Bab 3 - Misteri Kematian Citra

"Lantas nona muda tinggal dimana?"

Nenek itu kembali murung. Kembali ia membayangkan hari dimana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri gadis berusia 24 tahun terbujur kaku dengan kain kafan saat ambulan mengantarnya ke rumah utama di Surabaya.

Polisi yang mengotopsi belum juga menemukan pembunuh dari salah satu anak asuhnya itu.

"Ia sudah tiada," ucap nenek dengan menunduk.

"Maaf, saya tak tahu Nek," seru Marcella menjadi tak enak hati.

"Hari itu seminggu sebelum pesta ulang tahunnya yang ke 24, ia sempat menelpon nenek untuk minta dibuatkan nasi goreng hati ampela saat ia pulang di hari ulang tahunnya, nenek tak duga itu telepon kami yang terakhir."

"Dia meninggal karena apa Nek?"

"Polisi menuturkan ia dibunuh dengan pisau secara brutal dan kemudian mayatnya dilemparkan dari jendela ke jalan."

Marcella bisa membayangkan adegan itu di kepalanya. Sebuah pembunuhan sadis dan mengingatkannya dengan kepergian kakaknya.

"Apa tak ada barang bukti?"

Nenek menggeleng.

"Saat memeriksa seluruh flat itu semua barang disana berantakan, tampak Nona Citra melakukan perlawanan sebelum kepergiannya, namun ia tak cukup kuat melawan tenaga pembunuh itu."

"Apakah sudah ditemukan siapa pembunuhnya?"

"Belum, sampai sekarang, kasus itu menjadi misteri, tuan muda dan kedua orang tuanya menjadi menutup diri," jawab nenek.

"Tentu tidak mudah, aku merasakan itu."

"Bahkan nyonya sempat harus di rawat di rsj setelahnya."

"Benarkah? Lantas nenek ingat bagaimana kondisi mayat itu?"

Marcella sudah mengaktifkan perekam di handphonenya tanpa nenek itu sadari.

"Ada belas tusukan di perutnya, polisi menduga ia adalah korban dari pembunuh berantai yang belum ditemukan sejak 10 tahun lalu."

"Apakah tak ada hal lain?"

"Satu yang nenek heran, kemana perginya cincin yang biasa nona pakai, apakah pembunuh itu mengambilnya, tetapi mengapa hanya itu."

Marcella pun berpikir karenanya. Jika ini perampokan tetapi barang lain utuh, hanya cincin itu saja yang hilang. Aku harus mencari tahu kasus pembunuhan berantai ini. Harus!

"Nenek pasti sangat menyayangi nona muda itu?"

"Aku membesarkan mereka berdua sejak lahir dan aku merasakan apa yang nyonya rasakan." Air mata tampak tumpah di pipi nenek itu, namun cepat nenek menghapusnya. "Kenapa si udin lama sekali?"

Ia berdiri dan menuju pintu. Tampak adiknya itu sudah datang.

"Terima kasih banyak atas tehnya nek, dan semoga pembunuh nona Citra segera ditemukan," ucap Marcella.

"Terima kasih, saat melihatmu nenek hampir mengira kau adalah nona muda."

"Apakah wajah kami mirip?"

"Sedikit dan mata kalian sama."

Marcella mengangguk. Sebelum pergi ia teringat sesuatu. "Nek, bolehkah saya mampir lain kali?"

Nenek mengangguk. Saat berpapasan dengan Udin, pria itu menatapnya seolah berkata jangan datang lagi namun Marcella tak menghiraukannya. Ia menerima minyak itu dan kemudian menuju mobilnya.

Jalanan sepi itu tampak menakutkan saat menjelang senja. Dengan cepat ia mengisi bensin dan kemudian menghidupkan mesin mobil itu. Di perjalanan ia sempat berpapasan dengan seorang pria yang berdiri menatap ke arah mentari terbenam. Ia tak sadar saat ia melintas pria itu berbalik memperhatikan mobil itu.

Tak lama dua orang anak buahnya pun datang.

"Anda sudah mau kembali Tuan Muda?"

Pria itu hanya mengangguk. Lantas ia berjalan diikuti kedua orang itu. Ia memberi isyarat agar salah satunya mendekat kemudian ia membisikkan sesuatu.

"Baik, Tuan," jawabnya lantas memberi kode kepada rekannya. Ia pun menuju ke arah lain yang tak lain adalah arah rumah nenek yang disinggahi Marcella tadi.

Marcella terus memikirkan kasus pembunuhan berantai 10 tahun lalu yang dimaksud oleh nenek. Mengapa ia tak tahu. Dan apakah itu berhubungan dengan kakaknya. Untuk saat ini ia harus menemui seseorang yang bisa memberinya jawaban.

Setibanya di rumah itu ia memencet bel dengan kencang. Alex pun membuka pintu dan terkejut melihat kekasihnya disana.

"Kamu dari mana?"

"Dari tempat itu, tapi ada hal lebih penting yang aku ingin tanyakan padamu."

"Apa itu."

"Kamu tidak sedang menutupi sesuatu tentang kematian kakakku kan?"

Alex diam sejenak, ia tak bisa menjawab tuduhan tunangannya itu.

"Mengapa kamu bertanya begitu?"

"Apakah dulu kakakku sedang menyelidiki sesuatu dan kamu tahu namun kamu tak memberitahuku."

"Aku bukan tak ingin memberitahumu, tapi aku tak mau kamu dalam bahaya. Bahkan kami belum bisa menemukan pelaku itu sejak bertahun-tahun."

"Jadi benar, apa ini ada kaitannya dengan kasus pembunuhan berantai yang tak terpecahkan sejak 10 tahun lalu, dan polisi berasumsi, nona muda keluaga Danubroto adalah salah satu korbannya?"

Alex menghela napasnya.

"Dari mana kamu mendengar semua ini?"

"Aku hanya tanya Alex, apa benar begitu. Pembunuh kakakku bisa jadi adalah orang yang sama yang telah membunuh banyak korban sejak 10 tahun lalu?"

Alex mengangguk lemah, ia tak bisa melawan keras kepala kekasihnya itu.

"Kami masih menyelidikinya dan kami sangat berhati-hati."

"Apakah kamu punya foto dugaan tersangka?"

"Jangan katakan kamu akan menyelidiki mereka berlima?"

"Apakah Ryan Marvelndo juga salah satu tersangka kuat namun ia tak terbukti karena tak ada barang bukti kuat dan ia juga punya banyak uang?"

Alex hanya diam.

"Macam apa hukum itu Alex? Apakah ia memihak orang kaya saja?"

"Saat wawancara dulu, ia punya saksi kuat ia ada di rumahnya di perkebunan itu dan kedua orang tuanya menguatkan itu."

"Tapi tetap saja ia bisa menyuruh orang lain Alex? Ia punya banyak anak buah, dan rumah itu sangat besar."

"Kita tak bisa menuduh orang tanpa bukti sayang."

"Apa kau takut? Sudah banyak nyawa Alex dan haruskah orang lain menjadi korban?"

Alex hanya diam, seperti biasa ia biarkan kekasihnya itu berbicara sendiri.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!