Bab 11 - Menemui Teguh

Beberapa hari kemudian Michele mendapat telepon dari ibu yang menjadi tetangga Teguh dulu. Ia pun memberitahukan alamat Teguh yang kini sudah tinggal di Semarang.

"Apa Kak Teguh menghindari semua orang karenanya ia pergi cukup jauh?" Gumamnya saat melihat alamat itu.

Ia pun memilih hari liburnya untuk bisa berangkat ke alamat itu. Perjalananya ke Semarang menghabiskan waktu lumayan pajang, namun gadis itu memang sangat suka berpetualang maka ia menikmatinya. Saat tiba di rumah itu ia melihat seorang wanita menggendong anaknya di teras rumah. Ia pun menghampiri dan bertanya,

"Permisi, maaf apa benar ini rumah Kak Teguh?"

Wanita itu memperhatikannya dari atas hingga ke bawah. Ia merasa tak pernah mengenal Marcella sebelumnya. "Kamu siapa? Tak ada Teguh di rumah ini."

Marcella tahu wanita itu sedang berbohong.

"Ohh, maaf kalau begitu saya kira ini rumah Kak Teguh, saya Marcella, adiknya Sammy, tetapi mungkin saya salah duga." Ucapnya. Saat hendak melangkah wanita itu memanggilnya.

"Siapa nama kamu tadi?"

"Marcella," jawabnya.

Wanita itu melihat ke sekeliling dan kemudian menarik Marcella masuk ke rumahnya.

"Dia masih bekerja jam segini, biasanya sebentar lagi ia pulang mengajar." Ucap wanita itu dan mempersilahkan Marcella duduk.

"Terima kasih, maksudnya dia Kak Teguh?"

"Iya, maaf sebelumnya aku tak bermaksud berbohong."

"Tak apa, saya paham," jawab Marcella.

Marcella pun memutuskan untuk menunggu Teguh agar perjalanannya tak sia-sia.

Satu jam kemudian seorang pria seusia Alex pun tiba di rumah itu mengendarai motornya. Saat membuka helm Marcella bisa mengenali wajah itu. Masih memakai kacamata meski dengan model berbeda. Ia pun berdiri saat pria itu masuk. Melihat Marcella pria itu terdiam sejenak. Ia seakan menerka siapa gadis yang kini ada di hadapannya.

"Kamu siapa?" Tanya akhirnya.

Istrinya berbisik kepadanya dan Teguh duduk tak jauh dari Marcella.

"Dia Marcella, mas tak ingat adik teman Mas Sammy?"

Teguh pun memukul kepalanya karena lupa. "Astaga Marcella?"

Marcella mengangguk.

"Kamu sudah besar sekarang, kakak bahkan tak mengenalimu." Dulu Marcella sangat tomboy dan sekarang meski masih terlihat tomboy tapi ia lebih cantik karena rambutnya yang lebih panjang.

"Lama tak bertemu Kak, aku tak tahu kakak sudah menikah dan punya anak," ucap Marcella basa-basi.

"Iya sudah sangat lamanya Marcella." Ia tiba-tiba teringat saat ia sering berkunjung ke rumah Sammy saat sekolah dulu.

Pria itu hanya diam ia seoalah menyembunyikan rasa sedih saat melihat Marcella.

"Maaf aku tak hadir saat kakakmu meninggal." Teguh mengusap air mata dibalik kacamatanya itu.

"Tak apa, Kak Sammy pasti paham, kakak tentu sulit karena keadaan," ucap Marcella pelan. Sebenarnya ia juga tak tahu siapa saja yang hadir di pemakaman Sammy karena ia begitu berduka dan berniat mencari penyebab kematian kakaknya itu.

"Aku tetap saja merasa Sammy pasti marah padaku?" Ucap Teguh kemudian. Saat itu ia mendapat telepon dari Ryan namun ia sedang lembur. Saat pulang istrinya sedang sakit maka ia pun tak bisa melayat ke Surabaya.

Marcella pun sadar untuk Teguh, kakaknya adalah orang yang penting ia bisa melihat dari mata yang sendu menatapnya itu. Teguh sendiri merasa bersalah melihat Marcella ada di hadapannya. Lantas ia teringat sesuatu. Alasan dibalik kedatangan Marcella.

"Kamu datang sejauh ini bukan untuk silaturahmi bukan?" Tanya Teguh kemudian. Marcella mengangguk pelan.

"Kakak tentu menduganya. Sebenarnya selama ini aku sedang menyelidiki kasus kematian Kak Sammy dan membawaku pada kasus kematian orang-orang yang pastinya kakak kenal."

Teguh tampak terkejut. Kembali ia mengingat semua wajah satu gangnya dulu.

"Apa yang ingin kamu tahu? Aku, Sammy, Ryan dan Alex sudah lama tak bertemu." Tiba-tiba nada bicara Teguh menjadi dingin. Seolah ia tak suka membahas kedua orang itu.

"Aku tahu tetapi tentu kakak tahu perihal kematian Shelina, Cyara dan Kak Citra bukan?"

"Aku mendengarnya. Aku tak tahu mengapa semua jadi begini." Teguh mendesah dan raut wajahnya menjadi semakin sendu. Bagaimana juga ia mengenal semua yang disebut oleh Marcella.

"Apa kakak bisa menceritakan bagaimana hubungan kalian bertujuh dulu?" Tanya Marcella.

Teguh menghela napasnya lantas meminta istrinya untuk membuatkan Marcella minuman.

"Aku tak tahu apa aku bisa membantumu. Tetapi aku rasa aku tak bisa. Aku akui kamu cukup pemberani, namun aku menyarankan kamu berhenti disini. Kakak rasa kamu harus melindungi dirimu sendiri Marcella. Satu per satu telah meninggal mengenaskan bukan?"

"Apa kakak pergi sejauh ini untuk menghindari seseorang? Siapa? Apa Ryan Marvelndo?" Tanya Marcella to the point. Ia ingin tahu benarkah tebakan dan teorinya selama ini.

Teguh tampak terkejut mendengar nama itu.

"Kamu tahu kamu menyebut siapa? Mereka bukan keluarga biasa, kamu tak takut dengan itu?"

Marcella menggeleng."Kenapa harus takut?Lantas jika ia memang bersalah haruskah aku takut?"

"Aku rasa kesimpulanmu salah Marcella, kamu salah paham," ucap Teguh.

"Maksud kakak?"

"Mengapa kamu menyebut nama Ryan Marcella? Apa yang kamu tahu?"

"Aku mencurigainya lagi pula siapa lagi kalau bukan dia yang bisa menghabisi mereka semua? Ia paling bisa melakukan itu semua Kak," ucap Marcella.

Teguh mendesah, lantas ia hanya diam. Ia kemudian masuk ke kamarnya, cukup lama Marcella menunggu hingga ia kembali membawa sebuah buku diari.

Teguh memberikan buku itu kepada Marcella.

"Ini milik Cyara dulu aku dan Sammy menemukannya saat ia membuangnya. Aku dan yang lain tak tahu bahwa Cyara menyukai Ryan. Kami hanya tahu Shelina saja. Sementara Ryan sendiri." Teguh menatap Marcella dan menghentikan ucapannya.

"Cinta segi tiga maksud kakak?" Marcella baru tahu soal itu.

"Aku rasa Ryan hanya menganggap keduanya sebagai sahabat tak lebih dari itu. Meski akhirnya hubungannya dan Shelina berkembang menjadi lebih dari itu. Aku terkejut mendengar kematian Shelina, namun kepergian Citra lebih membuatku tak percaya."

"Lantas mengapa kakak tak mau membantuku menemukan siapa pembunuh mereka sebenarnya?"

"Aku sudah lama tak ikut campur dengan mereka. Kini hanya terisa kami bertiga. Aku hanya ingin hidup tenang Marcella. Aku harap kamu paham!"

"Kakak takut nyawa kakak menjadi incaran selanjutnya?" Marcella sudah menduga tentu Teguh tak mau mempertaruhkan nyawanya dan keluarganya.

Teguh hanya diam. "Aku rasa kamu tak perlu tahu alasannya. Berhati-hatilah saat kembali dan jangan mudah percaya dengan siapapun hanya itu yang bisa aku katakan padamu."

Meski Marcella belum puas, namun ia tak bisa memaksa Teguh untuk bercerita lebih jauh.

"Kalau begitu aku permisi Kak," ucapnya.

Teguh mengangguk. "Aku hanya bisa mendoakanmu Marcella," ucap Teguh.

"Terima kasih Kak, titip salam ke kakak ipar," ucap Marcella.

Teguh mengangguk. Setelahnya Marcella menuju mobilnya. Gadis itu masih menatap Teguh dan kemudian pergi dari sana.

Sepanjang jalan Marcella terus memikirkan ucapan Teguh tadi. Buku diari itu ia simpan di dalam tasnya.

"Aku harus membacanya sampai akhir, mungkin aku bisa menemukan petunjuk."

Setelah Marcella pergi Teguh menemui istrinya.

"Aku minta maaf membuatmu terlibat." Ucapnya meraih tangan istrinya itu.

"Ini bukan salah kamu, kamu juga tak mau semua begini." Ia amat memahami kecemasan suaminya itu.

"Aku mencemaskan anak itu, aku takut ia salah langkah dan menjadi korban selanjutnya," ucap Teguh seraya meneguk tehnya.

"Apa kamu tak menceritakan semuanya? Mengapa?"

"Aku tak mau keselamatan kita menjadi taruhannya. Aku rasa aku tak bisa. Kasihan anak itu."

"Apa orang itu akan menemukan kita juga?" Tanyanya kini membuat Teguh bertambah khawatir.

"Aku tak tahu, tetapi aku rasa ada yang mengikuti Marcella kemana saja namun aku tak tahu siapa dia."

"Apakah orang suruhannya Ryan? Atau orang itu?"

"Entahlah. Aku harap Allah melindungi gadis itu. Sammy maafkan aku tak bisa membantu banyak," ucap Teguh lirih. Istrinya meraih tangannya dan berucap.

"Allah pasti tak pernah tidur Mas, semua kejahatan pasti dibalas tuntas. Mungkin kini ka merasa menang, namun Allah sudah rencanakan kehancurannya," ucap istrinya.

"Aamiin. Orang itu pantas membayar semuanya sayang. Sangat pantas," ucap Teguh dengan pandangan mata yang menajam mengingat orang yang hanya ia yang tahu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!