My (Ex) Boyfriend

My (Ex) Boyfriend

Satu

"Lihatlah Bi! Perempuan itu semakin menjadi saja, bahkan aku semakin tak mengerti karena melihat pose-nya yang sekarang."

Laki-laki yang mempunyai tubuh agak pendek itu melayangkan majalah yang berisikan Model ternama dengan pose yang menurut nya sangat Vulgar. Bagaimana tidak- Wanita yang terdapat di majalah itu pose hanya mengenakan Bikini berwarna merah dan antek-antek nya. Tak lupa juga polesan lipstik tebal berwarna merah memberinya kesan berani, Sehingga terlihat Kontras di kulit putih nya.

Menyandarkan punggung di kursi kebesaran nya, laki-laki yang dipanggil 'Bi' itu menghembuskan nafasnya pelan. Cukup pusing dengan pekerjaan nya yang akhir-akhir ini yang mengganggu. Ditambah lagi teman nya yang selalu merecoki dengan nama Model yang tengah hangat di perbincangkan di khayalak ramai.

"Huft- Vano!! Bisa tidak kau berhenti menyodoriku Majalah setiap hari nya? Aku sedang pusing memikirkan pekerjaan kantor dan kau membuatku semakin pusing."

Vano, Laki-laki dengan tubuh agak pendek itu terkekeh pelan. Sangat tahu bagaimana sifat sahabatnya ini. Gila dalam bekerja. Tapi dia Salut dengan ketekunan sahabat nya itu, jarang mengeluh dan menyelesaikan apapun selalu sendiri.

"Fabian Stop menjadi orang yang gila bekerja! Kau yang punya perusahaan ini, jadi kau tak perlu ribet memikirkan apapun tentang perusahaan ini. Masih ada banyak karyawan yang mengurusnya."

Fabian atau Bian, si laki-laki yang menurut Vano-- Oh tidak hanya Vano, tetapi semua karyawan nya menganggap Bos nya itu gila bekerja. Meraih majalah yang ada di meja lalu membuang nya ke tempat sampah yang ada di samping kanan nya.

"Aku tidak gila bekerja Van! Aku hanya tengah mencari kesibukan agar diriku tak seperti mu yang selalu lontang-lantung seperti orang bodoh."

Vano mendengus, "Sialan kau Bian,"

"Jangan bilang kau belum melupakan mantan mu yang sungguh menggoda itu?" Imbuh Vano lalu menghempaskan dirinya di sofa ruang kerja Bian.

Memutar kursi kebesaran lalu menatap tajam Vano yang memasang tampang tak berdosa, "Enyah kau dari bumi ini manusia laknat. Jangan pernah sebut Perempuan sialan itu lagi, aku sudah muak mendengar namanya."

Tawa keras Vano semakin membuat Bintang jengkel. Bagaimana tidak, setiap hari Vano memberikan majalah yang berisikan pose Mantan nya yang sangat sensitif.

"Jangan-jangan kau masih cinta padanya? Poor Bian- Hahaha,"

"Diam kau manusia tolol. Berhenti menyebutkan atau membahas Perempuan tidak tahu diri itu. Dan jangan pernah berpikir bahwa aku masih mencintai nya."

Kening Vano menggernyit. Ia menatap Bian dengan pandangan mengejek. Paling suka kalau menggoda Bian dengan menyebutkan nama atau membahas Mantan yang paling sulit Bian lupakan.

"Jangan munafik Kawan! Nanti malam datang ke Club biasanya kita kesana, Malam ini aku mempunyai kejutan untuk mu."

"Perduli setan dengan kejutanmu. Malam ini aku ada janji bersama Yumi. Jadi jangan mengacaukan acara kencan ku bersama nya."

Vano kembali menertawakan kebodohan Bian yang satu ini. Selalu bermain-main dengan banyak Wanita, apakah dia tidak tahu bahwa selama ini Karma tengah berjalan di belakang nya.

"Yumi mana lagi? Teman kencan baru lagi?."

"Kau tak perlu tahu. Urus saja hubungan mu dengan Sintia," ujar nya ketus.

"Hubunganku dengan Sintia baik-baik saja. Tak ada yang perlu diurus, memang nya aku akan menikah dengan dia apa?. Aku tidak mau tahu, nanti malam kau harus datang. Kalau kau sampai tidak datang, Lihat saja apa yang akan aku lakukan untuk membuat mu malu."

Woah-- Ancaman dari Vano sukses membuat Bian melebarkan mata tak terima. Ya, Sahabat nya itu memang suka sekali memaksa.

"Lihat saja nanti. Aku jadi penasaran apa yang mau kau kejutkan untuk ku."

Vano berdiri dari tempatnya. Berjalan menuju Bintang kemudian melaluinya begitu saja. Vano menghentikan langkah nya di depan Pintu ruangan Bian, "Lihat saja nanti malam, Kau pasti akan terkejut. Siapkan dirimu baik-baik terutama jantung mu, jangan sampai jantung mu bermasalah nanti nya."

Ujar Vano sebelum meninggalkan ruangan milik Bian. Dalam hati Bian mengutuk sahabat nya itu, suka seenak nya jika menyangkut sesuatu yang penting. Tapi tunggu- Apakah ini juga hal penting? Oh Bian rasa, tidak.

---

Kilatan Blizt itu menghiasi suasana ruang pemotretan siang ini. Menjalankan kontrak dengan salah satu produk pakaian wanita yang sudah mempunyai nama bukan lah hal yang mudah, seperti sekarang ini. Wanita yang mempunyai tinggi badan seratus Enam puluh sembilan ini tengah melakukan beberapa pose, dengan pakaian yang cukup minim untuk dipasarkan, agar menarik minat konsumen. Mengenakan atasan floral yang menampilkan pundak mulus nya dan rok span berbahan jeans diatas lutut yang menampilkan Kaki jenjang nya, ia berkali-kali di perintah untuk menunjukkan pose sexy nya.

Setelah dirasa pemotretan selesai, Wanita itu menghampiri sang manager yang tengah menunggu di ruang make up. Tak lupa berganti baju dan meellepaskan semua aksesoris nya, juga membersihkan make up yang ada di wajah nya.

Selsaniva Kania.

"Jangan lupa Sa malam ini kau diundang di ulang tahun R Night Club. Mereka mengadakan pesta besar-besaran dan memberikan minuman cuma-cuma kepada pelanggan nya."

Dengan wajah lelah nya Selsa mengangguk paham. Ditangan nya terdapat air mineral kemasan yang sudah di teguk nya tadi, "Jam berapa Mulai nya Na?."

"Jam sembilan malam."

Mata Selsa membelalak, Mina mengatakan jam sembilan? Dan bahkan ini sudah jam tujuh, itu artinya dia dua jam lagi haris berada di R Night Club. Ah di rasa dia tidak akan bisa datang tepat waktu, masalah nya R Night Club dengan tempat pemotretan nya memiliki jarak yang cukup jauh. Belum lagi dia nanti nya berdandan ini itu.

"Mina ini sudah jam tujuh, dan dua jam lagi kita kesana? Bahkan aku belum bersiap-siap, baju-aksesoris-sepatu dan semuanya."

"Aku sudah memilihkan baju untuk mu Selsa. Kau tenang saja dan jangan memasang tampang bodoh seperti itu. Istirahatlah sejenak, aku akan menghampirimu lagi."

"Jangan pergi Mina, temani aku disini. Aku sedikit pusing dan ingin berbagi dengan mu."

Selsa mencegat langkah Mina yang mendekati pintu. Sahabat yang merangkap menjadi manager nya itu berbalik. Kembali duduk di samping Selsa.

"Apa yang ingin kau bagikan dengan ku? Ceritalah, aku siap mendengarkan nya."

Selsa menghembuskan nafas lelah nya, "Aku tertekan dengan duniaku yang sekarang. Bahkan rasanya hidupku tak sebahagia dulu Mina. Bahkan rasanya sekarang aku menjadi orang lain, bukan Selsa yang dulu."

Mina mengangguk ketika Selsa bercerita, Ya-Mina juga merasakan bahwa Selsa yang di depan nya ini bukan Selsa sahabatnya semasa kecil dulu. Ia tahu luar dalam bagaimana sifat Selsa sesunguhnya. Pemalu dan sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Dan sekarang-- bahkan Mina merasakan bahwa Selsa tengah bercanda dengan kehidupan nya. Selsa berpura-pura menjadi sosok yang berani dan liar, berpura-pura gampang beradaptasi dengan orang baru dan lingkungan baru. Sungguh-, ini bukan Selsa sahabat nya dulu.

"Aku pun merasa begitu Selsa. Aku merasa kau tengah bercanda dengan hidup mu. Namun aku tahu, bahwa kau juga ingin yang terbaik untuk dirimu sendiri. Tapi menurut ku, jangan terlalu keras Selsa! Jangan terlalu memaksakan semuanya,"

Selsa menahan nafas nya, Mina saja tahu dan sadar akan perubahan sikap nya. Sahabat nya sejak kecil itu tahu dan Selsa-.

"Tapi Mina- aku tidak bisa menjadi Selsa yang dulu lagi. Selsa yang dulu sudah mati, berganti dengan Selsa yang sekarang. Yang kau kenal."

Mina menggeleng, ia tersenyum memberikan pengertian sahabat nya itu.

"Selsa yang dulu tidak pernah mati. Selsa tetap sahabat Mina, Selsa yang polos dan pemalu. Tapi Mina tetap bisa menerima Selsa yang sekarang kok, Kau tenang saja Selsa. Aku terus berada di samping mu. Jangan merasa takut."

Selsa mendekat dan memeluk Mina. Ia tersenyum hari, Mina lah selalu ada untuk nya selama ini. Seperti saat skandal nya kemarin, skandal yang mana ia dijadikan simpanan oleh laki-laki tua bangka yang mempunyai perusahaan tambang dimana-mana. Padahal Selsa saja tidak tahu dan tidak kenal siapa laki-laki itu, hanya saja laki-laki itu tidak sengaja menabrakkan diri dengan Selsa. Dan beberapa jepretan tentunya sudah memasuki akun gosip juga beberapa infotainment. Akibatnya Semua orang memaki Selsa, menuduh Selsa matre dan merutuki Selsa dengan kata-kata kotor lain nya. Mina lah yang menenangkan Selsa. Disamping nya dan memberikan kekuatan untuknya.

"Terimakasih Mina. Aku sungguh bahagia mempunyai sahabat seperti mu. Maafkan aku yang selalu merepotkan mu."

Mina mengangguk, merenggangkan pelukan nya dan mengusap kepala Selsa pelan. Jarak usianya dan Selsa hanya Tujuh bulan. Mina lahir bulan Maret dan Selsa lahir pada bulan Oktober, ia sudah menganggap Selsa seperti adik nya sendiri.

"Sama-sama Selsa. Kau tidak perlu meminta maaf karena itu sudah tugasku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!