Kelanjutan cerita kemarin...
"TOLONG...!!"
Selang beberapa waktu setelah Denada dan Rendra terjatuh dari tangga Sekolah, terdengar suara teriakan siswa yang kebetulan melewati koridor itu.
Terlihat Denada dan Rendra sudah tak sadarkan diri dan keluar darah dari hidung mereka, dengan cepat siswa-siswi lain berkerumun ke sana setelah mendengar teriakan suara minta tolong.
"Wei, ada yang jatuh... "
"Astaga apa ini?! Cepat panggil Ambulance!"
Beberapa Guru juga sampai di lokasi kejadian, akhirnya mereka berdua langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat setelah mobil Ambulance datang.
Niinoot...
Niinoott... Niinoot...
Mobil Ambulance melaju kencang menuju Rumah Sakit, Orang tua mereka masing-masing sudah dikabari dan diminta menunggu anaknya di Rumah Sakit dekat Sekolah.
"Cepat langsung bawa UGD!"
Perawat Rumah Sakit sigap memandu langkah setelah kedua anak itu diturunkan dari mobil Ambulance.
"Rendra... Rendra... " teriakan histeris Mama dan Papa Rendra di sana sambil mengikuti ranjang pasien menuju UGD.
"Nada, Ayah di sini Nak... " cemas Ayahnya Denada juga terdengar.
Mereka berdua langsung masuk ke UGD dan mendapatkan penanganan Dokter. Selang beberapa waktu Dokter keluar dari ruang UGD.
"Dok bagaimana anak saya?!"
Kepanikan masing-masing Orang tua dan juga Guru Sekolah yang masih di sana langsung dengan cepat memintai keterangan Dokter.
"Perdarahan ringan karena benturan kepala, tapi menurut hasil CT Scan tidak menunjukkan adanya cidera serius, namun untuk saat ini kedua pasien masih belum sadarkan diri dan nanti akan dipindahkan ke ruangan terlebih dulu, jadi nanti kami tindak lanjuti lagi ya Ibu Bapak!" jelas Dokter sambil melanjutkan langkahnya dari sana.
Suasana tegang menyelimuti mereka yang saat ini masih berdiri di depan UGD, tak lama ranjang pasien di keluarkan dan segera dipindahkan ke ruangan masing-masing. Rendra dibawa ke lantai atas ruang VIP, sedangkan Denada dibawa ke ruang biasa.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Empat jam kemudian.
"Rendra... "
Mama Rendra yang terus memantau kondisi anak kesayangannya tak sengaja melihat jari Rendra bergerak. Saat ini di kamar VIP Rumah Sakit, nampak beberapa keluarga Rendra berkumpul melihat pasien yang masih terbaring menggunakan selang Oksigen di hidungnya.
"Rendra ini Mama nak... "
Samar-samar Rendra mendengar suara, tak lama perlahan Ia membuka matanya dan melihat sekitar dengan jelas.
"Aaauu, sssh... "
Rendra mendapati sakit di tangan kirinya oleh infus yang terpasang, segera Ia bangun dan duduk sambil meraba selang Oksigen yang melekat di wajahnya.
"Rendra... Rendra... "
Semua orang di sana memantau sambil terus memanggil nama Rendra, membuatnya kebingungan kini, Ia melepas selang Oksigen itu dan berupaya turun dari ranjang.
"Eeh, Rendra mau kemana, kamu belum diperiksa Dokter lagi nak!"
"Rendra?! Ayahku mana?!" ucap Rendra dengan suara pelan.
"Ini Papa nak!"
"Bukan... Ayah mana, Ayah... "
Rendra sontak berjalan dari ranjangnya hendak menuju keluar kamar VIP itu, namun tiba-tiba langkahnya terhenti di depan cermin kamar mandi yang pintunya ternganga.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Dilain sisi.
Saat ini Denada masih terbaring di kamar lain, nampak di sana Ayahnya terus memegangi tangan Denada dengan kerutan dahi yang terlihat jelas.
"Mmmh... "
Terdengar suara pelan keluar dari Denada sambil gerakan pelan yang dirasakan oleh Ayahnya di sana.
"Nada... "
Mendengar suara didekatnya membuat Denada membuka mata perlahan, samar-samar Ia melihat cahaya putih di sekelilingnya, lantas Denada langsung terduduk.
Kini Ia mulai meraba-raba sekitar termasuk selang Oksigen di wajahnya. Denada seketika melepaskan selang Oksigen itu,
"Loh, kok gue gak bisa lihat apa-apa?!" ucap Denada sambil mengucek matanya.
Ucapan pelan dari Denada masih terdengar oleh Ayahnya di sana, seketika Ayah Denada memberikan Kacamatanya saat Denada sibuk meraba sekitar.
Denada langsung memakai kacamata itu dengan reflek, barulah Ia mulai merasakan pandangan matanya menjadi jernih.
"Nada, ini Ayah, kepala Nada masih sakit nak?!" tanya Ayahnya yang panik dan terus memantau.
Denada tak bergeming sedikitpun, Ia nampak terus memperhatikan sekitar dan tak ada orang lain di sana selain orang yang di hadapnya ini.
"Bapak siapa?! Mama Papa aku mana?!"
Ayah Denada langsung panik mendengar ucapan anaknya, lantas dengan cepat Ayahnya keluar kamar dan berlari mencari Dokter.
Denada masih nampak kebingungan, Ia terus meraba sekitar dan merasakan sesuatu yang aneh di badannya. Tangannya kini memegangi dada, dan seketika mata Denada terbelalak besar serasa ingin keluar.
Denada yang panik dengan cepat turun dari ranjang dan mencari sesuatu di sekitar Ia berada kini, tak lama Ia menemukan ponsel dan langsung melihat pantulan dirinya samar-samar dari ponsel itu.
Tiba-tiba,
"TIIDAAAAAAKKKK... "
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Kembali ke Rendra.
"TIIDAAAAAAKKKK... "
Teriakan kencang juga terdengar dari kamar VIP Rendra, setelah Ia melihat dengan jelas pantulan dirinya di cermin kamar mandi.
Rendra melihat dengan seksama wajahnya sambil memegangi rambutnya, kemudian reflek mata Rendra turun menghadap sesuatu di bawah sana dalam celana, sontak mulutnya menganga dan berteriak kencang sambil berlari dari kamar mandi itu.
"Aaaaaa... "
"Rendra kamu kenapa nak?!"
Rendra berputar-putar sambil terus berteriak setelah melihat sesuatu dari dalam celananya, otomatis Mama Papa Rendra panik, mereka seketika memegangi Rendra dan mendudukkanya di ranjang pasien.
Gleekk... Gleekk...
Rendra kini menenggak air minum yang diberikan Mama dan mulai tenang dengan sendirinya.
[Gak mungkin, gak mungkin, ini badannya Rendra?! Gue pasti cuma mimpi]
Plaaakk...
Rendra bergumam dalam hatinya kemudian menampar dan mencubit pipinya sendiri. Tak lama Dokter masuk ke ruang VIP kamar Rendra.
"Dok, tolong ini anak saya kok jadi aneh gini tingkahnya?!" ucap Mama Rendra dengan segera.
Kemudian Dokter kembali memeriksa Rendra, lampu senter kecil menyinari pupil matanya, tentu saja terasa silau, berarti ini bukan mimpi pikir Rendra.
"Responnya baik kok, hasil CT scan dan rontgen juga tidak ada cidera sama sekali, kemungkinan pasien mengalami syok setelah kejadian yang dialaminya, nanti akan saya resepkan obat!" jelas Dokter di sana.
"Astaga Rendra kamu ini bikin panik Mama saja... "
Rendra nampak tertegun dan tak bergeming lagi setelah Dokter keluar kamarnya. Ia hanya kebingungan sambil terus memperhatikan dirinya satu persatu.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Saat ini di kamar Denada.
"Nada kamu kenapa?!"
Ayah Denada masuk membawa Dokter setelah mendengar teriakan Denada di sana. Kemudian Dokter kembali membawa Denada ke ranjang pasien dan segera memeriksanya.
"Aaaau... "
Respon Denada yang kesilauan setelah matanya tersorot senter kecil Dokter itu.
"Bagus kok, pupilnya merespon dengan baik, hasil CT scan juga tidak ada cidera!" lanjut Dokter di sana.
Denada mulai nampak kebingungan dan terus berfikir dalam-dalam.
[Gak mimpi gue, ini badan Denada, gimana bisa gue di sini], bisiknya dalam hati.
"Tapi tadi dia gak mengenali saya Dok?!" sambar Ayah Denada.
"Denada?!" ucap Dokter membangunkan Denada dari lamunnya.
"Hah?! Rendra?! Rendra Mahesa di mana Dok?!"
Dengan segera Denada yang baru saja tersentak dari lamunnya berlari keluar kamar.
"Gak papa Pak, mungkin dia masih syok setelah kecelakaan sama temannya, ini hasil rontgen dan CT scan semuanya baik, nanti saya resepkan obat untuk Nada!" jelas Dokter sambil menunjukkan hasil pemeriksaan Denada ke Ayahnya.
Denada kini berjalan mengelilingi Rumah Sakit itu masih dengan baju pasien yang dikenakannya, Ia terus berjalan ke resepsionis sambil bertanya lokasi kamar Rendra.
"Gak bisa, gue harus liat badan gue dulu!" ujarnya tergesa-gesa setelah itu.
Tak lama,
"Nada?!"
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Lanjut di Next Bab...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅🪭
nah kmna itu si rendra malah mematung depan kaca, apa ada sesuatu hal kah
2024-02-04
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat
ini ketuker raga ya.. Badannya berbeda sama jiwanya.. Biar Rendra bisa merasakan apa yang dilalui sama Nada, rasanya di bully
2024-02-04
1
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ𝐌ᴜᷞʀͧɴᷠᴀᷧ
jadi ketuker gitu jiwa sama raganya 🤔
2024-02-04
1