Keesokan harinya.
lima menit lagi Nabila akan terlambat, dengan langkah cepat Nabila segera masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai dua belas. Nabila takut jika pak Edwin lebih dulu tiba di ruangannya dari pada dirinya.
Ting..
Lift yang sudah terbuka. Dengan cepat Nabila berlari ke arah ruangan direktur, namun tiba-tiba jas milik Edwin yang ia kenakan kemarin jatuh dari tangannya. Nabila yang melihat jas milik bosnya terjatuh seketika langsung meraihnya dan kembali berlari ke arah ruang direktur.
"Ceklak."
"Maaf pak saya terlambat." ucap Nabila sambil membuka pintu dengan tubuh sedikit menunduk untuk memberi hormat ke arah meja Edwin yang tepat menghadap ke arah pintu.
Saat Nabila sedang menunduk ia tidak mendapat jawaban apapun dari Edwin, ia pun seketika menatap ke arah meja direktur, ternyata meja tersebut masih kosong.
"Ah.. syukurlah pak Edwin belum datang.. Kalau sudah pasti aku sudah di gantung secara hidup-hidup." Nabila seketika menyenderkan tubuhnya di pintu karena lelah berlari-lari.
"Kamu tahu jika telat lima menit saja di kantor ini, kamu harus di hukum!."
Nabila yang mendengar suara Edwin seketika membelalakkan kedua matanya lalu kembali berdiri sempurna. "Pak Edwin? maaf pak kalau saya terlambat." Nabila yang sudah masuk ke dalam dan melihat bosnya sedang duduk di kursi miliknya.
"Mati lah kau, Nabila.. pasti kamu akan di suruh buat kopi lagi di lantai satu dalam waktu lima menit. atau bahkan hukuman yang lainnya." ucap Nabila di dalam hati.
Edwin seketika beranjak berdiri dari kursi sekretaris."Baru berangkat dua hari kamu sudah terlambat? bahkan lebih terlambat dari saya." Edwin yang sudah berdiri di depan Nabila.
"Maafkan saya pak. saya mohon jangan hukum saya, saya janji tidak akan mengulanginya lagi pak." Nabila yang terus memohon sambil menunduk.
Edwin terus tatap lekat-lekat tubuh Nabila dari bawah hingga atas. Sudah banyak perempuan yang Edwin temui dengan tubuh yang seksi, kurus, hingga yang berisi. Namun entah kenapa Edwin justru tertarik dengan tubuh Nabila yang sedang menggunakan rok span di atas lutut dengan kemeja berwarna hitam terdapat pita di bagian dadanya. Tubuh yang tidak terlalu tinggi namun terlihat anggun. Kaki jenjang bak model papan atas, bahkan terlihat mulus dan putih. Pantat yang berisi namun dengan pinggang yang ramping, jika di ukur mungkin hanya satu telapak tangannya saja, dengan dada penuh berisi. Walaupun Nabila tidak mengunakan baju prez bodi, tapi dadanya masih terlihat menonjol sempurna.
Edwin yang masih melamun menatap ke arah Nabila seketika pikirannya menjadi traveling. Ia memikirkan berapa ukuran dalaman yang di kenakan Nabila. "Apakah 34, ah tidak mungkin itu pasti kekecilan. 36 kah, tetap kekecilan, 40.. ah mungkin sampai 42." Edwin yang terus menebak-nebak di dalam hati.
Edwin seketika menggelengkan kepalanya. "Sialan.. apa yang kamu pikirkan, Edwin." ucap Edwin pelan agar tersadar dari pikiran jeleknya.
Edwin pun merasa heran bagaimana bisa dia sekarang mulai terpancing dengan hal-hal yang di miliki oleh tubuh wanita, padahal dulu dia merasa acuh dan risih.
Edwin seketika kembali fokus ke arah wajah Nabila yang juga terlihat cantik dengan rambut di biarkan terurai, di padukan dengan make up yang simple, namun tidak terlihat pucat.
"Pak.." panggil Nabila saat Edwin justru melamun menatap ke arahnya.
"Apa kamu lupa hari ini ada meeting pagi? sudah cepat siapkan dokumen-dokumen yang harus saya bawa untuk meeting pagi ini."perintah Edwin dengan khas nada bicaranya dingin dan ketus agar Nabila tidak salah fokus karena Edwin terus menatapnya.
"Baik pak." Nabila seketika berjalan ke arah meja nya, lalu mencari beberapa dokumen yang harus ia serahkan kepada Edwin nanti saat meeting.
"Bagaimana? apakah dokumennya sudah siap?." tanya Edwin yang sudah duduk di kursi kebesarannya sambil menatap ke arah komputer.
"Sudah pak." jawab Nabila.
"Coba bawa ke sini, saya ingin melihatnya terlebih dahulu." perintah Edwin.
"Baik pak." Nabila yang sudah beranjak berdiri lalu berjalan dan berdiri di samping Edwin.
"Ini berkas yang pertama pak, yang nanti harus bapak jelaskan kepada kolega-kolega yang bekerja sama dengan perusahaan kita." Nabila yang sudah meletakkan satu berkas di depan Edwin.
"Hem." jawab Edwin simple.
"Yang ini berkas yang kedua pak, berkas ini berisi_." sebelum Nabila melanjutkan ucapannya tiba-tiba ada sebuah cicak jatuh dari atas di bagian pundaknya, hingga Nabila pun berteriak karena ketakutan.
"Pak.. cicak pak.. cicak." Nabila seketika mengibaskan bahunya hingga cicak pun terjatuh ke lantai, namun semakin membuat Nabila ketakutan.
"Mana.. mana?." Edwin yang beranjak berdiri untuk mencari cicak di badan Nabila namun ia tidak melihatnya.
"Di bawah pak.. saya takut pak." Nabila seketika mengayunkan tubuhnya ke arah Edwin, hingga Edwin seketika menggendong tubuh Nabila begitu saja tanpa sadar.
"Lihat pak cicaknya di bawah, saya geli pak." Nabila yang terus menjerit.
Di saat mereka berdua masih di sibukkan dengan cicak yang jatuh di badan Nabila, mereka tidak sadar jika pintu ruangan direktur sudah terbuka begitu saja.
"Ed.. nanti malam kamu harus_." Hendrik yang memberhentikan ucapannya kala melihat sebuah pandangan seorang laki-laki dan perempuan sedang ber mesra-mesraan. Hendrik melihat tubuh Nabila kini sudah berada di gendongan Edwin.
Edwin yang melihat kehadiran Hendrik seketika terkejut, begitu pun dengan Nabila.
"Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Hen!." teriak Edwin.
"Apakah aku harus keluar terlebih dahulu? baik lah lanjutkan dulu." Hendrik yang kembali untuk menutup pintu.
"Tidak." Teriak Edwin lalu melepaskan tubuh Nabila begitu saja.
Kedua tangan Nabila yang masih merangkul bahu Edwin membuat Edwin terhuyung ikut jatuh menyusul tubuh Nabila yang sudah jatuh ke lantai.
Hendrik yang mendengar ada sesuatu yang jatuh dengan di iringi suara "Ahh" seketika tidak jadi menutup pintu, ia kembali menatap ke arah Edwin dan juga Nabila.
"Up." Hendrik yang sudah membelalakkan kedua matanya saat melihat Edwin sudah tertidur di atas tubuh Nabila, dengan kepala jatuh di bagian dada Nabila.
"Shit.. Pagi-pagi Edwin sudah menang banyak." ucap Hendrik yang masih menatap ke arah mereka berdua.
"Pak Edwin!." teriak Nabila saat tersadar bahwa Edwin sedang tidur di bagian tubuh sensitifnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Alin Norshalsabilla Alkhatir
🤣🤣🤣🤣🤣Nie mah novel komedi 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-01-18
1
Yuli Yanti
hahaha....jadi geli sendiri baca nch novel.
2024-01-18
1