"Lihatlah Bi! Perempuan itu semakin menjadi saja, bahkan aku semakin tak mengerti karena melihat pose-nya yang sekarang."
Laki-laki yang mempunyai tubuh agak pendek itu melayangkan majalah yang berisikan Model ternama dengan pose yang menurut nya sangat Vulgar. Bagaimana tidak- Wanita yang terdapat di majalah itu pose hanya mengenakan Bikini berwarna merah dan antek-antek nya. Tak lupa juga polesan lipstik tebal berwarna merah memberinya kesan berani, Sehingga terlihat Kontras di kulit putih nya.
Menyandarkan punggung di kursi kebesaran nya, laki-laki yang dipanggil 'Bi' itu menghembuskan nafasnya pelan. Cukup pusing dengan pekerjaan nya yang akhir-akhir ini yang mengganggu. Ditambah lagi teman nya yang selalu merecoki dengan nama Model yang tengah hangat di perbincangkan di khayalak ramai.
"Huft- Vano!! Bisa tidak kau berhenti menyodoriku Majalah setiap hari nya? Aku sedang pusing memikirkan pekerjaan kantor dan kau membuatku semakin pusing."
Vano, Laki-laki dengan tubuh agak pendek itu terkekeh pelan. Sangat tahu bagaimana sifat sahabatnya ini. Gila dalam bekerja. Tapi dia Salut dengan ketekunan sahabat nya itu, jarang mengeluh dan menyelesaikan apapun selalu sendiri.
"Fabian Stop menjadi orang yang gila bekerja! Kau yang punya perusahaan ini, jadi kau tak perlu ribet memikirkan apapun tentang perusahaan ini. Masih ada banyak karyawan yang mengurusnya."
Fabian atau Bian, si laki-laki yang menurut Vano-- Oh tidak hanya Vano, tetapi semua karyawan nya menganggap Bos nya itu gila bekerja. Meraih majalah yang ada di meja lalu membuang nya ke tempat sampah yang ada di samping kanan nya.
"Aku tidak gila bekerja Van! Aku hanya tengah mencari kesibukan agar diriku tak seperti mu yang selalu lontang-lantung seperti orang bodoh."
Vano mendengus, "Sialan kau Bian,"
"Jangan bilang kau belum melupakan mantan mu yang sungguh menggoda itu?" Imbuh Vano lalu menghempaskan dirinya di sofa ruang kerja Bian.
Memutar kursi kebesaran lalu menatap tajam Vano yang memasang tampang tak berdosa, "Enyah kau dari bumi ini manusia laknat. Jangan pernah sebut Perempuan sialan itu lagi, aku sudah muak mendengar namanya."
Tawa keras Vano semakin membuat Bintang jengkel. Bagaimana tidak, setiap hari Vano memberikan majalah yang berisikan pose Mantan nya yang sangat sensitif.
"Jangan-jangan kau masih cinta padanya? Poor Bian- Hahaha,"
"Diam kau manusia tolol. Berhenti menyebutkan atau membahas Perempuan tidak tahu diri itu. Dan jangan pernah berpikir bahwa aku masih mencintai nya."
Kening Vano menggernyit. Ia menatap Bian dengan pandangan mengejek. Paling suka kalau menggoda Bian dengan menyebutkan nama atau membahas Mantan yang paling sulit Bian lupakan.
"Jangan munafik Kawan! Nanti malam datang ke Club biasanya kita kesana, Malam ini aku mempunyai kejutan untuk mu."
"Perduli setan dengan kejutanmu. Malam ini aku ada janji bersama Yumi. Jadi jangan mengacaukan acara kencan ku bersama nya."
Vano kembali menertawakan kebodohan Bian yang satu ini. Selalu bermain-main dengan banyak Wanita, apakah dia tidak tahu bahwa selama ini Karma tengah berjalan di belakang nya.
"Yumi mana lagi? Teman kencan baru lagi?."
"Kau tak perlu tahu. Urus saja hubungan mu dengan Sintia," ujar nya ketus.
"Hubunganku dengan Sintia baik-baik saja. Tak ada yang perlu diurus, memang nya aku akan menikah dengan dia apa?. Aku tidak mau tahu, nanti malam kau harus datang. Kalau kau sampai tidak datang, Lihat saja apa yang akan aku lakukan untuk membuat mu malu."
Woah-- Ancaman dari Vano sukses membuat Bian melebarkan mata tak terima. Ya, Sahabat nya itu memang suka sekali memaksa.
"Lihat saja nanti. Aku jadi penasaran apa yang mau kau kejutkan untuk ku."
Vano berdiri dari tempatnya. Berjalan menuju Bintang kemudian melaluinya begitu saja. Vano menghentikan langkah nya di depan Pintu ruangan Bian, "Lihat saja nanti malam, Kau pasti akan terkejut. Siapkan dirimu baik-baik terutama jantung mu, jangan sampai jantung mu bermasalah nanti nya."
Ujar Vano sebelum meninggalkan ruangan milik Bian. Dalam hati Bian mengutuk sahabat nya itu, suka seenak nya jika menyangkut sesuatu yang penting. Tapi tunggu- Apakah ini juga hal penting? Oh Bian rasa, tidak.
---
Kilatan Blizt itu menghiasi suasana ruang pemotretan siang ini. Menjalankan kontrak dengan salah satu produk pakaian wanita yang sudah mempunyai nama bukan lah hal yang mudah, seperti sekarang ini. Wanita yang mempunyai tinggi badan seratus Enam puluh sembilan ini tengah melakukan beberapa pose, dengan pakaian yang cukup minim untuk dipasarkan, agar menarik minat konsumen. Mengenakan atasan floral yang menampilkan pundak mulus nya dan rok span berbahan jeans diatas lutut yang menampilkan Kaki jenjang nya, ia berkali-kali di perintah untuk menunjukkan pose sexy nya.
Setelah dirasa pemotretan selesai, Wanita itu menghampiri sang manager yang tengah menunggu di ruang make up. Tak lupa berganti baju dan meellepaskan semua aksesoris nya, juga membersihkan make up yang ada di wajah nya.
Selsaniva Kania.
"Jangan lupa Sa malam ini kau diundang di ulang tahun R Night Club. Mereka mengadakan pesta besar-besaran dan memberikan minuman cuma-cuma kepada pelanggan nya."
Dengan wajah lelah nya Selsa mengangguk paham. Ditangan nya terdapat air mineral kemasan yang sudah di teguk nya tadi, "Jam berapa Mulai nya Na?."
"Jam sembilan malam."
Mata Selsa membelalak, Mina mengatakan jam sembilan? Dan bahkan ini sudah jam tujuh, itu artinya dia dua jam lagi haris berada di R Night Club. Ah di rasa dia tidak akan bisa datang tepat waktu, masalah nya R Night Club dengan tempat pemotretan nya memiliki jarak yang cukup jauh. Belum lagi dia nanti nya berdandan ini itu.
"Mina ini sudah jam tujuh, dan dua jam lagi kita kesana? Bahkan aku belum bersiap-siap, baju-aksesoris-sepatu dan semuanya."
"Aku sudah memilihkan baju untuk mu Selsa. Kau tenang saja dan jangan memasang tampang bodoh seperti itu. Istirahatlah sejenak, aku akan menghampirimu lagi."
"Jangan pergi Mina, temani aku disini. Aku sedikit pusing dan ingin berbagi dengan mu."
Selsa mencegat langkah Mina yang mendekati pintu. Sahabat yang merangkap menjadi manager nya itu berbalik. Kembali duduk di samping Selsa.
"Apa yang ingin kau bagikan dengan ku? Ceritalah, aku siap mendengarkan nya."
Selsa menghembuskan nafas lelah nya, "Aku tertekan dengan duniaku yang sekarang. Bahkan rasanya hidupku tak sebahagia dulu Mina. Bahkan rasanya sekarang aku menjadi orang lain, bukan Selsa yang dulu."
Mina mengangguk ketika Selsa bercerita, Ya-Mina juga merasakan bahwa Selsa yang di depan nya ini bukan Selsa sahabatnya semasa kecil dulu. Ia tahu luar dalam bagaimana sifat Selsa sesunguhnya. Pemalu dan sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Dan sekarang-- bahkan Mina merasakan bahwa Selsa tengah bercanda dengan kehidupan nya. Selsa berpura-pura menjadi sosok yang berani dan liar, berpura-pura gampang beradaptasi dengan orang baru dan lingkungan baru. Sungguh-, ini bukan Selsa sahabat nya dulu.
"Aku pun merasa begitu Selsa. Aku merasa kau tengah bercanda dengan hidup mu. Namun aku tahu, bahwa kau juga ingin yang terbaik untuk dirimu sendiri. Tapi menurut ku, jangan terlalu keras Selsa! Jangan terlalu memaksakan semuanya,"
Selsa menahan nafas nya, Mina saja tahu dan sadar akan perubahan sikap nya. Sahabat nya sejak kecil itu tahu dan Selsa-.
"Tapi Mina- aku tidak bisa menjadi Selsa yang dulu lagi. Selsa yang dulu sudah mati, berganti dengan Selsa yang sekarang. Yang kau kenal."
Mina menggeleng, ia tersenyum memberikan pengertian sahabat nya itu.
"Selsa yang dulu tidak pernah mati. Selsa tetap sahabat Mina, Selsa yang polos dan pemalu. Tapi Mina tetap bisa menerima Selsa yang sekarang kok, Kau tenang saja Selsa. Aku terus berada di samping mu. Jangan merasa takut."
Selsa mendekat dan memeluk Mina. Ia tersenyum hari, Mina lah selalu ada untuk nya selama ini. Seperti saat skandal nya kemarin, skandal yang mana ia dijadikan simpanan oleh laki-laki tua bangka yang mempunyai perusahaan tambang dimana-mana. Padahal Selsa saja tidak tahu dan tidak kenal siapa laki-laki itu, hanya saja laki-laki itu tidak sengaja menabrakkan diri dengan Selsa. Dan beberapa jepretan tentunya sudah memasuki akun gosip juga beberapa infotainment. Akibatnya Semua orang memaki Selsa, menuduh Selsa matre dan merutuki Selsa dengan kata-kata kotor lain nya. Mina lah yang menenangkan Selsa. Disamping nya dan memberikan kekuatan untuknya.
"Terimakasih Mina. Aku sungguh bahagia mempunyai sahabat seperti mu. Maafkan aku yang selalu merepotkan mu."
Mina mengangguk, merenggangkan pelukan nya dan mengusap kepala Selsa pelan. Jarak usianya dan Selsa hanya Tujuh bulan. Mina lahir bulan Maret dan Selsa lahir pada bulan Oktober, ia sudah menganggap Selsa seperti adik nya sendiri.
"Sama-sama Selsa. Kau tidak perlu meminta maaf karena itu sudah tugasku."
R Night Club, Malam ini.
Suara dentuman musik yang tidak terlalu keras menghiasi ruangan yang agak besar ini. R Night Club, tempat menghilang kan stres yang sudah sangat terkenal dimana-mana. Tempat untuk menghabiskan waktu bersenang-senang, minum maupun melakukan hal lain.Tapi jangan salah, bukan orang sembarangan yang bisa berkunjung si tempat itu.
Menepati janjinya, Malam ini Vano datang bersama Bian. Mereka mengambil tempat duduk di sofa paling pojok ruangan. Ditemani dua botol Wine juga sloki yang belum tertuang wine sama sekali. Malam ini Bintang akan melegakan pikiran, karena Vano memberi tahu bahwa Club yang dikunjungi nya ini tengah berulang tahun. Tentunya gratis minum sepuasnya. Ini yang Bian suka.
"Pengunjung nya banyak sekali. Pasti bukan hanya dari kalangan kita saja,"
Vano mengangguk, menuangkan Wine ke sloki yang ada di depan nya. "Banyak kalangan tentunya Bi. Kau tahu sendiri, R Night Club ini tempat besar. Siapapun yang kau tanya tentang club ini pasti mereka tahu. Tapi bukan sembarang otang juga bisa ke club ini."
"Ah iya ngomong-ngomong apa kejutan nya? Siang tadi kau mengatakan ingin memberiku kejutan, Mana-?." Tagih nya. Ia ikut menuangkan Wine ke Sloki, kemudian meneguknya.
"Waw- Sebentar. Rupanya Tuan Wardhana tidak sabar menunggu kejutan dari ku ya. Sebentar lagi, dan, Persiapkan Jantung mu oke."
Bintang mendengus, "dari siang tadi hanya Jantung yang kau bicarakan. Memang ada apa dengan jantung ku? Aku baik-baik saja! Cepat kau kasih tau apa kejutan nya." Paksa Bian.
Vano tertawa mengejek, "katanya tadi tidak mau ikut dan tidak perduli kejutan ku. Nyatanya kau penasaran juga heh?"
"Banyak omong. Katakan apa kejutan nya, aku sangat penasaran." Kesal nya.
"Selsaniva Kania." Ujar Vano cepat.
Bian mematung di tempat nya. Selsaniva Kania. Nama yang sangat amat tidak asing untuk nya. Nama yang dulu selalu ia hafalkan setiap detik bahkan setiap menit. Nama yang selalu ada di pikiran nya, yang selalu ia genggam di tangan nya sebelum terlepas dan menghilang jauh darinya. Dan tentunya orang yang punya nama itu dulu menemani waktu nya selama Tiga tahun. Dan jadi Vano mengajak nya kesini hanya untuk bertemu Selsa? Orang yang sunguh amat di bencinya.
"Aku pulang,"
"Tetap disini Fabian. Jangan jadi pengecut! Kau tak seharusnya terus-terusan lari dan menghindari Selsa. Kalian bisa membicarakan baik-baik disini."
Bian tertawa sinis, apa yang Vano bilang- bicara baik-baik? Jangan harap, Bian bahkan tak sudi melihat wajah wanita itu dihadapan nya. Sekalipun wanita itu sujud padanya dan menangis darah, jangan harap Bintang mau.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan Van, setelah dia pergi semuanya sudah ku anggap selesai. Termasuk hubungan sialan itu,"
"Jangan bohongi dirimu. Aku tahu bahwa kau masih menyimpan rasa cinta pada Selsa. Berhentilah bersikap seolah-olah kau melupakan nya."
"Hahaha Cinta-- Apa itu Cinta? Seorang Narendra Fabian Atra Wardhana tidak akan pernah mengemis cinta pada Perempuan sialan itu."
"Tutup mulut busuk mu Bian. Berhenti mengatai Selsa perempuan sialan, kau belum tahu apa alasan dia pergi waktu itu."
Tangan Bian beralih ke botol wine, kembali menuangkan pada sloki kosong nya. "Apapun alasan nya aku tetap tidak perduli. Yang aku tahu dia meninggalkan ku, sudah." Ujar nya bersikap acuh.
Vano berdecih, "Dasar kau bocah. Seengaknya bertemu lah dengan Selsa, aku rasa dia merindukan mu juga."
"Tidak sudi, sudah ku bilang aku tidak mau bertemu dengan nya."
"Coba saja Bi. Siapa tau kalian bisa kembali seperti dulu."
"Jangan harap."
Bian meneguk Wine nya kemudian menuangkan nya lagi hingga berulang kali.
"Bian ku mohon dengarkan aku kali ini. Kau harus berdamai dengan masa lalu."
Bian menghentikan minum nya. Ia menatap tajam Vano sebelum seringai ia keluarkan. Seringai yang mengartikan banyak hal.
"Baiklah kalau itu mau mu. Nanti aku akan menemui nya, menyapa nya seakan tidak ada apa-apa, bertanya bagaimana keadaan nya dan mengajak nya berkencan. Puas?."
Vano tersenyum, "Sungguh puas Tuan Wardhana."
---
Mengenakan Drees mini berwarna putih, Selsa berjalan bersama Mina memasuki area R Night Club. Semua mata kini tertuju pada Dua perempuan cantik yang tengah berlengok itu. Kaum Adam juga Hawa mengangumi paras Cantik Selsa dan Mina. Namun tak sedikit juga yang mencibir Selsa sebagai wanita simpanan. Sebenarnya Selsa mendengar nya, namun ia tetap melanjutkan Jalan nya hingga memasuki pintu utama R Night Club.
"Selamat datang Nona Selsaniva dan Nona Elmina," ujar laki-laki berpakaian hitam memberi hormat pada Selsa dan Mina.
Selsa dan Mina memberikan senyuman ramah nya. Kemudian laki-laki berpakaian hitam itu menyuruh keduanya masuk dan menikmati hiburan malam ini. Selsa berjalan bersama Mina menuju Tempat yang sudah di sediakan spesial. Tentunya berada di meja paling depan dengan panggung kecil. Tadi saat kedua nya memasuki R Night Club, semua mata juga memandang nya. Tua maupun Muda menatap keduanya penuh minat, apalagi melihat pakaian Selsa yang terlalu minim. Dress tanpa lengan berwarna Putih diatas lutut. Belakang Dress itu terbuka, menampakkan punggung halus Selsa yang sedikit tertutupi Rambut blonde nya.
"Kau mau minum apa?."
"Pesankan aku Beer Mina. Aku ingin minum itu malam ini,"
"Tapi pasti kau mabuk berat Selsa kalau minum Beer. Soft drink saja bagaimana?." Tawar Mina.
Selsa menggeleng menolak, "Beer Mina, bukan Soft drink."
Mina menghembuskan nafasnya pasrah. Ia melambaikan tangan nya pada Waitress R Night Club untuk memesan minuman.
Selsa mengedarkan pandangan nya. Sudah ramai dan acara nya tak kunjung di mulai. Meskipun Selsa sering pergi ke Club Malam, entah kenapa malam ini ia agak malas datang ke tempat ini. Hatinya gelisah dan tak tenang, dirinya sendiri tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun sekuat mungkin Selsa membuang pikiran buruk nya.
Waitress datang membawa dua botol Beer dan juga Sloki yang masih bersih. Menyajikan di meja untuk tamu terhormat nya malam ini. Dan para pengunjung berniat datang hanya ada Selsaniva, ingin melihat tubuh sensual nya secara langsung.
"Minumlah, aku tahu kau haus."
Selsa mengangguk, selepas Waitress pergi ia menuangkan Beer nya ke sloki lalu meneguknya. Ia fikit mungkin minuman ini akan menenangkan nya sejenak.
Dan tanpa Selsa sadari bahwa sejak ia memasuki R Night Club, setiap pergerakan nya sudah diawasi oleh sepasang mata Tajam yang mematikan.
Sudah saat nya, Acara pun di mulai. Suara riuh terdengar. Berdiri di Mini Stage bersama pemilik R Night Club membuat Selsa agak canggung. Masih muda juga tentunya tampan, Rama- begitulah panggilan laki-laki pemilik R Night Club.
"Terimakasih kepada Selsaniva yang sudah memenuhi undangan saya. Bahkan ini juga request dari para pengunjung untuk mengundang anda kesini."
Selsa tersenyum ramah, ini sungguh sebuah penghormatan untuknya. "Terimakasih sudah mengundang saya. Senang bisa berbagi waktu disini."
Di pojok ruangan R Night Club- Vano bersama Bian menatap Selsa dengan takjub. Oh jangan libatkan Bian-- hanya Vano yang menatap Selsa takjub. Sedangkan Bian menatap mantan kekasih nya itu dengan tatapan tak suka. Lihatlah- diatas sana Selsa terlihat sungguh bahagia, seakan tidak pernah terjadi apa-apa dalam hidupnya.
"Bisa sekali dia berbicara. Apalagi mencari muka," sindir Bian di tempat nya.
"Ingat Bian, malam ini kau harus menemui nya."
Bian tertawa sinis, dia merutuk dalam hati dan bersumpah akan membuat hidup wanita itu menderita. Ini pembalasan untuk tiga tahun yang lalu, karena wanita itu berani meninggalkan nya. Dan malam ini di tempat ini juga Bian bersumpah akan membuat Selsa bertekuk lutut kepadanya. Sumpah.
"Tak usah khawatir. Aku akan menemuinya malam ini."
Selsa masih berdiri disana. Di Mini Stage bersama Rama dan juga beberapa orang yang terlubat dalam R Night Club. Memberikan sepatah duapatah kata hatapan untuk R Night Clube ke depan nya. Mata Selsa menelisik, meneliti satu persatu tamu yang datang. Kira-kira dari kalangan mana saja pelanggan juga tamu undangan nya malam ini. Namun satu yang membuatnya tercenung. Matanya bertabrakan pada Mata hitam legam juga tajam di ujung ruangan.
Ia merasakan tenggorokan nya kering, tercekat dan tak mampu berbicara. Tangan nya mengepal ketika laki-laki itu juga menatapnya. Memberikan senyuman sensual nya yang membuat Selsa bergidik. Namun bayangan tiga tahun yang lalu seakan hidup di kepalanya.
Bian dan Selsa yang bahagia.
"Apakabar Selsaniva?."
Selsa menatap Mina sebentar, meminta pertolongan kepada sahabat nya supaya di jauhkan dari laki-laki brengsek di samping nya.
"Pergi Fabian. Jangan dekati Selsa lagi!." Ancam Mina, namun lengan perempuan itu di tarik paksa oleh Vano. Mereka berdua meninggalkan Selsa dan Bian. Vano hanya menginginkan agar kedua insan ini di berikan ruang untuk menyelesaikan masalah nya.
Selsa masih belum menatap Bian. Mereka berdua duduk di sofa yang sama namun tidak saling menatap.
Dari samping Bian meneliti penampilan Selsa malam ini. Jauh berbeda dengan Selsa yang dikenal nya dulu, tertutup dan tidak pernah mempamerkan tubuh nya. Tapi tetap saja Selsa yang di samping ini bukan Selsa nya yang dulu.
"Berapa harga mu?."
Selsa yang semula tidak menatap Bian, kini dia mengalihkan pandangan nya dan menghunus mata laki-laki di sampingnya. Ingin sekali memelintir mulut tajam Bintang.
"Jaga bicara mu bajingan. Aku bukan Jalang yang bisa kau pakai kapan saja."
Bian tertawa. Tentunya tawa yang sangat mengejek, "Oh bukan Jalang, tapi dandanan mu kali ini melebihi Jalang yang pernah ku temui."
Hati Selsa seakan terlepas dari tempatnya. Nyeri dan sesak. Masih tidak percaya bahwa Bian mengatakan ini pada nya. Namun dia tidak boleh kalah dari Bian, dia tidak boleh terjebak oleh kebusukan laki-laki di hadapan nya ini.
"Memang kenapa kalau aku Jalang? Ada masalah dengan mu? Menganggumu? Ku rasa tidak, bahkan aku tidak kenal siapa kau."
Bian menghentikan tawanya. Wajah nya mengeras, namun sebisa mungkin ia tidak menunjukkan. Hanya wajah datar yang ia tunjukkan.
"Jika kau Jalang aku akan memakai jasamu. Setelah itu aku akan membuang mu begitu saja."
Pedas- sungguh pedas omongan Bian kali ini. Oke air mata Selsa siap meluruh, namun dengan sigap perempuan itu menahan nya.
"Sayangnya jika aku Jalang, aku tidak akan mau dipakai oleh mu Tuan Wardhana yang terhormat. Selamat malam."
Selsa meninggalkan meja dengan hati yang sungguh luar biasa sakit. Dirinya di remehkan oleh Bian, mentang-mentang laki-laki itu punya segalanya, jadi dia bisa meremehkan wanita. Oh tidak untuk Selsa, Bian.
---
"Siapa yang akan menjadi model nya?."
"Perusahaan mengusulkan tiga nama Pak, Aulia Tamara - Diva Maharani dan Selsaniva Kania. Mereka model yang tengah melejit karir nya. Sehingga kemungkinan brand kita akan melonjak ketika menggaet salah satu dari mereka."
Bian menatap usulan karyawan nya dalam meeting nya kali ini. Nama Selsa ada disana, itu berarti dia bebas membalaskan dendam pada Wanita sialan itu. Senyum kemenangan terbit disana, Bian siap-siap bermain dengan Selsa.
"Selsaniva Kania, Saya mau dia yang menjadi model di perusahaan kita."
"Tap-,"
"Tidak ada tapi-tapian. Saya mau Selsaniva yang menjadi model nya. Apapun itu harus Selsaniva. Kalau kalian tidak bisa mengabulkan nya aku akan bertindak sendiri."
Bian membanting Bolpoin ke meja. Meninggalkan ruang meeting dengan perasaan kesal. Ia berjalan keruangan nya dengan perasaan campur aduk. Selsa-Selsa-Selsa-Selsa, nama itu terus bersarang di pikiran nya.
Duduk di kursi kebesaran nya, Bian menarik laci meja nya. Mengambil selembar foto yang selalu ia simpan disana. Dirinya dan Selsa tentunya. Senyum licik terpampang disana.
Lihat apa yang akan aku lakukan padamu Selsa. Aku akan membuatmu bertekuk lutut padaku, memohon dan tentunya sehabis itu aku akan menghancurkan mu. Seperti dulu kamu menghancurkan ku.
Beda dengan Bian yang tengah merencanakan sebuah Misi. Kini Selsa justru tengah berpikir keras di apartement nya. Tentunya bersama Mina karena Mina juga tinggal disana bersama Selsa.
"Kenapa bisa bekerja sama dengan perusahaan nya Bian sih Mina?,"
"Aku juga tidak tahu Sel. Tapi seperti nya perusahaan Bian membayar banyak kepada Agensi, supaya menjadikan mu sebagai model nya."
Selsa mendengus, "Pasti ini ulah si Bajingan Bian. Aku tahu persis seperti apa laki-laki itu."
"Sudahlah Selsa, kau terima saja kerjasama nya. Lagian ini juga menguntungkan mu, Perusahaan Bian perushaan besar. Nama mu juga akan semakin melebar kemana-mana."
"Bukan soal nama ku yang akan melebar kemana-mana, ini soal aku dan dia Mina. Aku yakin pasti sekarang dia tengah merencanakan sesuatu untukku. Ah matilah aku-- Bunuh aku sekarang juga Mina."
Mina tertawa di tempat nya. Ekspresi kesal diwajah Selsa terlihat sangat lucu. Apalagi perempuan di hadapan nya ini mengerucut kan bibir nya, pipi nya menggembung.
"Sudahlah kau tak perlu khawatir. Kalau aku bisa aku akan mengagalkan nya. Tapi menurut firasatku itu tidak bakal terjadi, kamu dan Bian akan-,"
"Kenapa kamu berubah menjadi cenayang Mina? Ish menyebalkan, jangan sebut nama nya lagi." Sela Selsa dengan kesal nya.
Lagi-lagi Mina tertawa, "Iya iya Maaf. Sekarang istirahat lah, aku akan menghubungi Agensi lagi untuk menanyakan kejelasan kerjasama nya."
Selsa menganguk dan berjalan meninggalkan Mina yang berada di sofa Apartemen. Memijit kening nya gusar dan berkali-kali menghebuskan nafasnya. Bian terlalu memaksakan semua nya, Pikirnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!