Si Empat Mata Reborn
Dalam sebuah lorong kelas nampak seorang siswi yang berjalan penuh ragu saat hendak menuju kelasnya. Ia berjalan pelan dengan beberapa buku dipeluknya, sambil terus menoleh kanan kiri memperhatikan sekitar.
Denada Cynthiara nama yang terbaca di atas saku baju Sekolahnya. Lengkap dengan atribut yang biasa Ia kenakan, kawat gigi dan kacamata tebal serta rambut kucir dua yang sudah menjadi identitasnya selama ini.
Pagi ini terasa agak berbeda, biasanya lorong kelas sudah ramai dengan anak-anak yang akan mengejeknya sebelum Ia sampai di kelas IPA satu, tetapi saat kini Ia berjalan lorong itu nampak sepi, namun hal ini malah makin membuatnya khawatir.
"Nada, awas itu kacamatanya jatuh, hahahaha... " ucap beberapa murid pria yang berpapasan jalan dengannya.
Cemoohan dan tertawa anak kelas sebelah seperti itu sudah biasa Ia dengar, rasa malu tak lagi jadi prioritas bagi Denada. Bisa masuk Sekolah unggulan dengan latar belakang keluarga yang sederhana saja Ia sudah bersyukur, Beasiswa yang sudah di dapatnya tentu harus dipertahankan, jadi kenapa harus mendengarkan olokan seperti itu pikirnya.
Tak lama akhirnya Denada sampai di kelas, suasana sepi tak seperti biasanya malah membuat Denada takut, hanya terlihat beberapa teman pria di bangku belakang.
Kemudian Denada meletakkan tasnya di meja dan langsung melanjutkan langkah ke toilet sebelum bel jam pertama berbunyi.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Saat ini di Toilet Sekolah.
Denada masuk ke dalam toilet dengan cepat, biasanya sebelum pelajaran dimulai ia sering ke toilet dari pada mengganggu proses pembelajarannya nanti jadi ia lebih dulu buang air kecil.
Ternyata saat ini dari luar pintu toilet nampak Lisa and the geng mengendap-endap masuk ke kamar mandi hendak mengerjai Denada.
Mereka terlihat sedang menulis beberapa kata dalam kertas karton sambil cekikikan menahan tawanya.
Daaaggg...
"Woy cepetan dong, lama banget sih!"
Ucap Lisa sambil menggedor pintu kamar mandi Denada, tentu saja itu membuatnya kaget. Lantas dengan segera Denada membersihkan dirinya dan bersiap membuka pintu.
"Lama banget sih dari tadi, emang ini toilet Sekolah nenek moyang lo!"
Sentak Lisa setelah Denada keluar dari sana, berniat segera pergi tanpa bergeming namun seketika Lisa and the geng sigap mengepungnya.
"Wwee, ee... Mau kemana lo nyelonong aja, sini bagi duit!"
Lisa yang sengaja mempermainkan Denada dengan cepat mengambil uang Denada dalam sakunya.
"Iss, apaan nih lima ribu, jaman sekarang masih laku bawa duit segini!"
"Lah, maklum aja Lis namanya anak miskin, kotak bekalnya aja cuma tahu tempe, ahahaha... "
Seisi toilet kini penuh dengan gelak tawa anak-anak geng Lisa.
"Jangan Lis, itu uang buat naik Bus nanti," ucap Denada tiba-tiba.
"Oh yaudah, nih ambil aja gue juga gak cukup uang segini!"
Lantas Lisa yang tingginya jauh di atas Denada berusaha menjauhkan uang lima ribu itu darinya, Ia mengangkat tinggi-tinggi uang itu dan saat Denada mendekat anggota geng yang lain menarik rambutnya dengan kencang dari belakang.
"Aaauu... "
"Hahahaha... "
Denada menahan sakit dari rambutnya yang sudah berantakan kini, tentunya hal itu semakin membuat Lisa and the geng kegirangan.
"Yaudah nih gue balikin, mumpung gue lagi baik hati sekarang!"
Ucap Lisa sambil menyodorkan uang itu, lantas saat Denada mengambil uang itu dengan ragu-ragu teman geng yang lain menempelkan kertas karton diam-diam ke punggung Denada.
Akhirnya Denada berhasil mendapatkan kembali uangnya tanpa mengetahui sesuatu yang kini menempel di punggungnya.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Saat ini Denada sedang berjalan dari toilet menuju kelasnya, dari sekeliling nampak anak-anak kelas lain tertawa cekikikan sedang memperhatikan punggung Denada.
...GUE SI MATA EMPAT,...
...TOLONG GODAIN DONG!...
Tulisan jelas terpampang dari sebalik badan Denada tanpa sepengetahuannya, jelas Ia bingung saat semua sedang menatapnya kini, walaupun biasanya juga mereka begitu. Denada hanya berharap bel masuk cepat berbunyi saat ini.
"Nada, cantik deh, eh ada sayur di behelnya nyangkut!" ucap salah seorang pria kelas sebelah lagi sambil mencolek bahu Denada.
"HAHAHAHA... "
Tak tahan lagi dengan jalan yang ia lalui kini Denada dengan cepat berlari ke dalam kelasnya.
Sesampainya di kelas teman-teman yang lain langsung terbahak-bahak melihat punggung Denada, ia segera duduk ke bangkunya tanpa bergeming dan menatap mereka.
Tiba-tiba,
"Nada, sini!" ucap Rendra salah seorang teman sekelas dari depan memanggilnya.
"Kenapa Ndra?!"
"Eh, Sini, ada titipan dari Guru ini buat lo!" lanjut Rendra lagi dengannya.
Kemudian Denada tanpa berfikir ulang langsung bangun dari duduknya namun,
Kreeekkk...
Terdengar jelas bunyi robekan dari rok yang Ia kenakan, sontak Denada kaget dan anak-anak kelas seketika tertawa sekencangnya.
"HAHAHAH... "
Berarti sebelum ini Rendra dan yang lain sudah menempelkan Lem tebal ke bangku Denada.
"HAHAHAHAH... '
"Robek guys, sexy benget, godain dong, hahahah!"
Seisi kelas saat ini sedang terhibur menyaksikan penampilan Denada, air mata yang masih berusaha ditahannya nampak jelas dengan rasa malu dan amarah sambil menatap ke arah Rendra.
"Uupps, lo kenapa Nada?! Matanya kok mau keluar gitu, apa keberatan kacamata udah, mau Rendra bantuin sini?!" ucap Rendra yang seolah tak bersalah di sana.
"Ahahah, nah makin cantik kan kalau dirobek gitu roknya sedikit!" saut Lisa yang baru saja tiba di kelas.
Denada yang kini berdiri menutupi bagian belakangnya yang robek akhirnya jatuh juga air mata di sebelah pipinya, dengan berani Ia mencoba melawan.
"Kenapa sih kalian jahat sama gue?! Kita ini kan teman sekelas!" ucap Denada tiba-tiba.
"Hahahaha... "
Gelak tawa dari yang lain masih juga terdengar jelas setelah perkataannya itu.
"Justru karena teman sekelas itu Nada lo jadi spesial kan!" saut Lisa menjawabnya sambil melipatkan kedua tangan.
Bagai sedang menari dalam kawasan rumput berduri, ingin berlari sekalipun durinya tetap melukai. Lantas Denada masih juga berusaha tegar,
"Kenapa Rendra?! Puas lo sekarang!" tanya Denada meninggikan suaranya.
"What?! Kenapa ya?! Emm, mungkin karena lo jelek, dan lo sendiri yang bilang suruh godain lo!" balas Rendra sambil menunjuk ke tulisan di punggung Denada.
Akhirnya Denada kini mengerti kalau Lisa dari tadi memang sengaja membiarkannya pergi dari toilet. Air mata sudah jatuh tak tertahan lagi sekarang, menunggu kelulusan yang masih sangat lama, sama seperti bunyi bel masuk yang dari tadi ditunggunya.
Tak lama dari arah luar masuk seseorang ke dalam kelas Denada. Nada menatap seorang pria membuka Hoodie dan langsung mengikatkannya ke pinggulnya.
Sontak seisi kelas IPA satu terbelalak menyaksikan hal ini, apalagi Lisa sampai ternganga mulutnya.
"Elo, ngapain lo disini?!"
Ucap Rendra yang melotot sampai hampir keluar bola matanya.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Lanjut di Next Bab...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
forit Forit
srtuiopase
2024-03-01
0
❑⃝★⏤͟͟͞͞ 𝑵𝒂𝒄𝒂𝒏ᵈᶦᵃⁿ★❑
dih baik hati dari mananya woy/Angry/
2024-02-04
1
❑⃝★⏤͟͟͞͞ 𝑵𝒂𝒄𝒂𝒏ᵈᶦᵃⁿ★❑
Lisa itu manusia apa iblis sih?
2024-02-04
1