Bab 2 - Rumah Mewah Sang Pemilik Perkebunan

Dengan mengendap-endap Marcella memperhatikan rumah besar bergaya semi klasik Eropa di depannya itu. Terdapat sebuah gerbang cukup tinggi yang menghalangi pandangannya. Perlahan ia melihat ke kanan dan ke kiri. Lantas saat sebuah mobil mendekat, ia pun bersembunyi di balik pohon pinus yang berjajar di sekitar rumah itu.

Setelah mobil itu masuk gadis yang amat menyukai kuda ini melompat ke atas tembok pagar, ia mencoba melihat seorang pria yang keluar dari dalam mobil itu, namun pandangannya terhalang seorang tukang kebun yang menyapa pria itu. Akhirnya Marcella menunggu hingga saat aman dan kemudian mendaratkan kakinya di perkarangan cukup luas itu.

Ada kebun bunga mawar merah di tanam dan dirawat dengan baik di tempat itu. Ia cukup terkesima meski ia mendengar yang punya rumah belum menikah.

"Mungkin ia suka mawar," gumam Marcella.

Ia bersembunyi di balik dinding rumah itu, mengendap seperti maling agar langkahnya tak diketahui siapapun. Sejak awal ia menaruh curiga dengan sang pemilik perkebunan itu, meski ia penasaran siapa ia sebenarnya dan gadis itu berharap bisa melihat sosoknya dari dekat.

Saat hendak memasuki perkarangan belakang Marcella dapat melihat pria itu berdiri menatap ke arah jendela, saat ia melihat ke arah perkarangan di bawah, dengan cepat Marcella bersembunyi. Jantungnya berdegup kencang.

Hampir saja aku ketahuan. Namun aku belum bisa melihatnya dari dekat. Pikirnya lagi.

Setelah merasa aman kembali ia berjalan menuju sisi lain rumah itu, tak jauh dari sana tampak sebuah gudang, saat hendak mendekati tempat itu terdengar langkah kaki, ia pun melompat ke atas pohon. Dari sana ternyata ia bisa melihat dengan jelas luar area rumah itu sebenarnya dan juga di ujung sana tampak danau yang diceritakan oleh penduduk tempo hari.

"Kamu sudah memeriksa kebun hari ini?" Ucap seorang pria berusia 40 tahunan kepada pria lainnya tepat di bawah pohon dimana Marcella berada.

"Aman Pak," jawabnya, lantas ia berbisik kepada atasannya itu.

"Kamu yakin?"

Orang tersebut mengangguk. "Ayo kita kesana,"sahut atasannya itu. Marcella sama sekali tak mendengar apa yang mereka bisikkan meski dalam keadaan berdua dan tak ada orang lain disana.

Dari jauh Marcella melihat pria yang ada di lantai atas dan ia yakini sebagai pemilik rumah mewah itu keluar dan berbicara dengan keduanya. Tetap saja Marcella tak berhasil mengenalinya, hanya yang ia tahu pria itu cukup tinggi dan tampan.

Setelah pria itu masuk Marcella memutuskan untuk keluar dari tempat itu. Ia menuju mobilnya yang ia sembunyikan cukup jauh agar tak ada yang melihatnya.

"Kamu siapa?" Tiba-tiba Marcella dikagetkan dengan kehadiran seorang nenek yang tak tahu darimana datangnya.

"Saya fotografer Nek, saya lihat kebun disini sangat indah," sahut Marcella.

"Ini sudah mau sore, segeralah pulang, tak baik perempuan sendirian di tempat sunyi," ucap nenek itu kemudian. Marcella dapat melihat nenek itu seakan memperingatkannya untuk berhati-hati di tempat itu.

Saat hendak menghidupkan mobilnya, mobil itu tak juga mau hidup. Nenek tadi tampak mengetuk jendela mobil Marcella.

"Iya Nek?"

"Mobilmu kenapa?"

"Sepertinya tak bisa hidup, mungkin habis bensin."

"Nanti saya suruh adik saya membelikannya, sekarang kamu ikut saya singgah di rumah saya."

Nenek itu menunjuk sebuah rumah diantara barisan kebun teh itu.

"Baik Nek."

Sepanjang jalan nenek itu hanya diam.

"Kamu dari mana?"

"Surabaya Nek," jawab Marcella.

"Pantas, kamu tampak berpendidikan."

Rumah itu cukup sederhana, saat tiba disana seorang pria sedang mengampak kayu di samping rumah.

"Din, kemarilah?"

Pria yang dipanggil tadi pun menghentikan pekerjaannya. Wajahnya cukup menyeramkan, ada tanda luka di keningnya. Dan ia memiliki tatapan yang akan membuat siapapun ketakutan, namun Marcella sama sekali tak merasa takut dan menatapnya balik.

"Tolong kamu belikan bensin dan bawa kesini, cepatlah sebelum malam tiba."

"Baik Mbakyu," jawabnya. Lantas ia segera menghidupkan motornya dan pergi.

"Kamu masuklah," tawar nenek tadi.

Di dalam rumah itu terasa hangat dan menenangkan.

"Kamu mau teh? Sebentar nenek buatkan," seru nenek itu dan menuju ke dapur.

Marcella memperhatikan sebuah foto yang dipajang di dinding rumah itu, ia mengenali wajah tua itu saat masih muda dulu. Ia menggendong seorang anak laki-laki, dan disampingnya berdiri sepasang suami istri dan anak perempuan yang lebih tua dari anak di gendongan tadi dan di sisi lain pria yang memiliki bekas luka tadi.

"Kamu lihat apa?"

"Anak di foto ini?"

"Duduklah," pinta nenek. Marcella pun duduk. Nenek menaruh teh di hadapannya dan mempersilakan Marcella.

"Apa itu anak majikan nenek?"

"Kamu gadis pintar," jawab nenek itu. "Itu tuan muda Ryan Marvelndo Danubroto," putra dari tuan Hardian Danubroto dan Nyonya Listya Marlvendo," sambung nenek.

"Jadi yang anak perempuan itu?"

Wajah nenek menjadi murung. "Itu anak tertua mereka, Nona muda Citra Marvelndo Danubroto."

Marcella mengangguk paham. Ia tak menyangka takdir membawanya kepada seseorang yang mengenal keluarga Danubroto dengan baik.

"Jadi yang memimpin perkebunan tuan muda Ryan?" Marcella kembali menanyakan kepada nenek itu. Nenek mengangguk.

Rasanya aku rasanya tak asing dengan nama itu. Batin Marcella.

"Tuan muda tidak suka tinggal dengan orang lain, meski terkadang ia memiliki tamu di rumah itu."

"Ia introvert?"

"Ia cukup tertutup."

Terpopuler

Comments

Budi Setiawan

Budi Setiawan

Nek Diyah mengejutkan 😂

2024-02-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!