CHAPTER 5– [ Cerita Takana ]

CKIIIT... BRUK!!

Dylan merasa tubuhnya terlempar ke udara. Terdengar suara beberapa orang yang teriak histeris dan suara benda jatuh yang sangat keras. Lebih tepatnya, itu suara benda yang menghantam sesuatu. Tubuh Dylan terdorong dengan cepat. Saat menyentuh aspal jalanan, seketika pandangannya menjadi gelap.

Namun ia masih bisa menggerakkan seluruh tubuhnya, tapi tidak sepenuhnya. Lalu ia merasa seperti ada yang mengangkat tubuhnya dan seketika rasa kehangatan mulai muncul. Dylan pun kembali membuka mata dan terkejut.

Sosok Takana berada di hadapannya.

Takana menatapnya dengan wajah yang penuh kekhwatiran. Dylan melihat mulutnya mengeluarkan sedikit darah dan kepalanya juga mulai mengalirkan darah merah itu.

Dengan bingung, Dylan menatap ke sekitar. Tak jauh dari tempatnya dan Takana saat ini, terlihat ada mobil truk yang sama sudah terguling di jalan. Lalu banyaknya orang yang berkerumun di sekeliling untuk melihat keadaannya.

Suara orang-orang itu berbisik, berteriak dan ada juga yang sedang menelpon seseorang. Dylan bisa mendengarnya.

“Mereka selamat! Tidak bisa dipercaya.”

“Cepat panggil ambulans!”

“Nak, kau baik-baik saja?”

Dylan tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Pikirannya seketika kosong. Lalu ia kembali menatap Takana. Ia masih berekspresi wajah yang sama dan matanya masih terpaku padanya. “Dylan, kau baik-baik saja, kan?” tanya Takana. Suaranya terdengar lirih dan lembut sekali.

“I–iya.”

“Kau yakin? Tidak ada yang terluka, kan?” tanyanya lagi.

Dylan hanya mengangguk.

Darah yang ada di kepala anak itu mulai menetes. Darah itu terjatuh di atas pipi dan almamater Dylan.

“Keadaanya sedang terluka parah, tapi dirinya hanya menanyakan tentang keadaanku? Apa dia gak memikirkan keadaan dirinya saat ini?” batinnya yang tiba-tiba merasa cemas dengan anak itu.

“Ini menakjubkan! Aku tidak pernah melihat hal seperti ini.”

Dylan kembali mendengar orang-orang yang ada di sekelilingnya mulai membicarakan sesuatu lagi.

“Aku juga. Truk itu melaju dengan sangat cepat dan mengenai mereka. Tapi mereka masih bisa selamat!”

“Ya. Pada awalnya, yang seharusnya tertabrak itu adalah si cowok itu. Tapi tiba-tiba saja perempuan itu datang dengan cepat dan langsung memeluk cowok itu.”

“Wow, kau sangat memperhatikan adegannya, ya?”

“Iya begitu. Ini keajaiban dari Tuhan yang masih membiarkan mereka hidup di dunia.”

Dylan yang heran pun kembali memikirkannya dalam hati. ”’Perempuan itu datang dan langsung memeluk cowok itu’? Apa yang dimaksud ‘cowok itu’ adalah aku, dan ‘perempuan itu’ adalah Takana. Apakah...

“Takana yang sudah menyelamatkanku?”

Takana menggerakkan tangannya. Dia membantu Dylan berdiri kembali setelah memastikan keadaannya.

“Aw!” Dylan mendadak mendesis setelah dibantu berdiri, ia tak bisa. Kakinya terkilir dan rasanya sakit sekali jika digerakkan.

“Ah, Dylan, maafkan aku!” Takana kembali menurunkan tubuhnya.

“Aw... Gapapa.”

Ambulans pun datang. Semua polisi mengevakuasi tempat kejadian. Secara perlahan, Dylan dibopong masuk ke dalam Ambulans bersama dengan Takana juga.

Bersama, mereka berdua menuju ke rumah sakit. Sepertinya, Takana lah yang mendapatkan luka terparah dibanting Dylan.

“Kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?” tanya seorang perawat yang ada di dalam Ambulans.

“Tidak apa-apa. Kakiku hanya terkilir sedikit.”

“Tidak boleh seperti itu. Terkilir juga berbahaya. Harus segera diobati. Dan lihatlah, kakimu juga berdarah. Kalau begitu, akan saya berikan obat.”

“Ah! Gak usah!” Dylan menolaknya. “Lebih baik, anda mengobati tem... eh, maksudku, anak itu saja!”

Perawat itu menengok ke arah Takana. Takana pun tersentak. Lalu tanpa berkata apa-apa, perawat itu membersihkan bekas darah yang ada di kepala Takana, lalu mengobati lukanya dan membalut kepala Takana dengan perban.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Chapter 5: [ Cerita Takana ]

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

“Hei, Dylan? Kau tidak apa-apa, kan?” tanya Takana. Nada bicaranya terdengar cemas.

“Kenapa kau terus bertanya seperti itu? Kenapa kau tidak mengkhawatirkan keadaanmu saja.”

“Hmm..., Watashi wa anata no hogo Yujin desu!”

"Huh, lagi-lagi kata-kata itu." Dylan lupa ingin mencari terjemahan dari kata-kata yang selalu diucapkan Takana. Pokoknya malam ini, ia tidak boleh lupa untuk mencari arti dari kata-kata itu.

Dylan dan Takana sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah mendapatkan pengobatan. Benar-benar hari yang sangat mengejutkan dan membingungkan. Mereka sudah tertabrak mobil truk besar yang melaju sangat cepat, tapi masih bisa selamat.

“Dylan, apa kita tidak ke sekolah?” tanya Takana mengejutkan Dylan. Anak itu terlalu dekat menatap wajahnya. Dylan pun langsung mundur dan mendorong kepala Takana.

“Jauhkan wajahmu dariku!” Dylan melirik ke arah arlojinya. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 9. “Huh, mau sekolah? Pergi saja sana sendiri. Aku mau pulang!”

Sepertinya setelah mengetahui dirinya terlambat, Dylan jadi mengurungkan niatnya untuk ke sekolah.

“Tapi Dylan, bolos sekolah itu tidak baik, lho!” Takana kembali mengejarnya.

Dylan semakin geram. Tapi ia akan berusaha untuk bersabar. Ia pun kembali berbalik badan dan menghadap ke Takana.

“Ta–ka–na, dengar ya? Ini sudah jam 9. Sedangkan, masuk sekolah itu jam 7. Kita sudah terlambat. Percuma saja kita ke sekolah saat ini. Sekarang, jangan ganggu aku. Aku ingin pulang!” katanya dengan ujung nada bicara yang sedikit membentak.

“Ah, baiklah aku ikut!”

“Lagi-lagi, aku harus membawa nih cewek ini ke rumahku.” Keluh Dylan dalam hati. Kalau seandainya ia bisa, sekarang juga mungkin ia akan menyingkirkan Takana untuk tidak dekat dengannya lagi. Tapi ia sadar kalau tindakan itu terlalu kriminal.

TRING!

Dylan merasakan getaran di dalam saku celana. Ia merogoh ke dalamnya, ternyata ponselnya yang bergetar. Bukan karena ada telpon masuk, tapi ada kiriman pesan dari Bu Aprilia yang merupakan wali kelas Dylan.

[ Dylan, tadi kamu kenapa tidak masuk sekolah? Ibu sangat mengkhawatirkanmu. ]

“Hm? Sudah lama banget dia gak mengirim pesan padaku.” Gumamnya sambil mengetik beberapa huruf di layar ponsel untuk membalas.

[ Memangnya kenapa, Bu? ]

TRING!

[ Tidak apa-apa. Ibu sedikit terkejut saja. Baru kali ini kamu dapat alpha di absen mu. ]

Dylan tidak menjawab Bu April. Ia pun kembali berjalan menuju ke rumah. Tapi tiba-tiba saja, ponselnya kembali berbunyi. Itu Bu April lagi yang mengirim pesan.

[ Oh iya, Ibu ingin memberitahumu satu hal lagi. Tadi saat kamu tidak masuk, di kelas ada pengumuman. Tanggal 21 Agustus akan diadakan Study tour. Ibu harap, kamu bisa ikut! ]

Dylan tidak suka berpergian jauh. Apalagi bersama dengan teman-teman kelas yang menyebalkan. Tadinya ia memutuskan untuk tidak ikut. Tapi sepertinya Bu April sangat mengharapkannya untuk ikut bersama.

“Huh, apa boleh buat ....”

[ Ok, akan saya usahakan. ]

TRING!

[ Syukurlah. Terima kasih. ]

Dylan tidak membalasnya lagi. Lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana. Setelah itu, ia kembali berjalan. Takana tetap mengikutinya dari belakang.

...****************...

Saat sampai di rumah–

Mereka langsung menuju ke ruang tamu. Meletakan tas ke sofa, lalu berjalan ke dapur. Dylan duduk di atas kursi dan Takana dia duduk di bawah. Lelaki itu menengok ke arahnya dan bertanya, “Kenapa kau tidak duduk di atas kursi di sana?”

Takana menggeleng. “Tidak. Karena aku sudah terbiasa. Aku lebih suka duduk di lantai.”

Karena merasa tidak sopan kalau Dylan sendiri yang duduk di atas, ia pun langsung turun dan duduk di lantai seperti Takana. Hanya saja, ia duduk lebih jauh 2 meter saja darinya.

“Dylan, kenapa jauh-jauh?” tanya Takana.

“Suka-suka aku, lah,” Dylan sengaja mengajak Takana ke dapur karena, ada satu hal yang ingin ia tanyakan padanya. Sekalian ngemil makanan yang diambil dari dalam kulkas. Tapi sepertinya, ruangan itu terlalu gelap dan hawanya agak sedikit engap. Kalau begitu, Dylan akan memindahkan pembicaraannya ke tempat yang lebih baik.

“Takana, ikut aku!”

“Ok!”

Dylan mengajak Takana ke luar teras halaman belakang. Di tempat itu, angin dari luar berhembus. Menambah kesegaran dan ketenangan. Ditambah beberapa tanaman milik Ibunya yang tertata rapih di halaman. Tanaman itu mengeluarkan oksigen yang baik untuk tubuh.

Setelah lama terdiam, Dylan akhirnya membuka mulut. “Huh, ok, sekarang duduk di sini.”

“Eh, aku boleh duduk di sampingmu?”

“Agak jauh sedikit!”

Takana pun duduk di sampingnya. Dylan masih merasa risih dengannya. Lalu ia pun meminta Takana untuk bergeser lebih jauh lagi dan lagi, dan lagi. Hanya berjarak 1 setengah meter saja.

“Dylan, suaraku kedengaran tidak?” teriak Takana.

“Ugh, gak usah teriak-teriak woy! Kau gak jauh-jauh banget!” bentak Dylan. Anak itu dianggap menyebalkan untuknya. Tapi Dylan berusaha untuk bersabar dalam menghadapinya. “Jadi, Takana? Aku ingin bertanya satu hal padamu.”

“Apa?”

“Kenapa kau bisa terlibat dalam kecelakaan tadi? Padahal seharusnya aku yang tertabrak mobil itu.”

“Hmm ...” Takana memandang langit sambil berpikir. Lalu tak lama kemudian, ia kembali menatap Dylan dengan tersenyum. “Watashi wa anata no hogo Yujin desu!”

Dylan mulai geram. “Jawab yang benar, Takanaaaa!”

“WATASHI WA ANATA NO HOGO YUJIN DESU!”

“YANG BENAR!”

“WATASHI WA ANATA NO HOGO YUJIN DESU!”

“AYOLAH!"

“WATASHI WA ANATA NO HOGO YUJIN DESU!”

“JANGAN BERCANDA WOY!”

“WATASHI WA ANATA NO HOGO YUJIN DESU!”

“JANGAN BERISIK WOY! ANAK SAYA LAGI TIDUR! JANGAN BERISIK!”

Mereka berdua pun tersentak dan seketika langsung diam begitu seorang tetangga rumahnya meneriaki mereka yang berisik. Dylan menatap dingin pada Takana dan Takana menatap polos dengan mata biru besarnya ke arahnya.

“Watashi wa anata no hogo Yujin desu.” bisik Takana.

“Sudahlah, diam!”

"Hehe~"

“Dylan berisik, berisik. Dylan berisik, Kwak!”

Sepertinya saat ini, Coki lah yang mulai mengoceh tidak jelas. Takana menengok ke arah kandang burung kakaktua-nya yang sangkarnya digantungkan di depan pintu. Gadis itu menatap Coki, lalu melompat-lompat sambil tertawa.

“Burung! Burung! Aku suka. Akan aku beri nama Kiki!”

“Hey, namanya Coki, tahu!” bentak Dylan.

“Coki? Huu ... jelek! Hmm... bagaimana kalau Neko saja. Karena agar sama seperti yang ada di bajuku. ‘Nyan Neko’.”

“Apa? Neko itu cocoknya ke kucing!”

“Ya sudah kalau begitu, nanti kapan-kapan, aku akan mengubah gambar Neko di bajuku menjadi gambar burung kakak tua agar bisa sama seperti Neko si burung!”

“Astaga ....”

...****************...

Malam harinya–

Mereka berdua sedang berada di dalam kamar. Dylan sedang menonton Anime di komputer. Sedangkan Takana sedang bermain dengan mainan-mainan milik Dylan sambil duduk diam di atas kasur kecilnya. Lalu Takana berdiri dan berjalan mendekati Dylan.

“Dylan, Kenapa kau sangat menyukai Anime?” tanya Takana.

“Ya ... karena seru.”

“Seru saja, begitu?”

“Asik.”

“Itu saja?”

“Tidak membosankan, menghibur, dapat menghabiskan waktu yang tidak penting.”

Takana mengangguk. Lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur tidurnya. Kepalanya berada di atas bantal. Memandang langit-langit kamar dan berkata, “Jadi hanya itu alasanmu? Bukankah karena kamu merasa kesepian, Dylan?”

Dylan terkejut. Ia jeda sebentar video Anime yang ditonton, lalu berbalik badan menghadap ke Takana. “Apa maksudmu?”

Takana kembali bangun. “Kau menonton Anime karena kamu merasa kesepian, kan? Sampai-sampai, kau anggap Anime itu adalah penghiburmu, komik adalah teman terbaikmu dan mainan ini adalah orang yang kau sayangi.”

Dylan tidak menjawab. Takana ternyata sudah mengetahui perasaannya. Ia tidak bisa menahannya. Apakah Dylan harus menjawab “iya” atau “tidak”?

Semenjak Dylan bertemu dengan anak itu, rumahnya jadi terasa lebih terisi dan ia pun mendapat orang yang bisa diajak bicara, seperti Takana.

“Kau sangat kesepian. Tidak punya teman dan semua keluargamu pergi meninggalkan dirimu. Terkadang, aku merasa iri denganmu.”

Dylan tersentak. “Eh, kenapa?”

“Kau masih ada orang yang berada di dekatmu. Punya tetangga, orang lain yang masih peduli denganmu, dan ... aku tahu. Saat kau masih kecil, Dylan pasti sangat bahagia, kan? Walaupun orang tuamu sudah pergi meninggalkanmu, tapi setidaknya, kau masih memiliki kakak yang masih sayang padamu. Walau kau pikir, kakakmu tidak peduli padamu. Tapi setidaknya, kau masih memiliki keluarga yang tersisa.”

“Eh, tunggu dulu! Aku gak–“

“Sedangkan aku? Aku tidak memiliki keluarga. Aku bahkan tidak tahu siapa keluargaku yang sebenarnya. Karena sejak kecil, aku selalu sendirian. Dari bayi, aku sudah dibuang oleh kedua orang tuaku. Lalu seseorang menemukanku dan aku pun dirawat di panti asuhan sampai umur 5 tahun. Saat itulah, masa-masa hidupku yang menyedihkan dimulai.

“Anak-anak yang ada di panti asuhan mulai menindas dan menghinaku. Hingga akhirnya, aku mulai tidak betah berada di tempat itu. Jadi, aku pun secara diam-diam, pergi dari tempat panti asuhan itu. Hanya dengan berbekal baju dan beberapa uang tabunganku yang tidak banyak.

“Untungnya, dengan uang itu, aku bisa bertahan hidup sampai sekarang. Aku juga selalu sendirian. Tidak ada tempat tinggal dan menjadi anak yang terlantar di jalanan. Sangat menyedihkan.”

Dylan terus menyimak. Mendengarkan cerita Takana itu. Baginya cerita itu sangat menyedihkan. Tapi kenapa saat Dylan perhatikan ekspresi Takana, ia terlihat biasa saja. Bercerita dengan mulut yang sedikit tersenyum.

“Saat aku berumur 11 tahun, aku pun akhirnya punya niat untuk pergi ke tempat lain. Umur itu, aku sudah mulai mencari pekerjaan. Dan beruntungnya aku, akhirnya dapat pekerjaan yang hebat, walaupun penghasilannya sedikit. Tapi setidaknya, aku bisa menabung untuk pergi ke luar negeri dengan tujuan ingin mencari seorang teman sejati yang akan melawan kesepianku.” Takana melanjutkan ceritanya.

“Jadi, semua usahanya itu hanya untuk mendapatkan seorang teman yang baik untuknya?” batin Dylan.

Dylan jadi merasa tidak enak pada dirinya. Seharusnya ia jadi lebih bersyukur dengan kehidupannya. Ia masih dikasih rumah bagus untuk tetap hidup, kelebihan yang banyak, dan sebagian orang juga mulai memperhatikannya. Sepertinya, hidup Takana memang sangat memprihatikan. “Tapi tetap saja, aku tidak ingin menjadi temannya setelah apa yang ia lakukan padaku.

“Tapi ... aku ingin membantu kehidupan dan tujuannya, agar semua usahanya itu tidak sia-sia. Kalau begitu, aku akan mencarikan teman untuknya.”

“Takana, aku akan mencarikan teman untukmu!” tegas Dylan.

Takana menggeleng pelan. Ia menolaknya. “Tidak. Aku tidak ingin orang lain. Aku hanya ingin kamu, Dylan. Karena bagiku, kaulah teman terbaik untukku.”

Dylan mendesah berat. Ia tidak bisa menjadi temannya Takana. Karena ia merasa tidak layak. Dia adalah anak laki-laki yang tidak cocok untuk dipertahankan bagi Takana. Sifat dan kelakuannya tidak akan memberikan kepuasan untuknya. Ia juga tidak akan bisa membahagiakan orang lain.

“Eh, tapi ngomong-ngomong, kenapa aku bicara seperti ini? Untuk apa juga aku membahagiakan cewek aneh sepertinya?”

Setelah kata-katanya tadi, Takana kembali terdiam. Tanpa berkata apa-apa, Dylan pun kembali berbalik badan, lalu menekan tombol play untuk kembali memutar video Anime itu lagi.

Sementara di belakang, Dylan bisa melihat pantulan cermin kecil yang terletak di samping komputernya. Di sana, ia bisa melihat Takana seperti sedang memikirkan sesuatu. “Ah, tapi apa untungnya buatku jika aku mengetahui isi pikirannya?”

Seketika hening. Dylan yang memakai headset hanya mendengar suara dari komputernya yang sedang menayangkan Anime saja. Takana pun kembali memainkan mainan-mainan Dylan.

Lalu tiba-tiba saja, Takana menyentakkan matanya dan secepatnya menengok ke samping kirinya. Ia menatap pintu kamar.

“Dia sudah datang.”

*

*

*

To be Continued–

Terpopuler

Comments

Filanina

Filanina

Dilan kok ga berterima kasih?

2024-03-05

2

sang misterius

sang misterius

Poor Takana /Scowl/

2024-03-05

1

anonim

anonim

wkwkw gambar akhirannya kocak

2024-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1– [ Seseorang ]
2 CHAPTER 2– [ Takana Utsuki ]
3 CHAPTER 3– [ Pulang Sekolah ]
4 CHAPTER 4– [ Takana di Rumah Dylan ]
5 CHAPTER 5– [ Cerita Takana ]
6 CHAPTER 6– [ Pacar?! ]
7 CHAPTER 7– [ Serangan Oni ]
8 CHAPTER 8– [ Pemikiran Dylan ]
9 CHAPTER 9– [ Firasat Buruk ]
10 CHAPTER 10– [ Janji Kei ]
11 CHAPTER 11– [ Takana yang Sebenarnya ]
12 CHAPTER 12– [ Bahaya yang Mengintai ]
13 CHAPTER 13– [ Aichii ]
14 CHAPTER 14– [ Jalan Keluar ]
15 CHAPTER 15– [ Pulang ]
16 CHAPTER 16– [ Tanaka Utsuki ]
17 CHAPTER 17– [ Aichii Takana ]
18 CHAPTER 18– [ Aichii Takana, part 2 ]
19 CHAPTER 19– [ Study Tour ]
20 CHAPTER 20– [ Study Tour, part 2 ]
21 CHAPTER 21– [ Study Tour, part 3 ]
22 CHAPTER 22– [ Seseorang yang Kuat ]
23 CHAPTER 23– [ Serpihan Kenangan ]
24 CHAPTER 24– [ Sekumpulan Oni ]
25 CHAPTER 25– [ Takana VS Aprilia-Sensei ]
26 CHAPTER 26– Takana VS Aprilia-Sensei, part 2 ]
27 CHAPTER 27– [ Telur Oni ]
28 CHAPTER 28– [ Perasaan Dylan ]
29 CHAPTER 29– [ Senyuman dan Masa Lalu ]
30 CHAPTER 30– [ Sakit ]
31 CHAPTER 31– [ Cerita Fely ]
32 CHAPTER 32– [ Oni di Kamar ]
33 CHAPTER 33– [ Pink ]
34 CHAPTER 34– [ Kucing Hitam ]
35 CHAPTER 35– [ Kucing Hitam, part 2 ]
36 CHAPTER 36– [ Takana dan Tanaka ]
37 CHAPTER 37– [ Pacar Kei ]
38 CHAPTER 38– [ Pasangan Untuk Fely ]
39 CHAPTER 39– [ Teman Masa Kecil ]
40 CHAPTER 40– [ Dua Saudara yang Dapat Diandalkan ]
41 CHAPTER 41– [ Maaf ]
42 CHAPTER 42– [ Elthan Syahputra ]
43 CHAPTER 43– [ Elthan Syahputra, part 2 ]
44 CHAPTER 44– [ Elthan Syahputra, part 3 ]
45 CHAPTER 45– [ Fely dan Elthan ]
46 CHAPTER 46– [ Toko Buku ]
47 CHAPTER 47– [ Jarum Mematikan ]
48 CHAPTER 48– [ Siapakah Onirida itu? ]
49 CHAPTER 49– [ Sel Siluman ]
50 CHAPTER 50– [ Menghilang ]
51 CHAPTER 51– [ Kembali ke Sekolah ]
52 CHAPTER 52– [ Pertarungan Irvan ]
53 CHAPTER 53– [ Element ]
54 CHAPTER 54– [ Pertempuran Dimulai ]
55 CHAPTER 55– [ Oni di Sekolah ]
56 CHAPTER 56– [ Lawan yang Kuat ]
57 CHAPTER 57– [ Lucid & Lucia ]
58 CHAPTER 58– [ Teman-teman Baru ]
59 CHAPTER 59– [ Teman-teman Baru, part 2 ]
60 CHAPTER 60– [ Teknik Penggabungan ]
61 CHAPTER 61– [ Oni di Kota ]
62 CHAPTER 62– [ Oni di Kota, part 2 ]
63 CHAPTER 63– [ Gadis yang Sendirian ]
64 CHAPTER 64– [ Setelah Insiden Sore Hari ]
65 CHAPTER 65– [ Asuka & Elthan ]
66 CHAPTER 66– [ Pagi Hari ]
67 CHAPTER 67– [ Supermarket ]
68 CHAPTER 68– [ Supermarket, part 2 ]
69 CHAPTER 69– [ Jebakan ]
70 CHAPTER 70– [ Misi Penyelamatan ]
71 CHAPTER 71– [ Musuh Baru ]
72 CHAPTER 72– [ Shikoo ]
73 CHAPTER 73– [ Kabur dari Bahaya ]
74 CHAPTER 74 – [ Anak Kambing ]
75 CHAPTER 75– [ Perbekalan ]
76 CHAPTER 76– [ Veron & Dhoni ]
77 CHAPTER 77– [ Kelinci ]
78 CHAPTER 78– [ Kelinci, part 2 ]
79 CHAPTER 79– [ Ingatan ]
80 CHAPTER 80– [ Kucing Berapi ]
81 CHAPTER 81– [ Kemampuan Spesial ]
82 CHAPTER 82– [ Kemampuan Spesial, part 2 ]
83 CHAPTER 83– [ Kemampuan Spesial, part 3 ]
84 CHAPTER 84– [ Orang Tersayang ]
85 CHAPTER 85– [ Benua ]
86 CHAPTER 86– [ Tak Terkendali ]
87 CHAPTER 87– [ Sebenarnya .... ]
88 CHAPTER 88– [ Roh ]
89 CHAPTER 89– [ Serangan Mendadak ]
90 CHAPTER 90– [ Rekaman ]
91 CHAPTER 91– [ Kembali ke Rumah ]
92 CHAPTER 92– [ Kembali ke Rumah, pt 2 ]
93 CHAPTER 93– [ Dylan & Dhira ]
94 CHAPTER 94– [ Kubus Kenangan ]
95 CHAPTER 95– [ Tujuan ]
96 CHAPTER 96– [ The Eye ]
97 CHAPTER 97– [ Meninggalkan Kekacauan ]
98 CHAPTER 98– [ Kengerian yang Membingungkan ]
99 CHAPTER 99– [ Bukan Manusia ]
100 CHAPTER 100– [ Kebebasan ]
101 CHAPTER 101– [ Para Mentor ]
102 CHAPTER 102– [ Teringat Kembali ]
103 CHAPTER 103– [ Janji ]
104 CHAPTER 104– [ Nyawa Cadangan ]
105 CHAPTER 105– [ Latihan Pertama ]
106 CHAPTER 106– [ Wanita Misterius ] +18!!
107 CHAPTER 107– [ Laboratorium ]
108 CHAPTER 108– [ Perkenalan ]
109 CHAPTER 109– [ Perkenalan, Pt 2 ]
110 CHAPTER 110– [ Ruang Guru ]
111 CHAPTER 111– [ Petak Umpet ]
112 CHAPTER 112– [ Petak Umpet, pt 2 ]
113 CHAPTER 113– [ Dylan VS Alena ]
114 CHAPTER 114– [ Fisik Baru ]
115 CHAPTER 115– [ Pesta Malam ]
116 CHAPTER 116– [ Edvance City ]
117 CHAPTER 117– [ Domain Predator ]
118 CHAPTER 118– [ Domain Predator, Pt 2 ]
119 CHAPTER 119– [ End City ]
120 CHAPTER 120– [ Kelas ]
121 CHAPTER 121– [ Manusia Tanpa Hati ]
122 CHAPTER 122– [ Liver ]
123 CHAPTER 123– [ Wyrm ]
124 CHAPTER 124– [ Kenangan dalam Mimpi ]
125 CHAPTER 125– [ Interogasi ]
126 CHAPTER 126– [ Virtual Reality ]
127 CHAPTER 127– [ Awal Tugas ]
128 CHAPTER 128– [ Menuju Human World ]
129 CHAPTER 129– [ 3 Kakak Perempuan ]
130 CHAPTER 130– [ Arzachel ]
131 CHAPTER 131– [ Markas Nanteroshi ]
132 CHAPTER 132– [ Kei Sebastian ]
133 CHAPTER 133– [ Ledakan ]
134 CHAPTER 134– [ Kembali ]
135 CHAPTER 135– [ Dylan dan Fely ]
136 CHAPTER 136– [ Wyrm itu lagi .... ]
137 CHAPTER 137– [ Evelyn Areesha ]
138 CHAPTER 138– [ Evelyn Areesha, pt 2 ]
139 CHAPTER 139– [ Evelyn Areesha, pt 3 ]
140 CHAPTER 140– [ Rencana ]
141 CHAPTER 141– [ Penyusup ]
142 CHAPTER 142– [ Vann Hezkiel ]
143 CHAPTER 143– [ Vann Hezkiel, pt 2 ]
144 CHAPTER 144– [ Vann Hezkiel, pt 3 ]
145 CHAPTER 145– [ Bukti ]
Episodes

Updated 145 Episodes

1
CHAPTER 1– [ Seseorang ]
2
CHAPTER 2– [ Takana Utsuki ]
3
CHAPTER 3– [ Pulang Sekolah ]
4
CHAPTER 4– [ Takana di Rumah Dylan ]
5
CHAPTER 5– [ Cerita Takana ]
6
CHAPTER 6– [ Pacar?! ]
7
CHAPTER 7– [ Serangan Oni ]
8
CHAPTER 8– [ Pemikiran Dylan ]
9
CHAPTER 9– [ Firasat Buruk ]
10
CHAPTER 10– [ Janji Kei ]
11
CHAPTER 11– [ Takana yang Sebenarnya ]
12
CHAPTER 12– [ Bahaya yang Mengintai ]
13
CHAPTER 13– [ Aichii ]
14
CHAPTER 14– [ Jalan Keluar ]
15
CHAPTER 15– [ Pulang ]
16
CHAPTER 16– [ Tanaka Utsuki ]
17
CHAPTER 17– [ Aichii Takana ]
18
CHAPTER 18– [ Aichii Takana, part 2 ]
19
CHAPTER 19– [ Study Tour ]
20
CHAPTER 20– [ Study Tour, part 2 ]
21
CHAPTER 21– [ Study Tour, part 3 ]
22
CHAPTER 22– [ Seseorang yang Kuat ]
23
CHAPTER 23– [ Serpihan Kenangan ]
24
CHAPTER 24– [ Sekumpulan Oni ]
25
CHAPTER 25– [ Takana VS Aprilia-Sensei ]
26
CHAPTER 26– Takana VS Aprilia-Sensei, part 2 ]
27
CHAPTER 27– [ Telur Oni ]
28
CHAPTER 28– [ Perasaan Dylan ]
29
CHAPTER 29– [ Senyuman dan Masa Lalu ]
30
CHAPTER 30– [ Sakit ]
31
CHAPTER 31– [ Cerita Fely ]
32
CHAPTER 32– [ Oni di Kamar ]
33
CHAPTER 33– [ Pink ]
34
CHAPTER 34– [ Kucing Hitam ]
35
CHAPTER 35– [ Kucing Hitam, part 2 ]
36
CHAPTER 36– [ Takana dan Tanaka ]
37
CHAPTER 37– [ Pacar Kei ]
38
CHAPTER 38– [ Pasangan Untuk Fely ]
39
CHAPTER 39– [ Teman Masa Kecil ]
40
CHAPTER 40– [ Dua Saudara yang Dapat Diandalkan ]
41
CHAPTER 41– [ Maaf ]
42
CHAPTER 42– [ Elthan Syahputra ]
43
CHAPTER 43– [ Elthan Syahputra, part 2 ]
44
CHAPTER 44– [ Elthan Syahputra, part 3 ]
45
CHAPTER 45– [ Fely dan Elthan ]
46
CHAPTER 46– [ Toko Buku ]
47
CHAPTER 47– [ Jarum Mematikan ]
48
CHAPTER 48– [ Siapakah Onirida itu? ]
49
CHAPTER 49– [ Sel Siluman ]
50
CHAPTER 50– [ Menghilang ]
51
CHAPTER 51– [ Kembali ke Sekolah ]
52
CHAPTER 52– [ Pertarungan Irvan ]
53
CHAPTER 53– [ Element ]
54
CHAPTER 54– [ Pertempuran Dimulai ]
55
CHAPTER 55– [ Oni di Sekolah ]
56
CHAPTER 56– [ Lawan yang Kuat ]
57
CHAPTER 57– [ Lucid & Lucia ]
58
CHAPTER 58– [ Teman-teman Baru ]
59
CHAPTER 59– [ Teman-teman Baru, part 2 ]
60
CHAPTER 60– [ Teknik Penggabungan ]
61
CHAPTER 61– [ Oni di Kota ]
62
CHAPTER 62– [ Oni di Kota, part 2 ]
63
CHAPTER 63– [ Gadis yang Sendirian ]
64
CHAPTER 64– [ Setelah Insiden Sore Hari ]
65
CHAPTER 65– [ Asuka & Elthan ]
66
CHAPTER 66– [ Pagi Hari ]
67
CHAPTER 67– [ Supermarket ]
68
CHAPTER 68– [ Supermarket, part 2 ]
69
CHAPTER 69– [ Jebakan ]
70
CHAPTER 70– [ Misi Penyelamatan ]
71
CHAPTER 71– [ Musuh Baru ]
72
CHAPTER 72– [ Shikoo ]
73
CHAPTER 73– [ Kabur dari Bahaya ]
74
CHAPTER 74 – [ Anak Kambing ]
75
CHAPTER 75– [ Perbekalan ]
76
CHAPTER 76– [ Veron & Dhoni ]
77
CHAPTER 77– [ Kelinci ]
78
CHAPTER 78– [ Kelinci, part 2 ]
79
CHAPTER 79– [ Ingatan ]
80
CHAPTER 80– [ Kucing Berapi ]
81
CHAPTER 81– [ Kemampuan Spesial ]
82
CHAPTER 82– [ Kemampuan Spesial, part 2 ]
83
CHAPTER 83– [ Kemampuan Spesial, part 3 ]
84
CHAPTER 84– [ Orang Tersayang ]
85
CHAPTER 85– [ Benua ]
86
CHAPTER 86– [ Tak Terkendali ]
87
CHAPTER 87– [ Sebenarnya .... ]
88
CHAPTER 88– [ Roh ]
89
CHAPTER 89– [ Serangan Mendadak ]
90
CHAPTER 90– [ Rekaman ]
91
CHAPTER 91– [ Kembali ke Rumah ]
92
CHAPTER 92– [ Kembali ke Rumah, pt 2 ]
93
CHAPTER 93– [ Dylan & Dhira ]
94
CHAPTER 94– [ Kubus Kenangan ]
95
CHAPTER 95– [ Tujuan ]
96
CHAPTER 96– [ The Eye ]
97
CHAPTER 97– [ Meninggalkan Kekacauan ]
98
CHAPTER 98– [ Kengerian yang Membingungkan ]
99
CHAPTER 99– [ Bukan Manusia ]
100
CHAPTER 100– [ Kebebasan ]
101
CHAPTER 101– [ Para Mentor ]
102
CHAPTER 102– [ Teringat Kembali ]
103
CHAPTER 103– [ Janji ]
104
CHAPTER 104– [ Nyawa Cadangan ]
105
CHAPTER 105– [ Latihan Pertama ]
106
CHAPTER 106– [ Wanita Misterius ] +18!!
107
CHAPTER 107– [ Laboratorium ]
108
CHAPTER 108– [ Perkenalan ]
109
CHAPTER 109– [ Perkenalan, Pt 2 ]
110
CHAPTER 110– [ Ruang Guru ]
111
CHAPTER 111– [ Petak Umpet ]
112
CHAPTER 112– [ Petak Umpet, pt 2 ]
113
CHAPTER 113– [ Dylan VS Alena ]
114
CHAPTER 114– [ Fisik Baru ]
115
CHAPTER 115– [ Pesta Malam ]
116
CHAPTER 116– [ Edvance City ]
117
CHAPTER 117– [ Domain Predator ]
118
CHAPTER 118– [ Domain Predator, Pt 2 ]
119
CHAPTER 119– [ End City ]
120
CHAPTER 120– [ Kelas ]
121
CHAPTER 121– [ Manusia Tanpa Hati ]
122
CHAPTER 122– [ Liver ]
123
CHAPTER 123– [ Wyrm ]
124
CHAPTER 124– [ Kenangan dalam Mimpi ]
125
CHAPTER 125– [ Interogasi ]
126
CHAPTER 126– [ Virtual Reality ]
127
CHAPTER 127– [ Awal Tugas ]
128
CHAPTER 128– [ Menuju Human World ]
129
CHAPTER 129– [ 3 Kakak Perempuan ]
130
CHAPTER 130– [ Arzachel ]
131
CHAPTER 131– [ Markas Nanteroshi ]
132
CHAPTER 132– [ Kei Sebastian ]
133
CHAPTER 133– [ Ledakan ]
134
CHAPTER 134– [ Kembali ]
135
CHAPTER 135– [ Dylan dan Fely ]
136
CHAPTER 136– [ Wyrm itu lagi .... ]
137
CHAPTER 137– [ Evelyn Areesha ]
138
CHAPTER 138– [ Evelyn Areesha, pt 2 ]
139
CHAPTER 139– [ Evelyn Areesha, pt 3 ]
140
CHAPTER 140– [ Rencana ]
141
CHAPTER 141– [ Penyusup ]
142
CHAPTER 142– [ Vann Hezkiel ]
143
CHAPTER 143– [ Vann Hezkiel, pt 2 ]
144
CHAPTER 144– [ Vann Hezkiel, pt 3 ]
145
CHAPTER 145– [ Bukti ]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!