Kelanjutan cerita kemarin...
Tokk... Tokkk...
"Nada?!"
Terdengar suara ketukan pintu kamar Denada saat Ia berteriak mencecar Rendra dari dalam biliknya. Lantas seketika Denada kaget dan langsung membukakan pintunya.
"Ayah?!"
Ya, tentu saja Ayahnya kaget mendengar teriakan Denada dan langsung mencarinya ke kamar.
"Kenapa Nada kok teriak-teriak dari tadi Ayah dengar, loh ini kenapa roknya sobek?!"
Fokus Ayah setelah memasuki kamar Denada di sana, beliau langsung melihat rok putrinya yang robek dan penampilannya yang amburadul.
"Enggak Yah, tadi nyangkut di paku jadi robek," jawab Denada menyembunyikan.
"Aduh Nada kamu ini ada-ada saja, yasudah ganti celana dulu, biar Ayah jahitkan!"
Beruntungnya Denada memiliki Ayah yang sangat menyayanginya. Walaupun rumah mereka nampak kecil dan lusuh karena pekerjaan Ayahnya hanya pedagang bakso keliling, tapi Denada tak kurang kasih sayang dari Ayahnya.
Denada segera membenahi dirinya sembari Ayahnya menjahit rok itu di sana, selang beberapa waktu rok Denada sudah kembali seperti semula.
"Nah ini udah siap, pakai ini dulu ya, nanti kalau Ayah punya uang Ayah belikan yang baru!"
"Gak usah Yah, ini aja udah rapi kok,"
Berusaha tidak terlalu membebani Ayahnya dengan apa yang Ia alami hari ini, Denada tersenyum lebar di depan Ayahnya sambil memegangi rok itu. Walaupun sang Ayah tak juga bertanya tapi mungkin belaian Ayah di rambut Denada mengisyaratkan firasat Ayah padanya.
"Oiya Nada ada yang mau Ayah berikan sama kamu!"
Tak lama Ayah Denada mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dari dalam sakunya, lantas Denada segera mengambil dan membuka kotak itu.
"Wah liontin, Ayah beli ini? Apa gak mahal Ayah?!" ucap Denada seketika tercengang.
"Bukan Nada, itu liontin punya Ibu, tadinya mau Ayah berikan saat Ulang Tahun kamu, tapi sekarang aja gak papa!" jelas Ayah.
Setelah itu Denada langsung memakai Liontin peninggalan dari Ibunya. Denada sudah ditinggal Ibunya sejak masih kecil, beliau meninggal karena sakit, sejak itu kehidupan Denada dan Ayahnya menjadi berubah seperti sekarang ini, padahal dulunya mereka masih berkecukupan.
Selang beberapa menit Ayahnya juga memberikan surat peninggalan dari Ibunya.
"Ini ditulis Ibu untuk Nada, maaf baru Ayah sampaikan sekarang, Ayah sengaja tunggu Nada dewasa biar gak nangis bacanya, yasudah Ayah kerja lagi ya Nak!"
Denada terdiam melihat sepucuk surat yang diberikan Ayahnya, tak lama setelah Ayah keluar kamarnya Denada dengan cepat membuka dan membaca surat itu.
[Konon semua bintang,
Memiliki orbit yang unik,
Bintang itu terus mengitari orbitnya di alam semesta yang luas,
Terus mengitari...
Lalu suatu hari ia bertemu bintang lain, dan takdir mereka saling terkait.
Nada sayang jangan pernah merasa sendirian, walaupun tanpa Ibu kamu pasti akan menemukan bintangmu]
Sudah berusaha tak menangis tapi air mata tetap terjatuh setelah membaca surat itu, seketika Denada memegangi bandul liontin dari Ibunya yang berbentuk bola kristal, tak lama Ia melihat cahaya terang keluar dari bandul liontinnya.
Mata Denada terbelalak melihat seisi kamarnya yang tadinya gelap kini dihiasi pantulan cahaya dari liontin pemberian Ibunya, lantas senyumnya pun mulai merekah, seperti magic seketika Ia melupakan penat sesaat yang dialaminya tadi.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Keesokan harinya.
Pagi ini Denada terlepas dari jangkauan Lisa karena ulangan Fisika dadakan membuat kelas IPA satu panik seketika. Denada yang telah selesai lebih dulu dengan lembar ulangannya segera mengumpulkan dan bergegas keluar dari kelas.
Ia pergi membawa Hoodie Tyo sambil terus melanjutkan langkah menuju Lapangan Basket.
Denada terus berdiri di pinggir Lapangan Basket menunggu kedatangan Tyo. Kemarin sepulang Sekolah Hoodie itu sudah dicuci dan di setrikanya dengan rapi.
Denada terus mencium bau wangi dari Hoodie Tyo, sesaat lamunnya muncul sambil mesam-mesem tak jelas, entah apa yang dibayangkan Denada saat itu, sontak bunyi bel istirahat membangunkan Ia dari lamunnya.
Melihat Tyo yang masuk ke Lapangan Basket dengan bolanya, seketika Denada berlari mendekati Tyo.
"Hai?"
Denada menyapa Tyo sambil memberikan Hoodie-nya, Ia menundukkan kepala sambil sesekali membenarkan kacamatanya yang turun.
"Oh, Hai... Oh ini jaket gue kemarin ya, lo anak yang kemarin kan?!" saut Tyo menanggapinya.
Denada mengangguk malu di sana, sesekali Ia menatap Tyo sambil terus membenarkan kacamatanya, maklumlah ini kali pertama Denada berbicara dengan lawan jenisnya.
"Denada... "
Lanjutnya sambil memberikan tangan kanan, Tyo dengan kebingungan juga nampak menyambut salam Denada.
"Ini udah Nada cuci jaketnya kemarin, makasih ya!"
"Ah gak usah repot-repot, oya panggil aja gue Tyo, Mmm gimana cara gue balesnya nih?! Mm lo mau apa?!" tanya Tyo yang merasa sungkan.
Lantas Denada langsung menaikkan pandangannya menatap wajah Tyo, kacamata tebal dan kawat gigi yang sudah di bersihkannya tadi pagi sedikit membuatnya berani. Namun lagi-lagi Nada mulai gugup dan kebingungan menanggapi Tyo.
"Mau gak nikah sama gue?!"
Ucap Denada seketika yang panik keceplosan dengan isi kepalanya. Tentu saja Tyo kaget dan tercengang, seraya berfikir dengan kerutan dahi yang terlihat.
"Mm, yaudah gini aja kapan-kapan gue terakhir makan ya di kantin, kalo gitu gue lanjut lagi ya, thanks jaketnya, bye!"
Ucap Tyo melambaikan tangan setelahnya sambil berjalan kembali ke Lapangan Basket, Denada terus menatapnya dari belakang kemudian Ia melangkah kembali ke dalam gedung Sekolah.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Saat ini di Gedung Sekolah.
Denada kini duduk di tangga yang tepat menghadap ke arah Lapangan Basket, Ia nampak memeluk bukunya dengan sebuah pensil di tangan. Denada terus tersenyum di sana sambil menggambar yang Ia lihat di Lapangan Basket itu. Tyo masih nampak melemparkan bola ke ring, sesekali Denada terlamun.
[Mau gak nikah sama gue]
Nada mengingat dan membayangkan perkataannya tadi kepada Tyo, tentu saja Ia malu.
"Hiisss, Nada, bego baget sih!" ucapnya sambil memukul kepalanya sendiri.
Setelahnya Nada melanjutkan lukisannya tadi, Ia tetap fokus menggambar Tyo dan Lapangan Basketnya. Tiba-tiba dari arah belakang Rendra yang kebetulan lewat sana melihat Denada, seketika niat jahilnya muncul.
"Woy, apaan nih?!"
Rendra segera mengambil buku Denada yang jelas ada gambar Tyo di sana, tentu saja Ia panik dan berusaha mengambil kembali buku itu dari Rendra.
"Rendraa, jangan... balikin buku aku!" teriak Denada sambil melompat mengambil bukunya yang terus dijauhkan Rendra.
"Weeh, Mata Empat lagi gambar apa nih!"
Rendra terus mempermainkan Denada sambil melompat-lompat di sekitar tangga, begitu juga Denada yang masih berusaha merebut bukunya.
Mereka saling tarik dan dorong tepat di pinggir tangga, namun naas kaki Rendra terpeleset tepat di pangkal anak tangga, Denada seketika berusaha menariknya namun tak sempat. Akhirnya mereka berdua jatuh terguling dari tangga Sekolah yang lumayan tinggi itu.
Bruuuuk..
Bunyi hempasan badan mereka sampai di lantai bawah, seketika mereka tak sadarkan diri dengan posisi kepala yang tepat berhadapan.
Koridor sekitar tangga nampak sepi, mereka mengalami kecelakaan dan belum ada orang yang tau. Disaat yang bersamaan seketika liontin yang Denada kenakan mengeluarkan cahaya terang mengelilingi tubuh mereka berdua yang masih tak bergerak di sana.
Tiba-tiba,
"TOLONG...!!"
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Lanjut di Next Bab...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅🪭
keep fighting nada sayang... terharu baca pesan dari ibunya nada/Sob/
2024-02-04
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat
ya ampun kan madih sekolah ngapain ngomongin nikah siih,, groginya gitu amat kan bikin malu.. untung Tyo nya baik gak ngebahas dan mempermalukan Denada
2024-02-04
1
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ𝐌ᴜᷞʀͧɴᷠᴀᷧ
kalung liontin nya itu ada penghuninya ya? 🤭
2024-02-04
1