Bab 4 - Jasad Wanita di Tengah Hujan

Seorang wanita yang baru saja turun dari bus segera berlari menyusuri jalanan untuk segera sampai di rumahnya. Payung bewarna hijau pun ia kembangkan karena volume hujan yang cukup lebat. Ia pun lantas berjalan seperti biasa sebab tak ada yang menjemputnya. Wanita itu hanya tinggal berdua bersama ibunya yang kini lumpuh. Karena hujan ia pun mempercepat langkahnya. Sementara hujan pun semakin deras turun malam itu. Ia mengecek jam di tangannya sudah pukul 10 malam. Di sebuah persimpangan yang sunyi perasaannya mendadak tak karuan. Ia semakin berlari dan mempercepat langkahnya, namun tiba-tiba disampingnya muncul seorang pria dengan mengenakan topeng dan topi menutupi wajahnya berlari bersamanya.

"Siapa kau?" seru wanita itu dengan terkejut. Ia mundur karena takut. Perasaannya tak enak saat melihat sosok itu. Ia tahu tentu sosok itu bukan datang membawa hal baik malah sebaliknya.

Sosok itu pun tertawa mendengar pertanyaannya. "Haha kau mau tahu?"

"Siapa kau?" tanya wanita itu lagi dengan gemetar, ia mengarahkan payungnya ke sosok itu.

"Kau tak perlu tahu aku siapa, tapi kau harus tau aku datang untuk menghabisimu."

"Apa?" Wanita itu semakin takut dan terkejut.

"Kau mau lari? Silakan, tapi aku tetap akan bisa mengejarmu. Haha." Suaranya menggelegar di tengah pekatnya malam.

Wanita itu berusaha lari dan menghindari pria itu namun pria itu meraih tas yang ia pakai.

"Aahh ...."

Ia pun terjatuh di aspal yang basah. Ia berusaha untuk berdiri namun kakinya terluka dan ia tak bisa berdiri.

Sosok itu tertawa kembali dan perlahan melangkah mendekatinya. Lantas dalam sekejab sosok itu telah mengeluarkan sebuah pisau belati dari balik punggungnya. Belati itu tampak begitu tajam dan sering diasah. Sosok itu manaruh belati itu ke pipi wanita itu.

"Kenapa kau tak bisa lari lagi?" Ia menjambak rambut itu. Dan menggesekkan pisau itu ke pipi mulus itu.

"Kau sangat cantik, pantas tua bangka itu menggilaimu."

"Apa maksudmu?"

"Apa menurutmu bangkai busuk bisa disimpan selamanya?"

"Aku tak tahu apa yang kau maksud?"

Sosok itu mengarahkan belati itu ke perut wanita itu.

Wanita itu pun menangis.

"Jangan bunuh saya, ampuni saya, saya masih punya ibu harus diurus," isak wanita itu mengiba. Sosok itu malah tertawa keras.

"Kau kira aku akan mengampunimu, haha, dasar wanita bodoh kau sudah berbuat banyak kesalahan dan aku datang untuk menebus dosamu. Bersiaplah kini waktunya kau mati." Dan pria itu menghujamkan pisau di perut wanita itu, hingga darah segar keluar dari mulutnya.

Lantas belum puas ia menggorok leher wanita itu. Sebelum pergi ia mengambil sebuah sepatu hak yang dikenakan orang itu.

Setelahnya ia berdiri menatap korbannya dengan perasaan puas.

"Tanyakan dosamu pada Tuhan di neraka haha." Ucapnya.

Lantas ia menghilang bersama pekatnya malam.

...*****...

Marcella yang mendapat telepon adanya pembunuhan segera bergegas ke lokasi. Tak lama berselang Alex dan kapten mereka tiba.

"Kenapa kamu lama?"

"Tadi aku ada urusan sebentar," jawab Alex dengan senyum kecil.

"Urusan? Kamu baru mandi?" Tanya Marcella.

Alex mengangguk, "Kekasihku penciumannya sangat tajam," goda Alex.

"Sudahlah ini bukan waktunya." Ia pun segera menyusul rekannya yang lain mendekati mayat yang baru ditemukan itu.

Mereka memeriksa setiap detail dan memotretnya. Marcella menemukan kejanggalan yaitu sepatu wanita itu telah hilang satu.

"Bagaimana kapten?"

"Tidak salah lagi, dari cara membunuhnya ini pasti ulah orang yang sama, setelah kasus putri keluarga Danubroto akhirnya ia beraksi kembali."

"Orang itu selalu mengambil satu barang korban, tetapi untuk apa? Dan mengapa semua korbannya masih muda dan kebanyakan wanita?" tanya Anto, rekan Marcella.

"Ia mungkin seorang psikopat yang sangat membenci wanita, tetapi siapa dia dan dimana dia kami belum tahu hingga kini " jawab Kapten Bagus.

"Ada sebutan untuk penyakit gila ini?" Tanya Marcella.

"Misogynist," sahut Alex.

"Misogynist, pembenci wanita. Tetapi mengapa ia pasti punya alasannya." Komentar Marcella.

"Tugas kita adalah menemukan pelaku secepat mungkin agar tak ada lagi korban yang jatuh."

"Baik Kapten," jawab Marcella, Alex dan lainnya kompak.

Setelahnya ambulan pun membawa jasad korban ke rumah sakit untuk diotopsi, Marcella dan Alex pun mendapat tugas memeriksa kesana dan mereka akhirnya singgah ke rumah sakit.

"Kematian karena sebuah tusukan belati di perut yang mengenai organ vital dan sayatan pada leher. Orang ini benar-benar terbiasa membunuh orang," ucap Dokter Hans yang memeriksa jasad korban.

"Dokter pernah melihat korban dengan kondisi seperti ini sebelumnya?" Marcella mencoba menggali informasi sebanyak mungkin.

"Saya jadi ingat kejadian yang sama, tepat dulu sekitaran 8/9 tahun lalu seorang anak SMA mati mengenaskan di kamarnya dengan luka sama persis seperti ini, dan sampai kini psikopat itu belum ditemukan," jawab Dokter Hans.

"Alex, apakah dia juga itu juga korbannya?"

Alex mengangguk, "Benar, dia korban ke tiga. Dari hasil investigasi benar da merupakan siswi sekolah elit disini kota ini," jawab Alex.

"Apa barangnya yang hilang?"

"Ibunya bilang waktu itu sebuah pena pemberian sahabat baiknya yang hilang, kamu akan terkejut bila tahu siapa sahabat baik korban itu."

"Siapa?"

"Ryan Marvelndo. Waktu itu mereka sekelas dan Ryan ada dikelas 2 SMA, sejak saat itu anak orang kaya itu menutup dirinya."

"Sungguh mencurigakan, untuk apa ia membunuh sahabatnya. Aku harus mencari tahu latar belakang identitas perempuan ini," ucap Marcella.

"Marcella ini bisa berbahaya," ucap Alex

Marcella hanya berucap "Kau tenang saja."

"Marcella ...." Panggil Alex, namun kekasihnya itu telah berlalu. Ia menatap dengan datar kearah mayat itu dan mendekatinya. Tak lama ia beranjak.

Sepanjang jalan Marcella mencoba mengambil garis lurus tentang pembunuhan berantai itu. 2 korban adalah orang yang kenal Ryan dengan baik, korban pertama sepasang suami istri, korban lain adalah kakaknya. Ia hanya ingin mencari korban lain sebelum kakaknya. Apakah berkaitan dengan Ryan juga dan korban terakhir ini apakah punya kaitan dengan Ryan.

Marcella mengecek identitas wanita yang menjadi korban dan melihat pengalaman kerjanya.

"Sekretaris Ryan? Tepat dugaanku. Aku harus segera mengintrogasi Ryan itu. Tetapi ia mungkin akan mengelak."

Marcella pun mendapatkan ide mencari tahu lebih banyak dengan mendatangi rumah nenek tempo hari.

Benar, nenek tentu tahu bagaimana pribadi Ryan itu. Pikirnya.

...*****...

Seorang pria berdiri memegangi sebuah sepatu dan kemudian menaruhnya di meja. Setelah menghabiskan kopinya ia pun membawa sepatu itu. Perlahan ia membuka sebuah pintu, didalamnya terdapat sebuah lemari dan ia menaruh sepatu itu disana. Tak lama ia memandangi semua barang yang dipajang disana satu per satu.

Lantas segera ia menutup ruang rahasia itu. Tak lama anak buahnya pun datang.

"Semuanya aman Tuan?" Ucap pria bertubuh besar itu.

Lantas Pria yang dipanggil Tuan Muda dan tak lain Ryan Marvelndo itu pun mengangguk.

"Kau boleh pergi," serunya.

Anak buahnya itu pun segera pergi. Ia kemudian mengambil sebuah foto di atas meja, ada ia kedua orang tuanya dan Citra kakaknya. Foto saat mereka berlibur bersama ke Bali saat masih kanak-kanak.

"Masa ini sudah sangat lama berlalu Citra," ucapnya pelan.

Kembali ia menaruh foto itu dan menikmati suasana malam yang diguyur hujan itu ditemani alunan musik klasik yang ia pasang sejak tadi.

Lantas ia pun memejamkan matanya.

Terpopuler

Comments

Budi Setiawan

Budi Setiawan

keren

2024-01-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!