CHAPTER 4– [ Takana di Rumah Dylan ]

Akhirnya Dylan sampai di rumah. Ia menutup pintu, lalu berdiri di belakangnya. Bersandar di pintu, menghembuskan nafas panjang sambil memerosotkan tubuhnya ke bawah. Hari ini sangat melelahkan. Ia membuka sepatu, lalu berjalan memasuki kamar.

Rumah masih terlihat seperti tadi pagi. Tidak ada barang yang berpindah tempat. Karena rumah itu benar-benar sepi dan tak berpenghuni selama Dylan pergi. Burung kakaktua miliknya juga sepertinya tidak berbunyi. Tumben sekali. Tidak seperti biasanya.

Dylan menaruh tasnya di atas tempat tidur, lalu membanting tubuhnya di sana.

GUBRAK!

Dylan terkejut dan kembali bangun. Setelah merebahkan tubuhnya, tiba-tiba saja terdengar suara benda jatuh. Tidak mungkin setelah ia tiduran, seketika rumah itu mengeluarkan suara yang keras.

Dylan pun keluar kamar. Mengintip sejenak ke luar. Tidak ada siapapun. Lalu ia keluar dari kamar dan berjalan perlahan untuk memeriksa rumahnya dan mencari benda apa yang terjatuh barusan.

"Oh?"

Dylan menemukan sesuatu. Ternyata hanya sebuah barang koleksi milik kakaknya yang terjatuh. Sebuah boneka kayu. Memang agak menyeramkan rupanya. Tapi apa boleh buat, begitulah kakaknya.

Dia suka dengan hal-hal yang berbau misterius, mistis dan menyeramkan. Sehingga kamarnya pun dihiasi sesuatu yang menyeramkan dan satu lemari kaca penuh dengan boneka yang bentuknya seperti itulah. Intinya seram. Makanya Dylan jarang memasuki kamar kakaknya.

Bagaimana kalau ada hal-hal ghaib yang keluar dari benda-benda mistis itu? Tenang saja. Dylan sudah terbiasa. Tapi tetap saja, lelaki itu tidak percaya dengan hantu atau hal-hal mistis lainnya yang disukai kakaknya.

Dylan mengembalikan letak boneka kayu itu ke tempatnya kembali. Lalu setelah itu, Ia akan kembali ke kamar. Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba saja, boneka itu kembali terjatuh dari tempatnya.

Lagi-lagi seperti itu.

"Ah, Sudahlah," Dylan membiarkannya saja. Hal seperti itu memang sudah biasa. Nanti juga naik lagi ke tempatnya sendiri. Makhluk-makhluk yang tidak bisa Dylan lihat itu hanya berusaha untuk menakutinya. Tapi mereka tidak berhasil, karena Dylan sendiri sudah terbiasa dengan kehadiran mereka.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Chapter 4: [ Takana di Rumah Dylan ]

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Dylan kembali ke kamarnya. Ia sudah mengunci seluruh pintu dan jendela rumah. Setelah masuk ke kamarnya, ia juga mengunci pintu kamar. Setelah itu, Dylan duduk di depan komputer. Seperti biasa, ia akan melakukan hobinya.

...****************...

Malam harinya–

Pukul 23:00. Hampir tengah malam. Dylan masih saja menatapi layar komputernya. Ia ingin menyelesaikan episode terakhir Anime itu dahulu sebelum tidur.

Tak lama setelah jam 11 malam, film itu akhirnya berhasil ditamatkan. Ia mulai mengantuk sekarang. Dylan mematikan Komputernya, lalu membanting tubuh ke atas kasur.

Tidur dengan posisi terlentang itu sudah biasa dilakukan. Tapi Dylan tidak akan bisa tidur tanpa guling biru miliknya. Guling itu tepat berada di sampingnya. Dylan pun berbalik ke samping kanan sambil menutup mata. Ia pikir sudah memeluk guling miliknya. Tapi ternyata ia menyadari sesuatu.

"Sejak kapan guling ini ... berbentuk." Dylan bisa merasakan tangan dan postur kepala manusia. Ia mulai merinding. Di pikirannya, yang terbayang itu adalah pocong. Lalu dengan perlahan, ia membuka mata dan terkejut. Dugaan mengerikannya salah.

Ternyata yang ia peluk itu bukanlah hantu atau makhluk lainnya. Melainkan, sesuatu yang dia peluk itu adalah tubuh si Takana Utsuki.

"....?!"

Tak bisa mengeluarkan kata-kata. Sangking terkejutnya, Dylan sampai mundur ke belakang secara berlebihan dan terjatuh dari tempat tidur.

Dylan Kembali bangkit secara perlahan. Mengucek-ucek matanya, lalu kembali melihat ke arah tempat tidur. Ternyata yang ada di atas tempat tidurnya itu memang benar si Takana.

"Lucu, ya ... Dylan kalau sedang tidur itu lucu sekali!" ujar Takana kegirangan.

"A–apa yang kau lakukan di kamarku?!" bentak Dylan yang masih terkejut.

"Hanya berkunjung. Ternyata rumahmu bagus juga, ya? Saya menyukainya!"

Dylan pun mulai geram dengan Takana. Ia memaksanya untuk turun dari tempat tidurnya, lalu menarik jaket yang dikenakan anak itu dan memaksanya untuk berjalan sampai ke depan pintu keluar.

"Sekarang juga, kau pergilah dari rumahku!" Dylan mendorongnya keluar rumah. Takana berdiri di depan teras. "Aku gak tau kau masuk dari mana. Tapi apa yang ingin kau lakukan sampai segitunya?!"

"Tapi aku ingin berkunjung!"

"Ini rumahku, bukan tempat untuk berwisata. Jadi kau gak usah repot-repot untuk datang ke rumahku, ya? Pergi sana! Sudah malam! Nanti takut orang tuamu akan mencari mu. Pergi sana!" bentak Dylan mengusirnya pergi menjauhi rumahnya.

"Eh, tapi ... aku tidak punya tempat tinggal dan keluarga," ujar Takana.

"Eh? Bukankah kau dari Jepang? Apa kau tidak punya keluarga di sana?" tanya Dylan.

"Tidak. Aku selalu sendirian. Di Jepang, aku adalah anak yang terlantar. Maka dari itu, aku ingin mengunjungi negara ini untuk mencari teman baru." Jelas Takana.

Dylan melihat mata birunya yang besar itu mulai berkaca-kaca dan mengeluarkan air mata. Air mata itu semakin deras. Tetesan air mata itu melewati pipi Takana yang mulus itu. Ia pun mengelap air matanya dan sebelah tangannya menutupi mata kanannya.

"Aku selalu sendirian. Aku kesepian di luar. Tidak ada yang mau bermain denganku," Takana mengeluarkan buku terjemahannya. "Aku datang ke Indonesia hanya untuk mencari teman baru. Aku selalu giat mempelajari bahasa ini agar bisa bergaul dengan sesama orang Indonesia." Lanjutnya dengan suara yang terisak-isak.

Alasannya memang terdengar tak masuk akal, tapi cerita anak itu telah membuat Dylan merasa sedikit kasihan. Terasa sakit saat merasakan penderitaan Takana. Kisah hidupnya sama sepertinya. Ia pun ikut prihatin. Lalu Dylan kembali membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Takana mendongak dan kembali membuka matanya.

"Hah, untuk kali ini saja, aku akan membiarkanmu untuk menginap di rumahku." Kata Dylan pelan, lalu membuang muka.

Mata Takana tersentak. "Benarkah?" tanyanya dengan ragu.

Dylan mengangguk iya. Takana merasa sangat senang. Dia masuk ke dalam rumah Dylan dengan senangnya. Lelaki itu pun melirik sekitar, lalu kembali menutup pintu.

"Semoga saja tidak ada orang lain yang melihatku telah membawa masuk seorang gadis ke rumahku di tengah malam seperti ini."

****

Dylan dan Takana kembali memasuki kamar.

"Dylan? Apa kau tidak memiliki Futon?" tanya Takana.

"Hmm ... bagaimana, ya? Aku tidak memiliki Futon. Tapi kau bisa menggunakan kasur kecil milikku yang lainnya." Jawab Dylan sambil menggaruk kepala.

"Kasur yang mirip seperti Futon?"

"Yaa ... seperti itulah. Tapi hanya saja, tidak ada selimutnya. Kau bisa menggunakan selimut milikku."

Dylan menarik kasur kecil yang ia bilang itu dari bawah tempat tidurnya. Kemudian ia membuka lemari pakaian dan mengambil sebuah selimut tebal dari dalamnya. Ia berikan selimut itu untuk Takana. Setelah itu, Dylan kembali ke atas tempat tidurnya.

"Selamat malam! Dylan!"

"Hm ...."

Ia tidur membelakangi posisi Takana. Di kepalanya ia masih memikirkan sesuatu dan sebenarnya ia sendiri juga takut dengan anak itu. Karena kejadian tadi sore. Tapi tak lama, lelaki itu akhirnya tertidur.

Dylan mulai terlelap pada pukul 12 malam. Tapi tidurnya tidak tenang, ia selalu terbangun beberapa menit sekali. Entah kenapa, seperti ada yang mengganggu tidurnya.

Ia tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Suara gaduh terus bermunculan di pikiran dan mimpinya. Entah itu nyata atau tidak. Dylan hanya ingin mengistirahatkan otaknya saja untuk malam ini, tapi terasa sulit.

****

Keesokan harinya–

KRIING... KRIING....

BUK!

"Aduh!"

Sesuatu telah menimpa kepala Dylan. Itu ternyata jam alarm miliknya yang terjatuh di atas kepalanya.

Jam yang ia buat sendiri. Khusus untuk membangunkannya. Ia letakan di atas papan kayu tipis yang ditempelkan di dinding tepat di atas kepala. Jika jam itu berbunyi, maka jam itu akan menghasilkan getaran yang keras. Getaran itu bisa membuat jamnya bergerak tanpa arah dan akhirnya terjatuh dari atas papan.

Namun tidak selalu berhasil. Terkadang, jam itu juga tidak bisa terjatuh. Terkadang juga, jatuhnya tidak mengenainya. Dylan akan memperbaikinya lain waktu. Karena kebiasaan buruknya yang telat tidur, ia jadi tak bisa dibangunkan hanya dengan bunyi dari jam tersebut.

Perlahan Ia bangun dan membuka mata. Mengecap pelan sambil meraba-raba kasurnya. Dylan mencari guling miliknya. Biasanya kalau tidur, ia tidak pernah melepaskan guling tersebut. Tapi sekarang ia melihat guling itu sudah ada di depan pintu kamarnya.

Dylan pun turun dari tempat tidurnya untuk mengambil guling itu. Saat ia melirik ke lantai, ia baru nyadar kalau sebenarnya, dari tadi Takana sudah tidak ada di kamarnya.

"Ke mana dia?

Apa dia sudah pulang? Tapi dia kan tidak punya rumah dan kunci pintunya juga masih ada di atas meja kamarnya."

Dylan celingak-celinguk mencari anak berambut putih itu. Ia melihat kasur dan selimutnya sudah dirapihkan.

Dylan merasa aneh pagi ini. Ia melihat, kamarnya sangat rapih. Tidak berantakan seperti semalam. Gelas yang ada di dekat komputer itu tidak ada. Figure Anime-nya terlihat tersusun rapih. Komik-komiknya sudah tidak berdebu lagi. Ada yang telah membersihkan kamar dalam waktu satu malam.

"Tapi siapa? Apa Takana? Tapi untuk apa dia mau membersihkan kamarku? Kerajinan amat! Lagipula, sekarang baru jam setengah 6 pagi. Apa dia membersihkannya tadi malam? Dia tidak tidur?"

...****************...

Dylan keluar dari kamar. Ruangan yang lain masih terlihat sama seperti kemarin. Kecuali boneka kayu yang menyeramkan itu. Terakhir kali ia melihatnya, boneka itu terjatuh ke lantai dan sekarang sudah kembali ke tempatnya semula.

"Tapi kenapa hanya kamarku saja yang terlihat rapih dan bersih?"

Dylan mengambil handuk dan berjalan ke arah kamar mandi. Tapi saat ia membuka pintu kamar mandinya, ia sangat terkejut. Karena di dalam kamar mandi itu ada Takana yang sedang mandi di dalamnya.

Secepatnya Dylan langsung menutup pintu kamar mandi itu kembali. Berusaha untuk bernafas secara normal.

"Sungguh! Aku tidak tahu Takana ada di dalam sana. Kenapa gak dikunci, sih?!" Batinnya yang masih terkejut. Untung saja gadis itu sedang menghadap ke belakang dan mata Dylan baru saja melihat kepalanya. "Melirik sedikit saja, mataku pasti akan ternodai!"

"Dylan kenapa? Kenapa? Dylan kenapa?"

Itu suara burung kakaktua-nya lagi. Dia terus mengoceh. Mengucapkan kalimat yang sama setiap menitnya. Dylan tidak akan tahan mendengarnya.

Lalu tak lama, suara kenop pintu yang berputar. Kenop pintu kamar mandi. Pintu itu terbuka. Dylan langsung membelakangi kamar mandi dan Takana pun keluar dari dalamnya. Tubuhnya dibungkus dengan handuk putih. Dia melirik ke arah Dylan.

"Dylan, sudah bangun?"

Suara Takana mengejutkannya. Dylan menjawabnya dengan mengangguk saja. "Kau duluan saja ke kamarku. Pakailah baju yang benar. Aku ... ingin mandi sebentar!"

Tanpa melihat ke Takana, Dylan berjalan membelakanginya pergi memasuki kamar mandi. Takana hanya menatapnya dengan ekspresi bingung khas dirinya itu. Lalu setelah itu, ia pun berjalan ke dalam kamar.

****

"Haaah, enak banget, gila."

Dylan mengelap rambut dengan handuk sambil berjalan ke arah kamar. Ia akan membuka pintunya.

"Aku paham."

Namun sebelum itu, tak sengaja ia mendengar suara Takana yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam kamarnya. "Siapa yang ada di dalam kamarku ini? Siapa yang bersama Takana di sana?"

Dylan akan menguping. Tapi sayangnya ia tidak sepenuhnya mengerti dengan apa yang mereka bicarakan dari sana. Selain suaranya yang tak jelas, mereka pastinya menggunakan bahasa asing.

Kalau begitu, Dylan akan memeriksanya langsung. Perlahan ia membuka pintu. Mengintip ke dalam. Ternyata di sana tidak ada orang lain selain Takana.

"Eh?" Dylan menelengkan kepala. Ternyata di atas kasur, Takana sedang berbincang dengan beberapa figure yang dipegangnya. Setelah Dylan membuka pintu itu, Takana pun menoleh ke arahnya.

"Ah, Dylan, kau sudah selesai mandinya?" tanya Takana.

"Iya. Eh, apa yang kau lakukan pada mainanku?" tanya Dylan balik.

"Aku sedang bermain dengannya. Agar bisa terlihat hidup, kau harus mengajaknya berbincang. Iya kan Kura?"

"Eh, Kura?"

"Itu nama yang kuberikan untuknya." Jawab Takana.

"Mainan itu tidak bisa diajak bicara!" Dylan pun kembali merebut figure miliknya dari tangan Takana. Anak itu kembali diam. Tapi dia menatap Dylan sambil tersenyum. Senyum yang disengaja.

"Ada apa dengannya?"

Dari pertama kali Dylan bertemu dengannya, ia sudah menganggap kalau Takana itu anak yang aneh dan harus ia jauhi. Tapi apa boleh buat, terpaksa Dylan harus membiarkan Takana untuk tinggal di rumahnya.

Dylan harap, kakaknya tidak cepat pulang. Kalau tidak, dia pasti akan salah sangka padanya.

****

Tap... tap... tap....

"Haha ... senang rasanya bisa berjalan berdua dengan Dylan. Kita seperti teman dekat saja, ya?" ujar Takana dengan tertawa gembiranya.

"Sudah kubilang, kau bukan temanku! Aku membiarkanmu tinggal di rumahku karena aku hanya sedikit. SEDIKIT! Merasa kasihan denganmu." Balas Dylan dengan nada kesal.

"Yaa ... tapi siapa tahu saja, kau bisa berteman denganku di lain waktu, hehe~" Takana tertawa kecil.

"Bahasa Indonesia-nya semakin lancar. Apa Takana banyak belajar demi bisa berteman dan banyak berbincang baik denganku? Ah! Aku jangan ke-ge'eran dulu. Dia tidak mungkin mau denganku, dan aku sendiri juga tidak mau berteman dengannya."

Mereka kembali terdiam. Tapi langkahnya masih tetap berjalan menyusuri jalan lurus di depan. Mereka akan menuju ke perempatan di sana. Di pinggir trotoar dekat dengan perempatan itu, Dylan akan menunggu di depan halte bus untuk mendapatkan kendaraan menuju ke sekolah.

Dekat lagi mereka sampai di perempatan itu. Halte bus-nya juga sudah terlihat. Berada di sebrang jalan sana. Mereka juga harus melewati Zebra cross untuk sampai ke Halte itu.

"Hah?!"

Dylan terkejut. Takana tiba-tiba saja berhenti, lalu dia menatapnya. Ia menengok ke Takana. Seketika perasaannya mulai tidak enak. Lagi-lagi ekspresi itu. Ekspresi Takana yang terlihat tegang dan ketakutan saat melihatnya. Sepertinya dia mulai akan melakukan itu lagi pada Dylan.

"Aku harus kabur."

Takana masih menatap Dylan seperti itu. Dia melangkah maju mendekatinya. Dylan pun mundur ke belakang untuk menjauh darinya.

"Oni...."

Ia mulai bergumam dengan kata yang sama. Yaitu, "Oni".

"Oni! Oni...."

Suaranya semakin keras. Sepertinya Dylan harus lari sekarang. Tanpa menunggu lagi, ia pun langsung berlari ke arah perempatan itu.

"Oni! ONI!!"

Takana mulai berteriak. Dia mengejar Dylan. Dylan terus berlari secepat yang ia bisa. Ternyata gadis itu berlari lebih cepat daripadanya. Dylan sangat ketakutan. Nafasnya mulai terengah-engah dan langkah kakinya mulai melemah. "Capek banget. Aku ... gak kuat berlari lagi."

Dylan akhirnya berlari sampai ke perempatan itu. Tanpa melihat kanan kiri, ia pun langsung menyebrang di atas Zebra cross itu. Tapi tiba-tiba saja, orang yang ada di sebrang sana berteriak "Jangan" dan "Awas!" padanya. Dylan tidak mengerti. Langkahnya berhenti di tengah jalan. Lalu ia mendengar suara kendaraan lain.

Suara sebuah klakson mobil truk.

Dylan pun menengok ke arah kiri dan benar saja, sebuah truk besar sudah berada di hadapannya. Sepertinya Dylan sudah tidak bisa untuk menghindar. Truk itu melaju ke arahnya dan semakin dekat.

CKIIIT ... BRUAK!

*

*

*

To be Continued-

Terpopuler

Comments

Darien gap

Darien gap

flower send

2024-04-30

1

Darien gap

Darien gap

kurang kerjaan/Facepalm/

2024-04-30

1

Darien gap

Darien gap

apa itu futon?

2024-04-30

1

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1– [ Seseorang ]
2 CHAPTER 2– [ Takana Utsuki ]
3 CHAPTER 3– [ Pulang Sekolah ]
4 CHAPTER 4– [ Takana di Rumah Dylan ]
5 CHAPTER 5– [ Cerita Takana ]
6 CHAPTER 6– [ Pacar?! ]
7 CHAPTER 7– [ Serangan Oni ]
8 CHAPTER 8– [ Pemikiran Dylan ]
9 CHAPTER 9– [ Firasat Buruk ]
10 CHAPTER 10– [ Janji Kei ]
11 CHAPTER 11– [ Takana yang Sebenarnya ]
12 CHAPTER 12– [ Bahaya yang Mengintai ]
13 CHAPTER 13– [ Aichii ]
14 CHAPTER 14– [ Jalan Keluar ]
15 CHAPTER 15– [ Pulang ]
16 CHAPTER 16– [ Tanaka Utsuki ]
17 CHAPTER 17– [ Aichii Takana ]
18 CHAPTER 18– [ Aichii Takana, part 2 ]
19 CHAPTER 19– [ Study Tour ]
20 CHAPTER 20– [ Study Tour, part 2 ]
21 CHAPTER 21– [ Study Tour, part 3 ]
22 CHAPTER 22– [ Seseorang yang Kuat ]
23 CHAPTER 23– [ Serpihan Kenangan ]
24 CHAPTER 24– [ Sekumpulan Oni ]
25 CHAPTER 25– [ Takana VS Aprilia-Sensei ]
26 CHAPTER 26– Takana VS Aprilia-Sensei, part 2 ]
27 CHAPTER 27– [ Telur Oni ]
28 CHAPTER 28– [ Perasaan Dylan ]
29 CHAPTER 29– [ Senyuman dan Masa Lalu ]
30 CHAPTER 30– [ Sakit ]
31 CHAPTER 31– [ Cerita Fely ]
32 CHAPTER 32– [ Oni di Kamar ]
33 CHAPTER 33– [ Pink ]
34 CHAPTER 34– [ Kucing Hitam ]
35 CHAPTER 35– [ Kucing Hitam, part 2 ]
36 CHAPTER 36– [ Takana dan Tanaka ]
37 CHAPTER 37– [ Pacar Kei ]
38 CHAPTER 38– [ Pasangan Untuk Fely ]
39 CHAPTER 39– [ Teman Masa Kecil ]
40 CHAPTER 40– [ Dua Saudara yang Dapat Diandalkan ]
41 CHAPTER 41– [ Maaf ]
42 CHAPTER 42– [ Elthan Syahputra ]
43 CHAPTER 43– [ Elthan Syahputra, part 2 ]
44 CHAPTER 44– [ Elthan Syahputra, part 3 ]
45 CHAPTER 45– [ Fely dan Elthan ]
46 CHAPTER 46– [ Toko Buku ]
47 CHAPTER 47– [ Jarum Mematikan ]
48 CHAPTER 48– [ Siapakah Onirida itu? ]
49 CHAPTER 49– [ Sel Siluman ]
50 CHAPTER 50– [ Menghilang ]
51 CHAPTER 51– [ Kembali ke Sekolah ]
52 CHAPTER 52– [ Pertarungan Irvan ]
53 CHAPTER 53– [ Element ]
54 CHAPTER 54– [ Pertempuran Dimulai ]
55 CHAPTER 55– [ Oni di Sekolah ]
56 CHAPTER 56– [ Lawan yang Kuat ]
57 CHAPTER 57– [ Lucid & Lucia ]
58 CHAPTER 58– [ Teman-teman Baru ]
59 CHAPTER 59– [ Teman-teman Baru, part 2 ]
60 CHAPTER 60– [ Teknik Penggabungan ]
61 CHAPTER 61– [ Oni di Kota ]
62 CHAPTER 62– [ Oni di Kota, part 2 ]
63 CHAPTER 63– [ Gadis yang Sendirian ]
64 CHAPTER 64– [ Setelah Insiden Sore Hari ]
65 CHAPTER 65– [ Asuka & Elthan ]
66 CHAPTER 66– [ Pagi Hari ]
67 CHAPTER 67– [ Supermarket ]
68 CHAPTER 68– [ Supermarket, part 2 ]
69 CHAPTER 69– [ Jebakan ]
70 CHAPTER 70– [ Misi Penyelamatan ]
71 CHAPTER 71– [ Musuh Baru ]
72 CHAPTER 72– [ Shikoo ]
73 CHAPTER 73– [ Kabur dari Bahaya ]
74 CHAPTER 74 – [ Anak Kambing ]
75 CHAPTER 75– [ Perbekalan ]
76 CHAPTER 76– [ Veron & Dhoni ]
77 CHAPTER 77– [ Kelinci ]
78 CHAPTER 78– [ Kelinci, part 2 ]
79 CHAPTER 79– [ Ingatan ]
80 CHAPTER 80– [ Kucing Berapi ]
81 CHAPTER 81– [ Kemampuan Spesial ]
82 CHAPTER 82– [ Kemampuan Spesial, part 2 ]
83 CHAPTER 83– [ Kemampuan Spesial, part 3 ]
84 CHAPTER 84– [ Orang Tersayang ]
85 CHAPTER 85– [ Benua ]
86 CHAPTER 86– [ Tak Terkendali ]
87 CHAPTER 87– [ Sebenarnya .... ]
88 CHAPTER 88– [ Roh ]
89 CHAPTER 89– [ Serangan Mendadak ]
90 CHAPTER 90– [ Rekaman ]
91 CHAPTER 91– [ Kembali ke Rumah ]
92 CHAPTER 92– [ Kembali ke Rumah, pt 2 ]
93 CHAPTER 93– [ Dylan & Dhira ]
94 CHAPTER 94– [ Kubus Kenangan ]
95 CHAPTER 95– [ Tujuan ]
96 CHAPTER 96– [ The Eye ]
97 CHAPTER 97– [ Meninggalkan Kekacauan ]
98 CHAPTER 98– [ Kengerian yang Membingungkan ]
99 CHAPTER 99– [ Bukan Manusia ]
100 CHAPTER 100– [ Kebebasan ]
101 CHAPTER 101– [ Para Mentor ]
102 CHAPTER 102– [ Teringat Kembali ]
103 CHAPTER 103– [ Janji ]
104 CHAPTER 104– [ Nyawa Cadangan ]
105 CHAPTER 105– [ Latihan Pertama ]
106 CHAPTER 106– [ Wanita Misterius ] +18!!
107 CHAPTER 107– [ Laboratorium ]
108 CHAPTER 108– [ Perkenalan ]
109 CHAPTER 109– [ Perkenalan, Pt 2 ]
110 CHAPTER 110– [ Ruang Guru ]
111 CHAPTER 111– [ Petak Umpet ]
112 CHAPTER 112– [ Petak Umpet, pt 2 ]
113 CHAPTER 113– [ Dylan VS Alena ]
114 CHAPTER 114– [ Fisik Baru ]
115 CHAPTER 115– [ Pesta Malam ]
116 CHAPTER 116– [ Edvance City ]
117 CHAPTER 117– [ Domain Predator ]
118 CHAPTER 118– [ Domain Predator, Pt 2 ]
119 CHAPTER 119– [ End City ]
120 CHAPTER 120– [ Kelas ]
121 CHAPTER 121– [ Manusia Tanpa Hati ]
122 CHAPTER 122– [ Liver ]
123 CHAPTER 123– [ Wyrm ]
124 CHAPTER 124– [ Kenangan dalam Mimpi ]
125 CHAPTER 125– [ Interogasi ]
126 CHAPTER 126– [ Virtual Reality ]
127 CHAPTER 127– [ Awal Tugas ]
128 CHAPTER 128– [ Menuju Human World ]
129 CHAPTER 129– [ 3 Kakak Perempuan ]
130 CHAPTER 130– [ Arzachel ]
131 CHAPTER 131– [ Markas Nanteroshi ]
132 CHAPTER 132– [ Kei Sebastian ]
133 CHAPTER 133– [ Ledakan ]
134 CHAPTER 134– [ Kembali ]
135 CHAPTER 135– [ Dylan dan Fely ]
136 CHAPTER 136– [ Wyrm itu lagi .... ]
137 CHAPTER 137– [ Evelyn Areesha ]
138 CHAPTER 138– [ Evelyn Areesha, pt 2 ]
139 CHAPTER 139– [ Evelyn Areesha, pt 3 ]
140 CHAPTER 140– [ Rencana ]
141 CHAPTER 141– [ Penyusup ]
142 CHAPTER 142– [ Vann Hezkiel ]
143 CHAPTER 143– [ Vann Hezkiel, pt 2 ]
144 CHAPTER 144– [ Vann Hezkiel, pt 3 ]
145 CHAPTER 145– [ Bukti ]
146 CHAPTER 146– [ Tempat Apa Ini? ]
147 CHAPTER 147– [ Desoulfort ]
148 CHAPTER 148– [ Vann & Liam ]
149 CHAPTER 149– [ Li & Yurebi ]
150 CHAPTER 150– [ Yurebi & Takana ]
Episodes

Updated 150 Episodes

1
CHAPTER 1– [ Seseorang ]
2
CHAPTER 2– [ Takana Utsuki ]
3
CHAPTER 3– [ Pulang Sekolah ]
4
CHAPTER 4– [ Takana di Rumah Dylan ]
5
CHAPTER 5– [ Cerita Takana ]
6
CHAPTER 6– [ Pacar?! ]
7
CHAPTER 7– [ Serangan Oni ]
8
CHAPTER 8– [ Pemikiran Dylan ]
9
CHAPTER 9– [ Firasat Buruk ]
10
CHAPTER 10– [ Janji Kei ]
11
CHAPTER 11– [ Takana yang Sebenarnya ]
12
CHAPTER 12– [ Bahaya yang Mengintai ]
13
CHAPTER 13– [ Aichii ]
14
CHAPTER 14– [ Jalan Keluar ]
15
CHAPTER 15– [ Pulang ]
16
CHAPTER 16– [ Tanaka Utsuki ]
17
CHAPTER 17– [ Aichii Takana ]
18
CHAPTER 18– [ Aichii Takana, part 2 ]
19
CHAPTER 19– [ Study Tour ]
20
CHAPTER 20– [ Study Tour, part 2 ]
21
CHAPTER 21– [ Study Tour, part 3 ]
22
CHAPTER 22– [ Seseorang yang Kuat ]
23
CHAPTER 23– [ Serpihan Kenangan ]
24
CHAPTER 24– [ Sekumpulan Oni ]
25
CHAPTER 25– [ Takana VS Aprilia-Sensei ]
26
CHAPTER 26– Takana VS Aprilia-Sensei, part 2 ]
27
CHAPTER 27– [ Telur Oni ]
28
CHAPTER 28– [ Perasaan Dylan ]
29
CHAPTER 29– [ Senyuman dan Masa Lalu ]
30
CHAPTER 30– [ Sakit ]
31
CHAPTER 31– [ Cerita Fely ]
32
CHAPTER 32– [ Oni di Kamar ]
33
CHAPTER 33– [ Pink ]
34
CHAPTER 34– [ Kucing Hitam ]
35
CHAPTER 35– [ Kucing Hitam, part 2 ]
36
CHAPTER 36– [ Takana dan Tanaka ]
37
CHAPTER 37– [ Pacar Kei ]
38
CHAPTER 38– [ Pasangan Untuk Fely ]
39
CHAPTER 39– [ Teman Masa Kecil ]
40
CHAPTER 40– [ Dua Saudara yang Dapat Diandalkan ]
41
CHAPTER 41– [ Maaf ]
42
CHAPTER 42– [ Elthan Syahputra ]
43
CHAPTER 43– [ Elthan Syahputra, part 2 ]
44
CHAPTER 44– [ Elthan Syahputra, part 3 ]
45
CHAPTER 45– [ Fely dan Elthan ]
46
CHAPTER 46– [ Toko Buku ]
47
CHAPTER 47– [ Jarum Mematikan ]
48
CHAPTER 48– [ Siapakah Onirida itu? ]
49
CHAPTER 49– [ Sel Siluman ]
50
CHAPTER 50– [ Menghilang ]
51
CHAPTER 51– [ Kembali ke Sekolah ]
52
CHAPTER 52– [ Pertarungan Irvan ]
53
CHAPTER 53– [ Element ]
54
CHAPTER 54– [ Pertempuran Dimulai ]
55
CHAPTER 55– [ Oni di Sekolah ]
56
CHAPTER 56– [ Lawan yang Kuat ]
57
CHAPTER 57– [ Lucid & Lucia ]
58
CHAPTER 58– [ Teman-teman Baru ]
59
CHAPTER 59– [ Teman-teman Baru, part 2 ]
60
CHAPTER 60– [ Teknik Penggabungan ]
61
CHAPTER 61– [ Oni di Kota ]
62
CHAPTER 62– [ Oni di Kota, part 2 ]
63
CHAPTER 63– [ Gadis yang Sendirian ]
64
CHAPTER 64– [ Setelah Insiden Sore Hari ]
65
CHAPTER 65– [ Asuka & Elthan ]
66
CHAPTER 66– [ Pagi Hari ]
67
CHAPTER 67– [ Supermarket ]
68
CHAPTER 68– [ Supermarket, part 2 ]
69
CHAPTER 69– [ Jebakan ]
70
CHAPTER 70– [ Misi Penyelamatan ]
71
CHAPTER 71– [ Musuh Baru ]
72
CHAPTER 72– [ Shikoo ]
73
CHAPTER 73– [ Kabur dari Bahaya ]
74
CHAPTER 74 – [ Anak Kambing ]
75
CHAPTER 75– [ Perbekalan ]
76
CHAPTER 76– [ Veron & Dhoni ]
77
CHAPTER 77– [ Kelinci ]
78
CHAPTER 78– [ Kelinci, part 2 ]
79
CHAPTER 79– [ Ingatan ]
80
CHAPTER 80– [ Kucing Berapi ]
81
CHAPTER 81– [ Kemampuan Spesial ]
82
CHAPTER 82– [ Kemampuan Spesial, part 2 ]
83
CHAPTER 83– [ Kemampuan Spesial, part 3 ]
84
CHAPTER 84– [ Orang Tersayang ]
85
CHAPTER 85– [ Benua ]
86
CHAPTER 86– [ Tak Terkendali ]
87
CHAPTER 87– [ Sebenarnya .... ]
88
CHAPTER 88– [ Roh ]
89
CHAPTER 89– [ Serangan Mendadak ]
90
CHAPTER 90– [ Rekaman ]
91
CHAPTER 91– [ Kembali ke Rumah ]
92
CHAPTER 92– [ Kembali ke Rumah, pt 2 ]
93
CHAPTER 93– [ Dylan & Dhira ]
94
CHAPTER 94– [ Kubus Kenangan ]
95
CHAPTER 95– [ Tujuan ]
96
CHAPTER 96– [ The Eye ]
97
CHAPTER 97– [ Meninggalkan Kekacauan ]
98
CHAPTER 98– [ Kengerian yang Membingungkan ]
99
CHAPTER 99– [ Bukan Manusia ]
100
CHAPTER 100– [ Kebebasan ]
101
CHAPTER 101– [ Para Mentor ]
102
CHAPTER 102– [ Teringat Kembali ]
103
CHAPTER 103– [ Janji ]
104
CHAPTER 104– [ Nyawa Cadangan ]
105
CHAPTER 105– [ Latihan Pertama ]
106
CHAPTER 106– [ Wanita Misterius ] +18!!
107
CHAPTER 107– [ Laboratorium ]
108
CHAPTER 108– [ Perkenalan ]
109
CHAPTER 109– [ Perkenalan, Pt 2 ]
110
CHAPTER 110– [ Ruang Guru ]
111
CHAPTER 111– [ Petak Umpet ]
112
CHAPTER 112– [ Petak Umpet, pt 2 ]
113
CHAPTER 113– [ Dylan VS Alena ]
114
CHAPTER 114– [ Fisik Baru ]
115
CHAPTER 115– [ Pesta Malam ]
116
CHAPTER 116– [ Edvance City ]
117
CHAPTER 117– [ Domain Predator ]
118
CHAPTER 118– [ Domain Predator, Pt 2 ]
119
CHAPTER 119– [ End City ]
120
CHAPTER 120– [ Kelas ]
121
CHAPTER 121– [ Manusia Tanpa Hati ]
122
CHAPTER 122– [ Liver ]
123
CHAPTER 123– [ Wyrm ]
124
CHAPTER 124– [ Kenangan dalam Mimpi ]
125
CHAPTER 125– [ Interogasi ]
126
CHAPTER 126– [ Virtual Reality ]
127
CHAPTER 127– [ Awal Tugas ]
128
CHAPTER 128– [ Menuju Human World ]
129
CHAPTER 129– [ 3 Kakak Perempuan ]
130
CHAPTER 130– [ Arzachel ]
131
CHAPTER 131– [ Markas Nanteroshi ]
132
CHAPTER 132– [ Kei Sebastian ]
133
CHAPTER 133– [ Ledakan ]
134
CHAPTER 134– [ Kembali ]
135
CHAPTER 135– [ Dylan dan Fely ]
136
CHAPTER 136– [ Wyrm itu lagi .... ]
137
CHAPTER 137– [ Evelyn Areesha ]
138
CHAPTER 138– [ Evelyn Areesha, pt 2 ]
139
CHAPTER 139– [ Evelyn Areesha, pt 3 ]
140
CHAPTER 140– [ Rencana ]
141
CHAPTER 141– [ Penyusup ]
142
CHAPTER 142– [ Vann Hezkiel ]
143
CHAPTER 143– [ Vann Hezkiel, pt 2 ]
144
CHAPTER 144– [ Vann Hezkiel, pt 3 ]
145
CHAPTER 145– [ Bukti ]
146
CHAPTER 146– [ Tempat Apa Ini? ]
147
CHAPTER 147– [ Desoulfort ]
148
CHAPTER 148– [ Vann & Liam ]
149
CHAPTER 149– [ Li & Yurebi ]
150
CHAPTER 150– [ Yurebi & Takana ]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!