Laki laki paruh baya mulai memasuki ruang kelas dengan di ikuti seorang pemuda tampan di belakangnya yang menjadi perbincangan dikalangan murid pagi ini.
Pemuda itu memandang seisi kelas dengan tatapan datar dan seakan enggan untuk tersenyum.
“Baik anak-anak, bapak rasa kalian sudah mengetahui gosip yang beredar pagi ini, benar kan?” tanya Pak Burhan selaku wali kelas dikelas mereka.
“Benar, Pak” jawab mereka serentak, kecuali Arsyana dan Arsenio yang masih terus menatap kearah murid baru tersebut.
“Jadi dia pak murid barunya?” tanya Mila dengan antusias.
“Waduh, Pak. Kalau gini bentukannya bisa buat pertahanan Arsyana goyah, Pak” Sahut Jessica yang mendapat persetujuan dari Mila dan yang lainnya.
“Berisik” sergah Arsyana yang seketika membungkam Jessica dan juga Mila.
“Mampus lu,” ucap Arsenio pada kedua wanita itu dengan pelan namun penuh penekanan.
“Sudah sudah. Sekarang perkenalkan diri kamu.” Murid baru itu mengangguk dan melangkah satu langkah kedepan.
“Alvian, pindahan dari Bandung,” ucapnya singkat padat dan jelas.
“Sudah?” tanya pak Burhan.
“Hmm”
Pak Burhan menatap tak percaya pada murid barunya itu dengan mata melotot yang berkedip beberapa kali, lalu sesegera mungkin dia kembali mengontrol ekspresinya.
“Ekhem…ya sudah, kamu bisa duduk di kursi kosong itu.” Tunjuk pak Burhan kearah sebelah kanan Arsenio yang kursi disampingnya memang tidak ada yang menempati.
Alvian pun segera menuju kursinya tanpa memperdulikan tatapan kagum yang diberikan pada teman sekelasnya. Kecuali Arsenio yang menatapnya datar dan Arsyana yang acuh dengan keberadaannya.
Arsenio melirik sekilas kearah kembarannya yang nampak santai dan terlihat seperti biasa tak ada raut wajah kagum seperti teman temannya.
“Cewek langka nih,” gumamnya.
Jam istirahat berlangsung, seperti biasa Arsyana, Mila dan Jessica akan ikut bergabung di meja Arsenio dan ketiga temannya, Leo, Gavin, dan juga Romi. Mereka bertujuh memang sudah berteman sejak masa Sekolah Menengah Pertama, jadi tak heran jika mereka terlihat sangat akrab. Namun kini dimeja mereka tak terlihat keberadaan Gavin disana, lelaki itu sedang disibukkan dengan kegiatan Osisnya, yang mana dirinya lah yang kini menjabat sebagai ketua Osis
“Gue denger murid baru itu masuk kelas kalian ya?” tanya Leo yang memang tidak sekelas dengan mereka. Leo dan juga Romi berada dikelas yang berbeda dengan kelima temannya itu.
“Iya. Lo tau dia tuh ganteeeeng banget tau gak,” jawab Mila yang selalu antusias jika sudah membahas tentang Alvian.
“Gantengan juga gue,” sahut Arsenio dengan PD nya.
“Dih, iya emang lo ganteng tapi masih gantengan Alvian tuh, ya kan Jess.” Jessica yang merasa lengannya sengaja disenggol Mila pun mengiyakan karena setuju.
“Oh, berarti lo mengakui kalo gue ganteng, iya?” tanya Arsenio sengan menaik turunkan salah satu alisnya menggoda Mila.
“Jelas lo ganteng, Arsyana aja secantik ini. Kalo lo jelek gak pantes lo jadi kembarannya Arsya” jawabnya dengan melihat Arsyana sekilas yang masih menikmati makanannya tanpa memperdulikan ocehan teman-temannya.
“Tapi percuma tuh anak baru ganteng kalo Arsya nua masih B aja,” sahut Radit.
“Aelah, apasih yang lo harapkan dari seorang Arsyana, ada idol Kpop didepan dia juga bakalan dianggep B aja sama dia,” celetuk Jessica yang mendapat persetujuan dari Mila dan juga Arsenio.
“Sya, lo gak belok kan?” celetuk Leo yang mendapat tatapan tajam dari keempat temannya
“Diem, lo semua berisik” jawab Arsyana kesal karena menurutnya teman-temannya terlalu berisik menganggu dirinya yang tengah menikmati makanannya.
Namun baru juga selesai melerai perbincangan temannya dari arah pintu kantin terdengar suara yang memanggilnya dengan lantang.
“ARSYANA!!!”
Merasa kenal dengan sang pemilik suara Arsyana menghela nafasnya kasar lalu menoleh dengan tatapan tajam kearah pintu kantin, disana terlihat Gavin yang sedang berjalan kearah mereka.
“Bisa diem gak lo, berisik” kesal Arsyana.
“Sorry, hehe” jawab Gavin kikuk dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “BTW, lo dicari abang lo tuh,” sambungnya.
“Abang yang mana?, abang gue cuma satu, tuh si Arsen” tanya nya dan menunjuk kearah Arsenio yang ada didepannya.
“Lah? Si Javier?” tanyanya Gavin bingung.
“Bego, lo temenan sama Naura Dean berapa lama sih? Javier itu kan ‘Om’ mereka” jawab Romi dengan tangannya memukul keras lengan Gavin.
“Lupa sorry”
Dari arah belakang mereka nampak terlihat seorang pemuda yang berpakaian kasual dengan tas ransel yang bergelantung disalah satu pundaknya berjalan percaya diri dengan satu tangannya dia masukkan kesaku celana menambah tingkat ketampanannya yang mampu membuat siswi sekolah ini menatap kagum kearahnya.
“Ngapain kesini? Gak kuliah emang?” tanya Arsyana yang menatap Javier sesaat kemudian melanjutkan makannya.
“Bentar, sebelum jawab pertanyaan lo, gue mau kasih pelajaran sama dua curut ini,” tunjuknya kesal pada Gavin dan juga Romi.
“Lah, kenapa kita” protes Romi tak terima.
Javier geram melihat Romi yang bertanya tanpa rasa bersalah. “Lo tadi manggil gue seenaknya tanpa embel embel abang atau kakak, gue ini lebih tua dari lo ya.” Sarkasnya.
“Sip dah si paling tua,” celetuk Arsyana yang membuat mereka manahan tawa.
“Iya deh iya, maaf ya abang Javier yang terhormat” sambung Gavin yang malah membuat Javier bergidik ngeri mendengarnya.
Namun Javier tak lagi menanggapi perkataan Gavin dan dia segera beralih pada Arsyana.
“Na, nanti malem ikut gue, ya” ajaknya.
“Males”
“Please Na, ya mau ya,” Javier masih memohon bahkan dirinya sampai berjongkok disamping Arsyana dengan memelas.
“Emang mau kemana, Bang?” sahut Arsenio bertanya.
“Kumpul sama anak-anak” jawab Javier.
“Tumben, kumpul sama temen lo ngajakin Arsya, Bang?” tanya Leo keheranan.
“Biar ngak kelihatan jomblo aja sih” jawabnya enteng. “Mau ya, Na” sambungnya memohon pada Arsyana.
“Enggak, mending lo cari pacar sana” tolaknya dan lekas berdiri ingin pergi namun lengannya tertahan oleh Javier yang memperlihatkan puppy eyes nya.
“Ngeri sumpah lihat lo begitu. Iya iya gue ikut tapi setelah pulang dari part time,” Javier tersenyum senang lalu berdiri dengan semangat dan langsung memeluk keponakannya itu.
“Makasih cantik, muach.” Dengan sengaja dia mencium pipi kanan Arsyana yang membuat seluruh kantin histeris melihatnya.
“Lepas!!!” Arsyana mendorong keras tubuh Javier agar terlepas dari dirinya lalu pergi meninggalkan kantin.
Sedangkan Javier tersenyum senang sembari melirik kearah Arsenio yang terlihat kesal.
“Malu kali, otot gede kelakuan kek bocah” cibir Arsenio.
“Iri mah bilang aja, wlee” balasnya dengan menjulurkan lidah lalu pergi menyusul Arsyana.
“Gila, itu kak Javier si ketua geng motor yang terkenal sangar itu?” tanya Mila tak percaya.
“Bisa gitu ya kelakuannya kalo didepan Arsya” sambung Jessica yang sepemikiran dengan Mila.
“Sangar mah luarnya doang, dalemnya hello kitty” sahut Arsenio yang memang sudah mengenal Javier lebih jauh dari pada mereka.
***
“Lo udah lihat gimana dia kan?” tanya pemuda yang kini tengah duduk berdua dengan Alvian.
“Iya, dan dia beda jauh dari yang lo ceritakan sama gue” jawab Alvian.
Pemuda itu lantas tersenyum mendengar jawaban Alvian. “Benar, dia yang sekarang bukan seperti dia yang gue kenal dulu, dan lo tau kan apa penyebabnya?”
Alvian mengangguk singkat dengan pandangan kosong.
“Gue yakin lo bisa” ucap pemuda tersebut.
“Kenapa lo seyakin itu sama gue?” Alvian yang awalnya melihat kedepan kini pandangannya beralih kesamping dimana pemuda itu berada.
“Karena gue kenal gimana lo, dan gimana dia. Dan lagi karena cuma lo yang bisa lihat gue jadi gue yakin dan berharap banyak sama lo, Alvian” jelasnya.
“Ya… ya… ya gue bakalan berusaha bantu lo dan jagain Arsyana lo itu, supaya lo cepet pergi dan gak gentayangin gue terus, Alvaro sialan,” ucapnya kesal.
Alvaro hanya tertawa ketika mendengar Alvian mengumpatinya.
"Jangan ketawa! Ngeri gue ngelihat setan ketawa,” celetuknya yang kemudian Alvaro lekas menghentikan tawanya.
“Iya iya maaf, lagian gue bukan setan, ganteng gini dibilang setan,” cibirnya kesal pada Alvian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments