mau peluk,” ucap Arjun manja dengan merentangkan tangannya didepan Arsyana.

“Stress lo”

Arsyana menghiraukan Arjun yang sudah cemberut dan kembali menatap layar tv.

“Arsya mah, gue kan pengen dimanja sama lo,” Arjun terlihat memanyunkan bibirnya saat mendapat penolakan dari Arsyana.

“Gak ada manja manja, lo bukan Alvaro,” ucapan itu spontan keluar dari mulut Arsyana yang membuatnya diam seketika menyadari yang dia ucapkan begitupun dengan Arjun yang mungkin tau apa yang dirasakan sepupunya saat ini.

Arsyana kemudian beranjak dari sana dan pergi kekamar tanpa sepatah kata lagi, bahkan sekedar berpamitan dengan Arjun saja tidak.

“Ternyata Alvaro masih hidup di hati lo ya, Ra,” lirih Arjun memperhatikan punggung naura yang perlahan menjauh.

***

Alvian melempar asal tasnya kemudian merebahkan dirinya diatas kasur, tangannya meraih ponsel yang berada disaku celananya kemudian membuka pesan yang baru saja dikirimkan oleh seseorang.

Sudut bibirnya terangkat saat membaca pesan itu.

Kemudian dia melempar pelan ponselnya keatas kasur.

“Gimana sama Arsyana?” tanya Alvaro yang tiba tiba sudah berada disampingnya.

“Eh setan, bisa gak gak usah ngagetin,” gerutunya kesal.

Alvaro tersenyum singkat. “Sorry”

Alvian membuang nafasnya kasar. “Gue gak tau gimana cara deketin dia, bingung” jelasnya.

“Yaelah deketin mah tinggal deketin aja kali, emang lo gak tau cara pdkt sama cewek?”

“Heh, seumur umur gue belum pernah pdkt sama cewek, apalagi pacaran,” balasnya dengan beranjak dari tidurnya dan kini duduk di sofa dekat jendela kamarnya.

“Masa sih?, gak yakin gue tampang kayak lo gak pernah deketin cewek,” lirik Alvaro penuh selidik.

“Gue bukan lo yang kelihatannya kalem tapi nyatanya pinter juga lo macarin cewek,”

“Gue gak kalem, lo aja yang gak tau gue,” balas Alvaro.

Alvian merotasikan matanya malas menanggapi perkataan Alvaro yang sepertinya akan membanggakan dirinya sendiri.

“Al!”

“Hmm”

“Alvian!”

“Apalagi sih?”

“Gak tau gak jadi,” jawabnya kesal.

“Sialan, jangan kayak cewek ya lo dikit dikit ngambek, udah sana lo pergi gue mau istirahat,” usirnya yang kemudian naik keatas ranjang dan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Alvaro yang kesal karena diusir akhirnya menghilang dari kamar Alvian.

Alvian perlahan membuka selimut yang menutupi wajahnya memastikan jika Alvaro sudah benar benar pergi dari kamarnya.

“Haaah, kenapa sih hidup gue jadi gini,” lirihnya memandang langit langit kamarnya meratapi nasipnya kini yang menurutnya tengah sial.

***

“Elvano balikin!”

Teriakan Arsyana dari lantai atas yang mampu didengar oleh mereka yang kini tengah berada di meja makan menikmati makan malam bersama.

“Kenapa tuh kembaran lo?” tanya Javier.

“Gak tau, palingan si Elvano lagi usil” jawab Arsenio.

“Adek lo tuh bilangin, jangan gangguin keponakan gue,” ucap Javier pada Arjun yang tengah mengunyah makanan.

“Lo pikir Arsya doang keponakan lo, gue juga kali” jawab Arjun.

“Sudah sudah lanjut makannya” lerai Maria pada Adik dan juga keponakannya itu.

Saat mereka kembali melanjutkan makan malam tiba tiba Elvano berlari mengitari meja makan dan Arsyana yang mengejarnya dibelakang dengan ekspresi yang terlihat sangat kesal.

“Elvano balikin gak boneka gue!” serunya pada Elvano yang tengah memegang boneka kelinci berukuran kecil.

“Gak mau, wleee” wajah Elvano terlihat meledek Arsyana dan itu membuatnya semakin kesal.

“Elvano!” panggil Arjun yang terdengar tegas meski pelan. “Balikin!” perintahnya.

“Gak mau”

“Lagian lo ngapain sih rebutan boneka jelek begitu,” ucap Javier yang membuat Arsyana semakin naik pitam.

“Jangan pernah lo sebut boneka gue jelek,”

Javier segera mengatupkan mulutnya dan terlihat kikuk saat merasa dirinya salah bicara.

“Bang, itu boneka dari Alvaro,” sahut Arsenio melihat kearah langit.

Mampus gue. Batin Langit.

“Serius ini boneka dari bang Alvaro?” tanya Elvano.

“Iya Elvano, itu boneka dari Alvaro, cepat kembalikan,” ucap Roland tegas, dia khawatir jika putrinya akan marah dan mengurung diri seperti pertama kali dia kehilangan Keelan.

“Yaudah deh, nih kak, gue balikin maaf ya” Elvano memberikan boneka itu kemudian diambil paksa oleh Arsyana yang sudah amat sangat kesal padanya.

“Udah sekarang kalian berdua duduk dan ikut makan bersama” ucap Maria pada Elvano dan juga Arsyana.

Elvano segera bergabung dengan mereka sedangkan Arsyana masih diam ditempatnya.

“Arsya gak laper, sisain aja nanti Arsya makan kalau udah laper,” ucapnya kemudian pergi meninggalkan mereka semua dimeja makan.

“Lo sih,” ucap Arsenio pada Elvano.

“Cari gara gara aja lo” sambung Arjun.

“Tau nih,” lanjut Javier yang semakin memojokkan Elvano

“Sorry, Bang.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!