Hari ini adalah hari yang istimewa bagi Vanilla sebab pada hari ini akan dilakukan pembukaan V Boutique di negara asal sang ibu. Sejak pagi, para pewarta baik cetak, elektronik, maupun media online sudah berkumpul untuk mengabadikan momen tersebut dan membagikannya dalam sebuah informasi terkini. Para artis, influencer ternama, dan sosialita pun mulai berdatangan satu persatu sebab mereka tahu kiprah V Boutique yang sudah terkenal di manca negara khususnya negara-negara Eropa. Mereka sepertinya tak ingin melepaskan kesempatan untuk mendapatkan produk edisi terbatas V Boutique sekaligus memamerkan kedatangan mereka di acara bergengsi tersebut.
Dari sudut ruangan, Sky terus memperhatikan Vanilla yang sedang melakukan pembukaan di atas karpet merah yang membuat auranya kian bersinar indah. Sky tak dapat memalingkan wajahnya meskipun sekejap. Kecantikan Vanilla telah menghipnotis dirinya hingga jatuh sejatuh-jatuhnya pada belahan jiwanya itu. Namun sayang, di saat ia mulai menyadari benih-benih cinta itu ternyata ada dan tumbuh subur di dalam hatinya, Vanilla sudah lebih dulu menyerah dan pergi menjauh. Sky hanya bisa berusaha untuk mendapatkan Vanilla kembali. Meskipun sulit, apapun akan ia lakukan demi cintanya.
Kini satu persatu model yang sudah menandatangani kontrak kerja sama dengan Vanilla berlenggak-lenggok di atas catwalk. Mereka berjalan dengan anggun, bergerak memutar, memamerkan rancangan Vanilla dan rekannya dengan cara yang sungguh menarik. Decak kagum terdengar dari bibir ke bibir membuat Vanilla merasa amat sangat senang.
Senyum Sky terus merekah melihat ekspresi bahagia Vanilla. Namun senyum itu seketika hilang saat melihat kedatangan Henry sambil membawa buket bunga mawar merah yang besar dan menghampiri Vanilla. Wajah bahagia Vanilla bertolak belakang dengan wajah Sky yang muram.
"Seharusnya aku yang ada di posisi itu. Seharusnya aku yang memberikan bunga itu untukmu. Seharusnya aku, bukan dia," gumamnya dengan kedua tangan terkepal di dalam saku celana. Hatinya bagai dicabik-cabik. Benar-benar menyakitkan.
...***...
Acara telah berakhir sukses sesuai dengan ekspektasi. Senyum cerah tak pernah surut di bibir Vanilla meskipun acara telah berakhir.
"Selamat ya, Kak. Kak Vanilla emang selalu the best. Hanny jadi pingin sukses seperti kak Vanilla juga. Kelola butik juga. Tapi sayang , aku tidak bisa membuat design," ujar seorang perempuan muda yang tengah bergelayut manja di lengan Vanilla.
"Kamu selesaikan dulu kuliahmu. Kalau kamu mau, setelah lulus, nanti kamu bisa pegang salah satu butikku," ujar Vanilla.
"Beneran nih? Kak Vanilla tidak bohong, kan?"
"Bohong? Untuk apa juga. Justru aku senang sebab ada yang bantu aku urus butik-butikku itu."
"Wah, Kak Vanilla memang baik deh. Kak Henry benar-benar beruntung memiliki kekasih seperti Kak Vanilla," seru gadis itu senang. Lalu gadis itu menatap wajah Henry dengan tatapan memicing, "awas ya kak, jaga kakakku yang cantik ini hati-hati! Jangan sampai disakiti! Kalau sampai kak Henry sakiti, awas!" ancam gadis itu pada Henry.
"Mana mungkin kakak menyakiti Vanilla. Kakak itu cinta mati sama dia, iya kan, honey?" ujar Henry seraya menatap lembut pada netra Vanilla.
Vanilla yang ditatap seperti itu jelas salah tingkah, "jangan berlebihan, ih!"
"Apanya yang berlebihan? Aku sungguh-sungguh, Honey. Lihat Han, kakak perempuanmu ini tidak percaya dengan kata-kata kakak. Ayo sana, bilang ke kakak kesayanganmu itu kalau aku Henry Matheo benar-benar mencintai Vanilla Scandinaviery," ujarnya pada Hanny.
"Iya kak Vanilla, apa kakak tidak tahu kalau kakakku ini benar-benar mencintai kakak. Lihat saja, dia rela jauh-jauh kemari dan meninggalkan pekerjaannya demi menemani kakak di acara pembukaan ini," ujar Hanny mencoba meyakinkan Vanilla.
"Iya, iya, aku tahu. Ck, kau ini Henry, tak perlu seperti itu. Kau membuatku malu di depan Hanny."
"Memangnya kenapa harus malu? Aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan. Agar semua orang tahu, aku sungguh-sungguh mencintaimu dengan tulus."
Wajah Vanilla tersipu. Apalagi Hanny terus-terusan menggodanya.
"Jadi malam ini juga kalian akan pulang?" tanya Vanilla.
"Iya, ada pekerjaan yang tidak bisa aku alihkan ke orang-orang kepercayaanku. Jadi aku harus turun tangan sendiri untuk mengatasinya."
"Baiklah. Maaf, aku tidak bisa mengantarkan kalian ke bandara sebab masih banyak yang harus aku kerjakan di sini."
"Tak masalah, Honey. Kalau begitu, aku pergi dulu," ujar Henry saat sudah berada di depan pintu keluar butik. "Jaga kesehatan, hm! Sesuai permintaan daddymu, Minggu depan aku akan ke mansion untuk memintamu secara langsung dengan orang tuamu. Tunggu aku."
Vanilla mengangguk, "hati-hati!"
Henry tersenyum, lalu mengecup dahi Vanilla sebelum melangkah menjauh masuk ke mobil jemputan dari hotel tempatnya menginap untuk mengambil barang-barang mereka dulu sebelum pulang ke negaranya.
Vanilla pun melambaikan tangan saat mobil yang membawa Henry dan Hanny mulai menjauh.
Dari salah satu meja, Sky sejak tadi duduk sambil memperhatikan Vanilla.
"Jef, siapa perempuan yang bersama laki-laki itu tadi?"
"Oh, dia Hanny. Adik Henry. Kenapa? Apa kakak tertarik padanya?" goda Jefrey membuat Sky mendengkus.
"Kau pikir dia sebanding dengan Vanilla?"
Jefrey terkekeh, "yah, di mata kakak memang hanya Vanilla yang terbaik dan tercantik."
"Bahkan kau tahu itu."
Jefrey berdecak, "yayaya. Kalau memang begitu, mengapa kakak bertanya tentang Hanny?"
Sky bingung hendak menjelaskan bagaimana sebab ia menangkap ada sesuatu yang tak biasa dengan keduanya.
"Apa adiknya itu begitu lengket dengan kakaknya?"
"Ya, bahkan setiap Henry berkencan, pasti Hanny akan ikut serta."
Alis Sky seketika menukik ke atas. Seketika ia memiliki firasat yang terasa aneh. Apalagi sejak tadi ia melihat Hanny seakan enggan melepaskan Henry berdua saja dengan Vanilla. Sejak datang hingga pulang, Hanny terus menggandeng tangan Henry. Mereka tidak seperti adik dan kakak di mata Sky. Justru sebaliknya, ia terlihat seperti sepasang kekasih.
'Tapi mereka kan adik dan kakak jadi wajar saja mereka begitu dekat,' batin Sky bermonolog.
"Hai, kalian sepertinya sudah akrab. Padahal kalian kan baru saling mengenal," ujar Vanilla yang tiba-tiba sudah berada di depan meja Sky dan Jefrey.
"Memangnya kenapa? Kau tahu kan aku ini orangnya ramah dan mudah akrab jadi apa salahnya kalau aku mudah akrab dengan La- siapa tadi namamu?" tanya Jefrey pada Sky.
"Langit, bodoh!" potong Vanilla tiba-tiba.
"Hmm, sepertinya kau pun sudah begitu dekat dengan sopirmu ini. Apa mungkin ... "
"Apa mungkin apa? Jangan berpikir macam-macam, brengsekkk!"
"Vanilla, kenapa kau sekarang jadi sering mengumpat, hm?" sindir Jefrey membuat Vanilla salah tingkah.
"Aku ... aku tidak sengaja. Kau sendiri yang sudah memancingku untuk berkata kasar."
"Aku kan hanya ingin mengatakan apa mungkin kalian sudah menjadi teman. Apa aku salah?" kilah Jefrey dengan memasang wajah polosnya.
"Ck, kau ini ... " Vanilla sudah melotot kesal, namun saat ia menangkap selarik senyum tipis di bibir Sky membuat Vanilla tiba-tiba terkesima. Ia bahkan mematung sambil menatap Sky dengan sorot mata kerinduan. Yang ada di matanya saat ini bukanlah sosok Langit, tapi ... Sky.
"Sky ... " gumamnya amat sangat pelan.
Tapi Sky yang pada saat itu melihat gerakan bibir Vanilla tentu dapat membaca dengan jelas gerakan bibir itu. Meskipun tak dapat ia dengar, tapi Sky dapat merasakannya. Pun sorot mata Vanilla yang seketika berubah.
Vanilla yang tiba-tiba merasa melihat sosok Sky dalam diri Langit pun merasakan jantungnya berdebar hebat. Tak ingin orang-orang salah paham dengan tatapannya, Vanilla pun dengan segera membalikkan badannya dan segera pergi dari hadapan Jefrey dan Sky.
"Hei Ice Cream Vanilla, mau kemana kau? Kenapa kau tiba-tiba pergi? Apa kau marah padaku?" pekik Jefrey cemas. Tapi Vanilla tidak menggubrisnya sama sekali. Ia justru segera masuk ke dalam ruangannya dan mengunci pintunya.
Vanilla menyandarkan tubuhnya di pintu sambil memegang dadanya.
"Mengapa? Mengapa meskipun sudah dua tahun lebih berlalu, mengapa aku tak juga bisa melupakanmu, Sky? Mengapa?" Mengapa kau terus-menerus membayangiku? Bahkan wajahmu seakan hadir dalam sosok Langit? Kenapa Sky? Kenapa kau buat aku seperti ini? Kenapa?"
Mata Vanilla memanas. Dadanya seketika sesak saat mengingat masa lalunya. Masa-masa bagaimana ia mengejar-ngejar Sky. Masa bagaimana ia meluruhkan harga dirinya agar Sky mau melihatnya. Tapi Sky tetaplah Sky. Jangankan melihat, menoleh saja ia tak mau.
"Sky ... " Vanilla tergugu. Saat rasa rindu tiba-tiba mencekik hati dan jiwanya, Vanilla hanya bisa menumpahkannya dalam tangis. Ia rindu, tapi yang dirindu tak mungkin mau membalas rindunya.
"Tidak. Aku tidak boleh begini. Aku sudah memiliki Henry. Aku akan meminta Daddy mempercepat pertunangan ku. Kalau perlu, tak perlu lama-lama agar aku bisa segera menikah dengannya. Agar aku bisa kembali ke sana dengan dagu terangkat dan penuh percaya diri. Mungkin dengan aku muncul kembali dengan dagu terangkat, perlahan aku bisa melupakannya," ucap Vanilla seraya menghapus kasar air matanya.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
my name
sky ayo selidiki hanny dan henry secepatnya
2024-06-20
1
Emai
sepertinya henry dan hanny saudara angkat. Hanny cinta sama henry
2024-06-02
0
Nartadi Yana
seperti kata hati sky ada hubungan tak wajar antara Hanny dan sky
2024-03-17
0