Bab 19 - Kado Terakhir

Marcella menaruh jam tangan bewarna silver diatas meja di samping ranjangnya. Hari ini adalah peringatan kematian kakaknya. Ia amat ingin mengenakan jam tangan pemberian kakaknya itu, namun ia takut ia akan mewek karenanya. Sebuah panggilan menyadarkannya bahwa ia harus segera bergegas ke lokasi yang sudah ditentukan oleh Kaptennya. Ia hanya bisa berdoa agar kakaknya tenang di peristirahatannya itu.

"Kenapa lama?" Tanya Alex, saat ia tiba di lokasi.

"Telat bangun, maaf," sahutnya.

Alex hanya menggeleng.

"Marcella, kamu lihatlah bekas luka ini, tepat di dada, apa ini kasus yang sama?"

Kapten mereka pun melihat dari dekat, "Kita otopsi saja agar tahu kemungkinan, yang pasti pembunuh cukup sadis, ia mengantukkan kepala lelaki ini ke dinding sebelum merobek perutnya."

"Pembunuh gila," ucap Marcella membayangkan bagaimana korban dibunuh.

"Kamu ingat Sammy?" Tanya Alex.

"Hari ini hari kematiannya, tentu aku mengingatnya." Ia menekan rahangnya setiap kali mengingat pembunuh kakaknya itu.

Alex pun terdiam dan bersama yang lain mengecek bukti di lokasi itu. Korban adalah seorang pekerja lepas dan sudah menganggur sejak dua minggu lalu, terlihat dari rumahnya yang tak ditemukan makanan, mereka menduga korban kelaparan dan mencuri di rumah seseorang dan si korban yang rumahnya dicuri marah dan mendatanginya dan terjadilah perkelahian.

"Korban mengelak namun, tenaga si pembunuh cukup kuat."

"Oh ya Alex bukankah orang ini yang dulu datang mengecek pipa yang mampet dirumahmu?"

Alex terdiam, "Sepertinya benar dia tukang pipa itu dan aku hampir lupa," ucapnya.

"Namun ia sudah berhenti bekerja begitu?"

Marcella berusaha mencari tahu benarkah ia mencuri karenanya ia dihabisi, dan seperti biasa tak ada barang bukti dan jejak tertinggal.

"Kenapa?" Alex bertanya pada Marcella.

"Tidak, kebiasaan ini hanya orang itu yang punya, namun kejadiannya dini hari tadi, saat suasana masih sunyi."

"Kita akan tahu setelah diotopsi," ucap Kapten mereka.

"Baik, Kapten." Sahut semuanya.

Dalam perjalanan pulang Marcella duduk di samping Alex dan Anto.

"Apa menurutmu benar itu motifnya Marcella?" Tanya Anto.

"Aku belum bisa memastikan, kita akan temui tim forensik nanti," sahutnya.

Anto mengangguk.

"Kalian berdua yang pergi ya, aku ada urusan dengan Kapten," seru Alex.

"Baiklah," jawab Marcella. "Memang kamu mau kemana sih?"

"Mengurus berkas lain di pengadilan, kenapa?"

"Ohh, berkas korban wanita yang itu?"

"Iya, korban kesekian," jawab Alex datar.

Marcella mengangguk.

...****...

Saat tiba di rumah sakit Marcella langsung mendatangi dokter.

"Apa penyebab kematiannya Dok?"

"Benturan keras kepala membuat korban hilang kesadaran, dan saat itulah pelaku menghabisi korban."

"Adakah organ yang terkena tusukan?"

"Jantung sebelah kirinya dan ini lihatlah," ucap Dokter membuka perut korban. "Pembunuh ini saya rasa adalah orang itu, hanya mengapa setelah sekian lama ia membunuh pria."

"Maksud Dokter ini korban kesekian?"

Lagi-lagi ia beraksi. Namun apa hubungannya dengan korban. Pikir Marcella.

Dokter menangguk.

Di perjalanan pulang Marcella berpikir mengapa ia membunuh dengan jarak hanya sebulan dari pembunuhan sebelumnya dan apa yang dilakukan korban hingga orang itu menghabisinya.

"Aku tak mengerti," ucapnya bingung.

Selesai mandi ia menyantap nasi goreng yang ia beli di jalan pulang. Ia menghidupkan televisi dan berita korban tadi ditayangkan.

"Akankah reporter lebih hebat dari kami menemukan pelaku?" Gumamnya tak paham.

Setelahnya sebelum tidur ia menyimpan kembali jam tangan kakaknya itu ke dalam kotak dan semua memori itu berhamburan di kepalanya.

"Kamu harus menjaganya baik-baik," ucap Sammy sembari memasangkan jam tangan itu di tangan kiri Marcella kala itu.

"Siap," jawab Marcella dan menunjukkan posisi tangan menghormat. Lantas ia tersenyum lebar.

"Adikku, kelak jika kau dalam masalah ingatlah satu hal, selalu ada hal yang luput dari pandangan kita dan semestinya kita lebih jeli." Ucap Sammy.

"Maksud kakak?" Tanya Marcella sebab ia tak paham.

"Hmm, jangan menyimpulkan atau menilai sesuatu hanya dari tampilannya Marcella, sebab tidak semua asumsi adalah benar adanya."

Waktu itu Marcella hanya mendengarkan tanpa memahami apa maksud ucapan kakaknya dan kali ini ia ingin mencari tahu dan membuktikan akankah asumsinya benar atau ucapan kakaknya yang benar.

"Kakak, aku akan menjaga jam ini selamanya." Ia mendekap jam tangan itu.

"Haha, aku percaya padamu, kau gadis yang kuat, bertahanlah apapun yang terjadi." Sammy mengacak rambut adiknya itu.

Marcella mengangguk kala itu. Ia tak menduga itu kado terakhir yang ia dapat dari Sammy.

Ingin rasanya ia kembali ke masa itu dimana ia bisa berhambur ke pelukan kakaknya kapanpun ada teman-teman yang mengganggumya. Sammy selalu sedia kapanpun ia butuh. Sammy lebih dari kakak namun juga sahabatnya. Dan kini Sammy telah pergi dan ia harus melanjutkan hidup demi ibu dan ayahnya.

Sebuah pesan masuk dari nomor yang jarang meneleponnya.

"Ayah," ucapnya terperanjat.

Lelaki itu mengabarkan ia akan singgah minggu depan kesana karena harus mengurus persidangan disana.

Marcella pun sangat gembira sebab sudah lama ia tak bertemu ayahnya yang seorang pengacara yang selalu sibuk. Sejak kecil ayahnya jarang di rumah, lelaki itu hanya menghabiskan waktu saat weekend bersama mereka, sementara hari lainnya Marcella bahkan tak tahu jam berapa ia kembali ke rumah.

"Apa ayah akan menemui Alex?" gumamnya. Marcella pun kemudian mengabarkan hal itu ke Alex, namun pesannya belum juga dibalas.

Mungkinkah ia masih bersama Kapten? Marcella melihat jam dinding, sudah pukul 11 malam. Lantas ia pun mematikan lampu kamarnya.

Ia sudah tak sabar menunggu kedatangan ayahnya esok hari.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!