Si Empat Mata Reborn
Kelanjutan cerita kemarin...
"Elo, ngapain lo di sini?!"
"Tyo?!" ucap Lisa ternganga.
Seisi ruangan kelas IPA satu yang tadinya ramai menertawakan Denada seketika jadi hening saat ini karena kedatangan anak kelas IPS. Tyo yang baru saja melintas hendak ke kelasnya tiba-tiba masuk ke kelas IPA satu saat melihat mereka membully Denada habis-habisan.
"Udah gak papa!" ucap Tyo sambil menutupi rok Denada yang robek dengan Hoodie-nya.
"Wey, ngapain lo Tyo!" sambar Rendra seketika.
Di sana nampak Tyo membantu Denada yang sudah menangis menggigil ketakutan karena ulah teman sekelasnya. Tyo membersihkan kursi Denada yang dipenuhi Lem dan melepaskan tulisan dari punggungnya.
"Iih, Tyo biarin aja... " rengek Lisa mendekati Tyo sambil memegangi tangannya.
Lisa yang sudah lama mengejar Tyo tentu tidak tahan melihat situasi saat ini, matanya terus menatap tajam ke arah Denada yang masih menunduk di sana.
Setelah selesai membersihkan keonaran lantas Tyo segera pergi melanjutkan langkah ke luar kelas IPA satu sembari mendekati Rendra seraya berkata,
"Kasian, jangan keterlaluan!" bisiknya di telinga Rendra sambil melanjutkan langkah.
Tak lama setelah Tyo pergi Lisa langsung dengan cepat menggasak Denada.
"Woy, seneng lo ya kali ini ada yang nolong!" ucapnya tajam sambil menepuk lengan Denada.
Tak lama,
Teettt... Teet...
Bel masuk yang sedari tadi ditunggu Denada berbunyi juga, Guru Mapel juga segera melangkah ke dalam kelas saat ini lalu dengan cepat Lisa dan yang lain bergegas kembali ke bangkunya.
"Awas lo ya nanti!" ucap Lisa pelan sambil melotot tajam sebelum meninggalkan Denada di sana.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Saat jam Istirahat.
Saat ini semua siswa sudah keluar dari kelas, begitu juga dengan Denada, Ia masih murung memikirkan kejadian pagi ini yang dialaminya. Denada duduk sendiri di tangga Sekolah yang menghadap ke Lapangan Basket dan melihat ke arah anak-anak pria yang sedang bermain di sana.
Dagg... Dagg... Dagg...
Bunyi pantulan bola Basket yang sedang dimainkan Rendra dan Tyo. Mereka adalah tim Basket yang biasa mewakili Sekolah saat ada perlombaan antar Sekolah.
Saat ini Rendra nampak mulai mendekati Tyo dengan melempar bolanya dari dekat.
"Tyo, lo ngapain sih nolongin si culun tadi, ah ganggu aja!"
Tyo nampak dengan santai memantulkan dan melemparkan bola itu ke ring.
"Lo jangan keterlaluan lah, kasihan dia itu cewek, coba kalau lo jadi dia gimana?!" saut Tyo menanggapi Rendra.
"Halah lembek banget lo, orang cuma buat seru-seruan aja, liatin mukanya yang aneh itu geli gue haha!"
"Rendra, Rendra... "
Tyo hanya menggeleng di sana mendengar ucapan Rendra. Mereka terus melanjutkan permainan Basket dan Denada yang duduk dari kejauhan masih terus menatapi Lapangan itu.
Tak lama dari belakang Denada datang Lisa and the geng menyentaknya. Lisa nampak masih kesal terlebih setelah memperhatikan Denada yang terus melihat ke Lapangan Basket.
"Woy, gila... ngeliatin apa lo siang bolong gini, sini lo ikut gue!"
Dengan cepat Lisa menarik baju Denada dan membawanya menepi ke lorong yang sepi tak jauh dari sana.
"Heh, gak usah ngimpi lo ya mentang-mentang Tyo datang nolongin lo tadi, Tyo itu punya gue, gak usah sampe keluar gitu mata lo liatin dia!" sentak Lisa di sana sambil menyandarkan badan Denada ke tembok.
"Enggak kok Lis, gue gak liat apa-apa tadi!" jawab Denada membela diri.
Suasana mulai tegang lagi kini, Geng Lisa berkumpul mengelilingi Denada yang sudah terpojok, membuat pasokan oksigen semakin berkurang.
"Udah ngerasa cantik kali dia Lis!" sambar geng Lisa.
"Oh gitu, ngerasa cantik lo ya! Sini gue dandanin biar jadi cantik beneran!"
Kemudian dengan sigap Lisa mengeluarkan Lipstik dari dalam sakunya, walaupun Sekolah melarang siswa membawa Make Up tapi ini Lisa, peraturan bukanlah halangan untuknya melihat orang tuanya yang merupakan ketua komite Sekolah.
"Rasain nih!"
Lisa dengan lincah mengoleskan Lipstik merah muda melingkar dibibir Denada, kemudian juga di matanya dan terus ke pipinya. Dengan tawa bahagia teman geng Lisa menyaksikan Denada saat ini.
"Jangan Lis... "
Denada yang hanya seorang diri dikepung 5 orang tentunya sulit untuk melawan, terlebih melawan anak-anak orang kaya di Sekolah itu. Walaupun hati menjerit ingin memberontak namun cengkraman tangan Lisa yang lebih kuat darinya membuat Denada tak sanggup mengelak.
"HAHAHAHA... "
Gelak takwa mereka beramai-ramai menyaksikan penampilan wajah Denada saat ini yang penuh coretan Lipstik, Denada lagi-lagi tertunduk diam di sana menahan air matanya. Tak lama bel masuk menyelamatkan Denada.
"Udah cabut!"
Lisa memerintahkan teman-temannya untuk pergi setelah mendengar bunyi bel itu. Kini tinggal Denada sendiri, bergegas Ia pergi ke kamar mandi yang tak jauh dari sana dan mengunci pintunya.
"Hhh, hhhuu, hhhhuu... "
Isak tangis Denada pecah dalam kamar mandi itu, dengan cepat Ia menyiram wajahnya dengan air dan membasuh muka. Air mata yang sudah bercampur dengan air keran, membersihkan noda di wajah Denada sekarang.
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Sepulang Sekolah.
Saat ini Denada sudah sampai di rumahnya, Ia berjalan lesu memasuki bilik lalu mengunci pintunya. Denada melemparkan tas ke ranjang dan berdiri di depan cermin dalam kamarnya, sesaat Ia mematung di sana.
Denada terus menatap cermin itu menyaksikan pantulan dirinya sendiri, air mata menetes tanpa izin membasahi kedua pipi Denada.
[Dasar lo jelek... Hahaha Mata Empat, orang Miskin... ]
Terngiang-ngiang oleh Denada di kepalanya ucapan yang terus menggema mengolok-olok dirinya, seketika Denada menutup mata dan kupingnya di depan cermin itu dan berteriak sekencang-kencangnya.
"Aaaaa..."
Habis sudah sesak di dada yang sedari tadi Ia simpan dan tumpah dalam pantulan dirinya di sana, apa yang Ia lakukan sampai semua orang membencinya pikir Denada. Lebih setahun Ia mendapatkan Bullying di Sekolah sampai sudah kelas XI saat ini pun masih ditahannya.
Seketika Denada melihat roknya yang sobek dan masih tertutupi oleh sebuah Hoodie, amarahnya memuncak, tak sepantasnya mempermalukan wanita sampai seperti ini pikirnya.
Lantas Denada melepaskan Hoodie itu dan terus memperhatikan roknya yang sobek, jika tidak ada Tyo tadi entah bagaimana bisa Ia menutupi bagian robek ini.
Rasa malu tentu sudah pasti, namun yang paling sulit adalah melupakan kejadian hari ini dikemudian hari. Kejahilan teman-temannya sudah sangat kelewatan kali ini di rasa Denada, Ia sangat membenci mereka, terlebih Rendra yang seolah tak merasa bersalah setelah melakukan hal ini padanya tadi.
"Rendraaaaa... Gue sumpahin lo ngerasain apa yang gue rasain suatu saat nanti!" pekik Denada mengeluarkan kekesalannya di sana.
Tiba-tiba,
Tok... Tokk...
"Nada...?!"
❀༺🪷༻※※※༺🪷༻❀
Nantikan di Next Bab...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅🪭
Tyo good attitude bgt di banding murid lain yg taunya ngebully doang
2024-02-04
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat
mentang mentang anak komite sekolah terus seenaknya ngejahilin temen sendiri yang memiliki kekurangan, pengan bantuin nabok gak siih
2024-02-04
1
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ𝐌ᴜᷞʀͧɴᷠᴀᷧ
dasar anak ga punya aturan, liat aja suatu saat nanti pasti kena batunya
2024-02-04
1