Sekretaris Seksi Cinta Pertamaku

Sekretaris Seksi Cinta Pertamaku

Part 1

Di sebuah ruangan besar dengan arsitektur yang luar biasa mewahnya sedang berdiri laki-laki bernama Edwin Albaro. Dia adalah seorang pengusaha serta seorang CEO di perusahaan milik keluarganya. Di usia yang sudah menginjak kepala tiga, Edwin belum juga memutuskan untuk menikah, jangankan untuk menikah berkencan dengan seorang wanita pun Edwin belum pernah. Bukan karena tidak laku, namun Edwin merasa bahwa memiliki seorang pacar membuatnya sangat terganggu. Banyak perempuan mendekati nya, namun Edwin merasa tidak cocok, bahkan banyak pilihan namun belum ada yang bisa meluluhkan hatinya.

Dari arah luar masuk lah seorang pria yang bernama Hendrik Wibowo yaitu laki-laki yang dulu adalah sekretaris Edwin serta keponakannya. Namun kini ia sudah berpindah posisi menjadi seorang Manajer

"Ada apa memanggilku?." tanya Hendrik yang sudah berdiri di depan Edwin yang sekarang sudah duduk di kursi kebesarannya.

"Bukankah aku menyuruh mu untuk mencarikan sekretaris laki-laki? lalu kenapa kamu memberikan aku sekretaris perempuan?."

"Mau sampai kapan sih Ed kamu akan takut dengan seorang wanita? lagi pula sekretaris perempuan dan laki-laki sama saja, yang penting kan skill mereka dalam bekerja."

"Tapi aku tidak mau perempuan, pokoknya kamu harus ganti." perintah Edwin.

Hendrik seketika mendengus kesal. "Tidak.. coba dulu deh memiliki sekretaris perempuan, pasti kamu akan nyaman, sampai kapan kamu akan menjauhi perempuan, bisa-bisa karyawan di sini mekir bahwa kamu itu Direktur pecinta sesama jenis."

"Aku tidak perduli apa pikiran mereka. Lagi pula aku juga masih normal, bukan penyuka sesama batang."

"Jika kamu masih normal, dan masih tertarik dengan perempuan, maka dari itu terima lah sekretaris yang aku carikan untukmu. Jangan menolak. Coba dulu, dan lihat kamu pasti akan terpesona saat melihatnya."

"Sekretaris perempuan itu lebih mengerikan dari pada laki-laki Hen. Kamu tahu mereka sengaja memperlihatkan dada mereka untuk menarik perhatianku sebagai Direktur, seperti perempuan murahan, aku tidak bisa itu." Edwin yang teringat dengan mantan sekretarisnya beberapa hari yang lalu ia pecat karena terlalu berperilaku tidak sopan.

"Kamu itu memang aneh Ed. Jika laki-laki lain di kasih pemandangan indah seperti itu akan senang, lha kamu? malah takut. Masa iya sekretaris perempuan harus berpakaian syar i dan pakai cadar, kan ngga lucu."

"Pokoknya, kamu harus mencari sekretaris baru yang berjenis laki-laki." Edwin yang terus memaksa Hendrik.

"Sudahlah Edwin.. lagi pula jika kamu di beri sekretaris laki-laki selalu kamu pecat. Dan sekarang seperti nya kamu harus memakai sekretaris perempuan, agar nada bicara mu lebih lembut dan tidak marah-marah. Lagi pula dia juga cantik Ed, aku yakin kamu pasti menyukainya."

"Aku itu atasan mu, Hen.. seharusnya kamu menuruti perintahku, bukan aku yang menuruti perintahmu."

Namun di saat mereka berdua masih debat, tiba-tiba pintu direktur di ketok oleh seseorang. Hingga membuat Edwin dan Hendrik menoleh ke arah pintu secara bersamaan.

"Sepertinya dia sudah datang." ucap Hendrik.

"Siapa?."

"Sekretaris baru kamu." jawab Hendrik.

"Aku tidak mengizinkan dia masuk, aku tidak akan menerimanya. Suruh saja dia pergi"

"Iya silahkan masuk." teriak Hendrik tanpa mengindahkan ucapan Edwin lagi.

"Hen.." pekik Edwin.

"Sutssss.." Hendrik yang menyuruh Edwin untuk diam.

Tidak lama masuk lah seorang wanita tinggi, berkulit putih bersih, dengan tubuh yang profesional bak gitar spanyol. Dada yang penuh dan pantat yang berisi. Edwin yang melihat kehadiran wanita itu bisa melihat bahwa terdapat ukiran yang luar biasa di sebalik kemeja berwarna pink muda yang dikenakannya. Edwin bisa melihat bahwa tubuh perempuan itu sangat seksi.

Namun entah kenapa saat melihat tubuh wanita tersebut, justru Edwin memalingkan wajahnya ke arah lain. Seakan-akan tidak tertarik sama sekali.

"Selamat pagi pak."

"Pagi.. silahkan masuk Nabila." perintah Hendrik.

Nabila seketika berjalan ke arah Hendrik dan juga Edwin dengan langkah yang anggun dan elegan.

"Selamat bergabung di kantor kami, Nabila. Dan perkenalkan ini adalah pak Edwin selaku Direktur di kantor ini, sekaligus atasan kamu nanti." jelas Hendrik.

Edwin yang mendengar ucapan Hendrik seketika melotot ke arahnya. "Apa maksud kamu selamat bergabung di kantor ini?."

"Hari ini Nabila sudah resmi bergabung dengan perusahaan kita. Dan sudah tanda tangan kontrak denganku. Jika nanti kamu pecat dia lagi, kamu suruh saja pihak HRD untuk mencari sekretaris untukmu. Aku sudah malas merekrut seseorang untuk menjadi sekretaris mu." ucap Hendrik.

"Silahkan Nabila.. kamu bisa melakukan interview dengan pak Edwin." Hendrik yang menyuruh Nabila untuk semakin mendekat ke arah Edwin.

"Untuk apa aku interview lagi kalau sudah tanda tangan kontrak denganmu."

"Siapa tahu kamu mau interview nomor wa, atau ukuran dalemannya." ucap Hendrik secara pelan di samping Edwin lalu berjalan pergi keluar dari dalam ruangan.

"Sialan kamu, Hendrik!."

Nabila masih saja duduk di depan meja Edwin sambil menatap ke arah Edwin. Di dalam hati Nabila sangat terpesona dengan ketampanan laki-laki yang sedang duduk di depannya. Laki-laki berwajah indo kebulean. Hidung yang menjulang tinggi, mempunyai netra berwarna biru, dan bibir yang seksi berwarna merah muda.

"Kamu ngga mau duduk? mau berdiri saja di situ!." ucap Edwin dengan sangat ketus hingga Nabila terkejut.

"Iya pak maaf." Nabila seketika duduk di sebuah kursi yang berada di depan Edwin.

"Mau ngapain kamu duduk di situ? bukankah kamu sudah interview dengan Hendrik? sana duduk di tempat mu." Edwin yang menunjuk ke sebuah meja yang di atas meja terdapat tulisan sekretaris.

"Ah iya pak, maaf.. saya tidak melihatnya" Nabila seketika kembali beranjak berdiri untuk menuju ke sebuah meja sekretaris.

"Punya mata itu buat melihat dan membaca!." celetuk Edwin lagi.

Nabila seketika sudah menjatuhkan tubuhnya di kursi sekretaris. Ia benar-benar takut dengan ekspresi Edwin yang terlihat jutek, galak, dan dingin.

"Ganteng-ganteng galak bener dah.. kaya singa."

Nabila hanya diam memperhatikan Edwin yang sedang mengambil beberapa buku di atas mejanya. Lalu berjalan ke arah Nabila.

"Brak!." Edwin yang sudah meletakkan beberapa buku dan berkas dengan kasar di atas meja Nabila hingga Nabila kembali terhenyak.

"Duh pak bisa kali pelan-pelan saja, bikin saya kaget aja." ucap Nabila sambil mengusap dadanya.

"Kamu sudah tahu kan apa pekerjaan sekretaris di kantor ini?." tanya Edwin yang masih berdiri di depan Nabila.

"Be-belum pak."

"Belum?". tanya Edwin dengan nada yang tinggi.

"Ii-iya pak." jawab Nabila sambil terbata-bata.

"Lalu kamu di tanya soal apa dengan Hendrik saat interview? soal nomor wa dan ukuran dalaman?."

"Hah?." Nabila yang terkejut dengan ucapan Edwin.

"Shit.. lalu kamu bisanya apa? lalu buat apa ngelamar di kantor ini kalau kamu belum tahu apa pekerjaan sekretaris?."

"Saya tahu pekerjaan sekretaris itu menghandle pekerjaan dan jadwal direktur. Tapi saya baru pertama kerja di kantor ini pak, mana saya tahu kalau tidak di ajari terlebih dahulu, memang nya saya dukun yang semua harus tahu." jawab Nabila ketus karena geram dengan ucapan-ucapan Edwin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!