Lima

Menjalani pagi nya tidak semangat, karena hari ini adalah dimana Selsa bekerja bersama perusahaan Fabian. Menjadi model Brand Pakaian Casual yang tengah trend dikalangan remaja, tentunya perusahaan itu tidak salah memilih Selsa sebagai Model nya.

Ditemani Mina, Selsa sudah siap dengan outfit yang akan diabadikan kamera nantinya. Kaos kecil yang melihatkan pusar nya juga celana pendek yang lumayan pendek melekat apik di tubuhnya. Ditambah angkle boots warna cokelat yang dipakai nya membuat Selsa terlihat sempurna.

"Mina bagaimana ini? Aku belum merasa nyaman,"

Mina menyodorkan sebotol air mineral, guna memberikan ketenangan kepada sang sahabat. Selsa mengambil lalu meneguknya berkali-kali.

"Tarik nafasmu lalu keluarkan perlahan-lahan. Pikirkan yang positif, aku yakin Bian tidak akan datang kesini. Menurut informasi yang aku ambil, dia jarang sekali terlibat dalam proyek lapangan."

Selsa mengangguk paham, mencoba mengambil nafas lalu menghembuskan nya pelan. Ia mengulangi nya beberapa kali sampai dirasa hati nya tenang.

"Mbak Selsa ayo kita mulai Pemotretan nya. Fotografer nya sudah menunggu." Seorang Crew perempuan memanggilnya.

"Mina jangan pergi kemana-mana. Tunggu aku disini," pamit Selsa sebelum meninggalkan tempat nya.

Menuju tempat dimana semua persiapan pemotretan sudah di persiapkan. Selsa berdiri agak canggung di depan sana. Beberapa kamera menyorot nya dan hanya senyum seperti biasa ia tampakkan.

"Selsa kendalikan Ekspresimu. Tersenyumlah dan kerlingkan matamu." Pinta sang fotografer.

Selsa mengangguk, tersenyum sangat manis dan mengerlingkan matanya. Setelah kilatan Blitz itu nampak, Selsa kembali merubah raut wajah nya seperti biasa. Pemotretan kembali berlanjut. Selsa melakukan beberapa Pose yang diinginkan perusahaan.

---

"Kemana Mina?." Tanya Selsa pada salah satu Crew di ruang tunggu.

"Aku melihat nya keluar tadi. Mungkin membeli cemilan."

Selsa mengangguk lalu duduk di tempat nya. Crew yang di tanyai nya tadi sudah keluar dan hanya meninggalkan Selsa saja. Mencari ponselnya dan mengaplikasikan benda persegi panjang itu.

"Bagaimana pemotretan nya?."

Menatap arah sumber suara. Matanya terbelalak. Fabian berdiri disana, tentunya dengan wajah jenaka nya.

"Bukan urusan anda. Untuk apa anda kesini?."

Bian berjalan menuju Selsa. Duduk di kursi yang ada di depan Selsa persis. Selsa memberi respon menolak, memundurkan kursi nya sengaja, namun Bian kembali menahan nya.

"Aku yang mempunyai perusahaan ini. Jadi aku bebas melakukan apapun disini."

"Terserah."

"Bagaimana-- Lebih enak kerja bersama ku kan ketimbang dengan Agensi yang memberi mu gaji tak seberapa itu?."

Selsa meletakkan ponsel ke Meja yang ada disamping nya. Menatap sekilas Bian, "Lebih baik mendapatkan gaji yang tak seberapa, dari pada aku harus kerja bersama mu."

Bian tertawa remeh, "Wah wah wah, sombong sekali kau Selsa. Lihatlah kekayaan mu akan habis dimakan Waktu, tak seperti kekayaan ku yang tak akan habis dimakan waktu. Bahkan aku bisa membeli semua aset yang kau punya."

"Oh ya-? Sayang nya saya tidak perduli. Pergi dari sini," Usir nya sinis.

"Berani sekali kau mengusir Bos mu. Mau kau--?,"

"Apa, Anda mau memecat saya? Silahkan. Dengan lapang hati saya menerima nya. Justru saya berterimakasih karena Anda memecat saya. Masih banyak job lain yang bisa menghidupi saya."

Selsa menarik nafas dan menghembuskan nya lagi. Berulangkali setiap bersama Bian. Laki-laki keras kepala yang pernah ia kenal. Bahkan rasanya sifat yang dulu laki-laki itu punya tidak pernah hilang.

"Tanyakan pada Mina, kau sekarang tak melihat dia kan? Sekarang Mina tengah kebingungan gara-gara semua Job yang akan kau terima dibatalkan."

Selsa melebarkan matanya, Tuhan apalagi ini?. Selsa tertawa miris. Ini pasti ulah si brengsek yang ada di depan nya. Pasti dan Selsa yakin seratus persen.

"Saya tahu siapa dalang di balik semua nya. Pasti anda, Anda yang membuat semua Job saya dibatalkan." Teriak nya didepan wajah Bian. Emosinya sudah tidak bisa diatur karena terlalu kesal dengan tingkah Fabian yang seenaknya.

Benar-- Bian tertawa senang sekarang. "Kau benar sayang, aku yang membuat semua nya dibatalkan. Bahkan kau sekarang harus terus bergantung kepada perusahaanku-- ralat, kepadaku. Agar kau bisa menyambung hidup mu."

Selsa mengusap wajah nya kesal, Bian membuat nya seperti orang bodoh. Manusia kerdil yang ia lontarkan terlempar kepada nya sekarang.

"Jangan berharap saya bergantung kepada Anda. Saya masih bisa bekerja di perusahaan lain."

"Dimana-? Semua perusahaan sudah ku ingatkan agar tak menerima mu."

Oh Tuhan-- Dasar manusia sialan.

Wajah Selsa mengeras. Ingin sekali menampar Bian sekeras-keras nya. Memukuli wajah tampan itu membabi buta. Namun Selsa tidak bisa, ia kalah dengan perasaan nya.

"Masih bisa Tuan. Menjual diri misal nya-,"

Bian membelalak tak terima. Ditatap tajam Wanita dihadapan nya ini. Wajah mendekat, mendengar Selsa berbicara seperti itu emosi nya tersulut. Ada sesuatu dihati nya yang mendesak untuk mengatakan tidak terima.

Ditempatnya Selsa mematung ketika Bian memajukan wajah nya. Sekarang tangan Bian mencengkeram keras pipi gembil Selsa. Dengan satu tarikan dia mencium bibir Selsa kasar. Selsa memberontak, namun tenaga Bian lebih besar. Memukuli punggung Bian pun tak terpengaruh. Laki-laki itu melepaskan ciuman nya ketika di rasa Selsa sudah kehabisan nafas. Matanya yang tajam masih menatap mata Selsa yang berkabut.

"Berapa hargamu semalam? Lakukan saja bersama ku, aku akan membayarmu lebih dari mereka membayarmu."

Sebelum meninggalkan tempat nya, tamparan keras ia layangkan kepada Bian. Laki-laki yang tadi mencium nya secara paksa. Laki-laki yang menawar tubuh nya secara gamblang dan laki-laki yang dulu di eluh-eluhkan nya.

---

"Mina apa yang terjadi? Kenapa mereka membatalkan semua Job-nya?."

Sesampainya di Apartemen Selsa menemukan Mina yang tengah mengerang frustasi. Duduk diatas kasur berukuran besar, memegang ponsel dan mulutnya berkali-kali merapalkan sebuah kalimat.

"Ini ulah si brengsek Bian Sa. Dia yang membatalkan semua Job yang akan kau ambil."

Selsa tersenyum sendu, "Aku sudah tahu Mina. Dia sempat menemuiku tadi di tempat pemotretan."

Mina memeluk Selsa yang tengah menatap nya sendu. Mina tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, ia kalah dengan kekuasaan yang Bian punya. Dan seperti nya ucapan yang di lontarkan Vano, teman Bintang, beberapa hari lalu tak main-main. Bintang akan membalaskan dendam terhadap Selsa.

"Tidakpapa Mina. Ini sudah nasib ku. Seengak nya aku masih mempunyai sahabat seperti mu. Jangan tinggalkan aku Mina,"

Mina merenggankan pelukan nya. "Aku tidak akan meninggalkan mu Selsa. Aku akan terus disamping mu,"

"Terimakasih. Tapi maaf, aku tidak bisa menjadikan mu Manager ku lagi. Aku tidak sanggup membayar gaji mu dengan keadaan ku yang sekarang."

Mina menggeleng, "Aku tetap menjadi Manager juga sahabat mu. Sekalipun aku tidak dibayar. Kau tetap sahabatku Selsa, jadi aku akan menemani mu di setiap pemotretan."

"Terimakasih banyak, sungguh Aku berhutang budi pada mu."

"Sama-sama Selsa."

"Mina-- Aku ingin bertanya pada mu."

"Apa?."

Berpikir sebentar, ia menghirup pasokan udara agar nanti dada nya tak sesak. "Apa aku terlihat seperti Jalang?."

Mina menggeleng kuat, "Tidak Selsa. Kau bukan Jalang! Siapa yang mengatakaan itu? Biar ku pecahkan kepala nya malam ini Juga."

Selsa sebisa mungkin menunjukkan senyuman nya, senyuman sendu. Matanya juga berkaca-kaca ketika mengingat perkataan Bian tempo hari juga Siang tadi. "Bian-- Dia sudah sering kali bertanya berapa Harga ku semalam."

"Benar-benar brengsek laki-laki itu. Kupecahkan kepalanya malam ini dan ku ambil otak nya. Aku pindahkan ke kepala Gorila."

---

Malam ini Bian merasakan kesal yang luar biasa dengan perrmpuan yang tengah bersamanya. Yumi, teman kencan nya yang sudah ia pakai berkali-kali, datang kepadanya dan meminta untuk dinikahi. Padahal sudah dari awal Fabian mengatakan jika Ia tidak akan menikahi Yumi. Hubungan nya hanya sebatas teman kencan juga teman Ranjang.

"Nikahi aku secepatnya Fabian. Firasatku tidak enak, dan aku takut jika aku Hamil."

Fabian membelalak, "Bagaimana bisa-? Bukan nya aku menggunakan alat kontrasepsi setiap berhubungan dengan mu? Jangan sembarangan berbicara Yumi! Aku tidak akan menikahi mu."

Yumi menganga di tempat. Hati nya hancur disaat ia tahu dan terlalu menaruh harapan lebih kepada Bian. Ia mengira jika Bian akan serius dan mau menikahi nya. Tapi ternyata tidak, laki-laki itu hanya memikirkan kepuasan nya saja.

Tangan nya terangkat, menampar keras pipi Bian walau tak memberikan efek apapun pada laki-laki brengsek di depan nya. Mata nya memerah dan mulai berair, jadi ini rasanya di tolak dan patah hati. Seperti ini rasanya?.

"*** kamu Bian. Bajingan kamu. Kenapa kamu seperti ini, aku sudah memberikan semua nya kepadamu. Dan ini balasan mu?."

Bian tertawa remeh mendapati Yumi yang mengeluarkan emosi nya. "Kalau kau sudah tahu, untuk apa ku jawab? Lebih baik angkat kaki dari ruangan ku, karena aku tidak mau kalau ada jalang yang mengotori ruangan ku."

"Lihat pembalasanku Bian. Aku akan membalas semua perbuatan mu, siapapun nanti nya perempuan yang bersama mu, ku pastikan hidupnya tidak akan tenang."

Selepas mengucapakan kalimat nya, Yumi berlalu begitu saja dan tentunya membawa rasa sakit yang teramat dalam. Ia berjanji dalam hati nya bahwa suatu saat dia akan membalas perlakuan Bian, dan semoga Bian mendapatkan Karma yang setimpal atas apa yang di perbuat. Yumi yakin akan itu.

---

Terpopuler

Comments

Agna

Agna

kayakx menarik

2020-09-26

0

Ni Ketut Artini

Ni Ketut Artini

menarik

2020-05-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!