Bab 12 - Buku Diari Cyara

Marcella akhirnya punya kesempatan untuk bisa membaca buku diari yang ia peroleh dari Teguh. Pelahan ia membuka buku dengan sampul pink itu. Meski warnanya kini telah pudar, namun masih terlihat cantik.

Halaman pertama buku diari Cyara terdapat foto dua orang gadis belia dan seorang lelaki diantara mereka. Marcella kini bisa mengenali wajah itu. Wajah Ryan dan kedua anak gadis yang sering main ke rumah mereka saat ia pulang dari latihan taekwondo. Tak banyak berubah dari wajah Ryan, namun entah mengapa ia hampir lupa sedangkan dulu ia sengaja mengintip ke ruang tamu maupun teras dimana mereka biasanya berkumpul.

Karena semakin penasaran Marcella membuka halaman kedua buku itu, terdapat biodata Cyara beserta semua kesukaannya. Terselip juga sebuah gambar pena yang ia tandai dengan tanda love disana.

"Pena ini mungkin bisa menjadi petunjuk, tetapi ini sudah lama, kemana aku harus mencari keluarganya." Untunglah disana ia menemukan alamat lengkap Cyara, Marcella memotretnya untuk mendatanginya nanti.

Satu persatu curahan hati Cyara ia baca namun ada satu hal yang menarik, di dalam diari itu Cyara menjelaskan tentang Ryan dan Shelina. Kini Marcella semakin yakin bahwa bisa saja itu adalah kisah cinta segi tiga, namun Cyara tewas dan Shelina akhirnya bisa mulus menjadi kekasih Ryan.

"Sungguh kisah tak biasa dan rumit," gumamnya. Itulah komentarnya.

Cyara menuliskan kali pertamanya melihat Ryan di dalam buku itu, Ryan yang berwajah sedikit bule membuat penampilannya langsung mencolok diantara semua siswa baru, belum lagi ia adalah adik dari Citra, sekretaris Osis di sekolah itu, maka semua pun mulai berbisik tentangnya. Ryan yang merasa risih memilih untuk menjaga jarak dari semua orang, namun takdir menuliskan Ryan duduk sebangku dengan Cyara, maka mereka pun mulai berkenalan.

Hari ini aku melihatnya, wajah tampan itu seakan menghindari banyak mata yang menatapnya. Namun aku sangat penasaran padannya. Ajaibnya Bu guru memintanya duduk di sebelahku.

Aku lihat dia sedikit kikuk saat aku mengulurkan tanganku. Namun setelah aku memberi tahu namaku ku lihat jelas senyum di wajah indah itu. Aku tak tahu usiaku yang masih menginjak 15 tahun bisa seterpesona itu pada Ryan. Namun aku ragu ia demikian, terlebih kulihat semua ssiswi menatapnya kagum. Hanya ada satu orang yang berani mendekatinya kali itu, dialah Shelina, ketua kelasku. Gadis cantik berambut panjang yang terkenal cerdas dan pandai berbicara itu kulihat ditanggapi santai oleh Ryan.

Itulah tulisan pertama Cyara tentang Ryan dan Shelina. Tulisan selanjutnya berisi keakraban mereka bertiga hingga mereka bergabung dengan Geng Elang yang diketuai oleh Sammy. Sejak itu Cyara banyak membahasa tentang tugas dan keseharian mereka. Namun ada satu kalimat yang menarik untuk Marcella. Cyara menuliskan di salah satu halaman bukunya.

Aku rasa Shelina menyukainya, ia dan Shelina tampak serasi jika dibandingkan aku. Namun aku curiga Ryan tidak menyukai salah satu diantara kami. Namun aku tak tahu siapa yang ia sukai akankan kecurigaanku benar. Namun aku tak berani bertanya sebab aku tak mau merusak persahabatan kami.

"Ryan tidak menyukai keduanya. Lantas mengapa ia berpacaran dengan Shelina. Hmm, bisa saja perasaan berubah sih," ucap Marcella sendiri. Ia merasa kisah ketiga orang ini adalah penyebab kematian Cyara dan Shelina. Namun ia belum bisa menyimpulkan orang bagaimana Ryan seutuhnya. Dalam gambaran Cyara, Ryan adalah anak yang tak banyak bicara namun sangat cerdas, ia juga jago olahraga dan bela diri. Marcella semakin curiga Ryan adalah pembunuh semua orang, namun Teguh memintanya untuk tak sembarangan menyimpulkan sesuatu. Sebab itu ia pun harus mencari penyebab kematian Cyara dari orang terdekatnya.

"Sepertinya aku harus mencari tahu langsung."

Marcella memutuskan untuk mendatangi keluarga Cyara, meski ia takut hadirnya akan membuka luka keluarga itu terlebih kejadian itu sudah cukup lama. Namun ia mungkin bertanya pada Ryan sebab ialah tersangka utama yang ia curigai.

Saat tiba disana ternyata keluarga Cyara masih menetap disana.

"Mau cari siapa ya?" Seorang wanita yang usianya sekitar 30 tahunan menyapanya.

"Maaf benar ini rumahnya Kak Cyara?"

Wanita itu menatapnya dengan heran lantas ia berseru. "Kamu siapa mengap mencari orang yang sudah lama mati?" Tanya seolah tak senang.

"Maaf saya Marcella, adiknya Sammy salah satu kakak kelas Cyara."

"Sammy, temannya Citra kakaknya Ryan?" Tanya wanita itu.

Marcella mengangguk.

"Kalau begitu masuklah," tawar wanita itu. Marcella pun duduk tak lama wanita itu kembali dengan seorang wanita tua sekitaran 60 tahunan tahun.

"Kamu adiknya Sammy?"

"Iya Bu, saya Marcella." Marcella menyalami wanita itu.

"Ini ibu saya," ucap wanita yang menyuruhnya masuk tadi.

"Maaf bu, jika saya mengganggu, saya sedang menyelidiki sesuatu."

Wanita yang tak lain kakak kandung Cyara dan ibunya itu pun saling berpandangan.

"Apa alasan kamu kemari? Kami sudah tak lagi mau terlibat dengan keluarga Danubroto, kami takut kami tak punya bukti serta kami tak tak tahu siapa pelaku sebenarnya. Kami tak yakin."

"Apa keluarga itu mengancam kalian?" Ucap Marcella antusias.

"Mereka keluarga terpandang, kami hanya keluarga sederhana, kalau saja Cyara tak bersahabat dengan Ryan mungkin semua itu tak terjadi," ucap kakaknya Cyara lemah. Sebab menurutnya bila saja Cyara tak dekat dengan Ryan malapetaka itu takkan terjadi. Sebab ia merasa semua karena pemuda kaya itu.

"Maaf, apa kalian mencurigai dia orangnya? Ryan?"

"Polisi sudah buktikan bukan dia pelakunya, Ryan sedang di luar kota bersama keluarganya saat itu, ia bahkan diinterogasi oleh polisi dan polisi yakin bukan dia namun kami tetap tak percaya." Ucap ibunya Cyara kini

Marcella mendengarkan dengan seksama.

"Kalau bukan Ryan lantas siapa?"

"Kami juga tak tahu. Kami hanya tahu Ryan juga dekat dengan Shelina, kepergian Cyara tentu menguntungkan gadis itu, namun kami terkejut saat mendengar Shelina juga tewas dibunuh," sambung ibu Cyara.

"Benar Bu, selelah itu Kak Citra dan kakak saya."

"Apa? Mereka berdua juga? Kami belum tahu itu. Benar dugaanku geng itu aneh pasti salah satu dari mereka. Aku sih paling yakin itu Ryan, namun entahlah kalau bukan dia siapa." Kakak Cyara seakan menahan geram setiap menyebut nama Ryan.

"Apa ada yang aneh dari Ryan?"

"Anak itu anak yang sopan, kadang mereka bertiga mengerjakan tugas bersama, kadang di rumahmu kan?" Wanita itu ingat dengan jelas interaksi antara Cyara, Ryan dan Shelina.

Marcella mengangguk.

"Tapi ya begitu, ia tak banyak cakap, dari awal ibu sudah bilang jangan mimpi ketinggian Cyara, Ryan tak mungkin bersanding dengan keluarga susah seperti kita." Ucap ibu Cyara.

Marcella tampak terkejut. Sebab berarti orang tua Cyara tahu ia menyukai Ryan dulu.

"Apa Ryan dan Cyara saling mencintai, maaf barangkali kakak dan ibu tahu?"

"Adikku menyukai Ryan, aku duga Shelina juga, menyukainya namun terhadap keduanya Ryan seolah sama perhatiannya meski Shelina lebih agresif."

Marcella tetap belum menemukan jawabannya.

"Begitu, jadi tentu Shelina bisa leluasa mendekati Ryan setelah Cyara meninggal." Komentarnya.

"Aku juga mencurigai Shelina, bisa saja ia meminta orang lain menghabisi Cyara, tetapi siapa hanya ada Ryan, Shelina dan keempat anggota geng elang yang pernah main ke rumah kami dan tau bahwa kamar Cyara sedikit sulit pintunya dibuka dan jendelanya juga susah dikunci.

"Apa Teguh, Kak Sammy, Citra dan Alex pernah main kesini?"

"Iya pernah sekitar dua kali, siapa itu Alex ia tak banyak bicara sama seperti Ryan. Aku malah pikir Alex kakaknya Ryan dan Citra, ternyata bukan."

"Apa mereka mirip?" Tanya Marcella, aneh sekali ia tak merasa keduanya mirip meski banyak yang sudah mengatakan itu.

"Jika kita perhatikan mata mereka mirip, nah mata kamu juga mirip Citra, aku kira tadi kamu Citra malah." Imbuh kakaknya Cyara.

"Aku juga baru tahu aku semirip itu dengan Kak Citra sebab aku jarang berbicara dengannya."

"Kami turut prihatin atas kepergian Sammy, berarti yang tersisa tinggal tiga orang. Kamu berhati-hatilah selalu."

"Nak jangan mudah percaya pada siapapun," tambah ibunya Cyara.

Marcella mengangguk.

Setelahnya ia pun permisi meski ia belum jua puas dengan apa yang ia dapat kali itu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!