Melihat Vanilla duduk di sampingnya, ada Arsa yang tak biasa membuncah di dadanya. Apalagi saat menyadari kalau Vanilla memilih mengantar dirinya sampai melupakan keberadaan kekasihnya sendiri. Sky sekuat tenaga menyembunyikan rona bahagianya. Ia teramat sangat senang saat ini.
"Kau tinggal dimana?" tanya Vanilla baru ingat kalau ia tidak tahu alamat tempat tinggal Sky. Sky lantas menyebutkan nama jalan pada Vanilla. Vanilla yang sudah lebih dulu tahu nama jalan besar yang disebutkan, namun nama jalan kecilnya ia tidak tahu.
"Nanti aku beri tahu harus belok dimana," ujar Sky sambil memasang ekspresi lemah tak bertenaga.
Sesekali memanfaatkan situasi tak masalah kan? Apalagi situasi ini Vanilla sendiri yang menciptakan. Ia awalnya tidak berniat berpura-pura sakit, tapi karena Vanilla mengiranya sedang sakit, sekalian saja. Terlanjur basah ya sudah mandi sekali, itu kata Om Meggi Z.
"Kau kenapa? Apa kepalamu sakit? Apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Vanilla cemas saat melirik Sky sedang memijat pelipisnya.
"Saya ... saya tidak apa-apa, Nona. Antar saya pulang saja. Paling setelah istirahat sebentar, aku akan segera baik-baik saja," ucap Sky seraya tersenyum lemah.
"Maafkan aku ya! Pasti ini karena kau terlalu banyak membantuku tadi. Padahal itu bukan pekerjaanmu." Vanilla merasa bersalah sebab hari ini emang Sky banyak membantunya untuk persiapan pembukaan V Boutique esok hari.
"Nona tidak perlu merasa bersalah. Itu semua karena aku sendiri yang ingin membantu."
"Tapi tetap saja karena aku kau jadi sakit begini," ucapnya seraya menghela nafas panjang. Entah mengapa, Vanilla merasa benar-benar bersalah. Bukankah seharusnya ia tidak perlu begitu. Kalau memang Langit sakit karena membantunya, tinggal beri saja kompensasi dan semuanya akan beres. Namun Vanilla bukan hanya merasa bersalah, tapi juga merasa cemas.
Tak lama kemudian, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah kontrakan milik Sky. Untung saja Sky sudah meminta asisten pribadinya mencarikan kontrakan yang minimalis. Ia pikir karena tinggal seorang diri dan hanya sementara jadi untuk apa mencari tempat tinggal yang besar dan luas.
'Ternyata berguna juga mencari rumah kecil seperti ini. Kalau besar, sudah pasti Vanilla akan merasa curiga. Bagaimana seorang sopir bisa memiliki rumah yang besar?'
"Ini rumahmu?"
"Iya, Nona. Saya menyewa rumah ini dari seseorang."
Vanilla menganggukkan kepalanya, "lumayan."
"Anda mau mampir, Nona?" tawarnya.
"Boleh?"
"Tentu saja eh, jangan-jangan, sebaiknya jangan!" Tiba-tiba Sky berubah pikiran.
"Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Apa jangan-jangan kau menyembunyikan sesuatu di dalam?" Mata Vanilla menyipit curiga.
"Tidak. Tidak ada apa-apa di dalam. Hanya saja ... "
"Hanya saja apa? Ah, kau menyembunyikan kekasihmu di dalam? Atau ... kau sudah memiliki istri?"
"Tidak. Aku masih single. Bahkan aku belum pernah pacaran sama sekali."
Dahi Vanilla mengerut, "kalau kau belum pernah pacaran, lantas perempuan yang kau ceritakan itu?"
"Kan saya hanya bila ada seorang perempuan yang tulus mencintai saya, tapi dengan bodohnya saya menyia-nyiakan perasaannya," ujarnya sambil menghunuskan tatapan sendu ke arah Vanilla. Vanilla yang ditatap seperti itu seketika salah tingkah. "Setelah ia pergi, barulah saya sadar kalau sebenarnya saya pun mencintainya. Bahkan mungkin sangat mencintainya," imbuhnya lagi.
"Kalau kau memang mencintainya, kenapa kau tidak memperjuangkannya lagi?"
"Bukannya saya tidak mau memperjuangkannya, hanya saja, ia tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi. Saya mencari kemanapun, tapi tidak menemukannya."
Seketika ucapan Sky mengingatkan Vanilla pada Sky. Mengapa kisah cinta Langit menyerupai kisah cintanya? Pikirnya.
'Apa Sky pun seperti Langit? Mencari ku? Mencintaiku? Ah, rasanya tak mungkin. Tak mungkin Sky mencari ku. Tak mungkin Sky mencintaiku. Wanita yang Langit cintai sungguh beruntung. Meskipun sedikit terlambat, setidaknya akhirnya Langit menyadari perasaan cintanya pada perempuan itu.'
"Aku doakan semoga kau segera dipertemukan dengan pujaan hatimu itu. Saat kau sudah kembali dipertemukan dengannya, perjuangkan dia. Ingat, perempuan itu suka bila diperjuangkan. Dan bila kau berhasil mendapatkan kembali, jangan sia-siakan dia lagi," ucap Vanilla sambil membalas tatapan Sky.
Seketika jantung Vanilla berdebar kencang. Ada perasaan yang tak biasa di dalam dadanya. Sungguh, perasaan seperti ini hanya ia rasakan pada Sky. Lalu kenapa ia merasakan hal serupa pada Langit?
'Oh mu God, jangan bilang aku jatuh hati padanya? No, no, no! Tidak boleh dan jangan sampai. Mau kau kemanakan Henry dan yang lebih penting, Langit tidak memiliki perasaan padaku. Yang ia sukai perempuan lain dan itu bukan aku.'
Saat sedang termenung, tiba-tiba ia baru mengingat Henry yang tadi membeli es kelapa muda untuknya.
"Astaga ... " pekik Vanilla sambil menepuk dahinya.
"Ada apa, Nona? Apakah ada masalah?"
"Kau ada charger?"
Vanilla baru ingat ponselnya habis daya.
"Ada, sebentar!" Sky pun segera membuka pintu rumahnya untuk mengambil charger. Namun siapa sangka kalau Vanilla mengekorinya dari belakang.
Saat Sky sudah mendapatkan charger dan membalikkan badannya, Sky tiba-tiba terlonjak.
"Astaga, Nona, kenapa kau ikut masuk?"
"Jadi kau ingin aku menunggu di luar? Kalau aku diculik bagaimana? Apa kau tega? Apa mau mau bertanggung jawab?" omel Vanilla membuat Sky terperangah. Sudut hatinya merasa senang sebab Vanilla akhirnya menunjukkan ekspresi kesalnya seperti ia yang dulu sering merasa kesal karena sikapnya.
"Bukan, bukan seperti itu. Ya sudah, sini ponsel Anda. Biar saya sambungkan ke charger."
Dengan wajah cemberut, Vanilla pun menyodorkan ponselnya.
"Anda mau minum, Nona?"
"Kau itu sedang sakit, jadi lebih baik kau beristirahat. Biar aku yang membuatkan sesuatu untukmu."
"Ap-apa? Jangan, Nona, tidak perlu. Saya bisa sendiri," sergahnya.
Sungguh, Sky merasa malu sendiri melihat Vanilla masuk ke dalam rumahnya. Sebab rumahnya saat ini lebih cocok disebut sebagai kapal pecah. Bahkan lebih parah. Dari ruang depan sampai dapur hingga kamar, sudah seperti terkena badai dan tsunami. Berantakan. Piring dan cangkir kotor berhamburan. Asbak penuh puntung dan abu rokok. Baju kotor berhamburan di sana sini.
Sadar pintu kamarnya terbuka, Sky Oun gegas berlari dan menutupnya. Mau diletakkan dimana wajahnya bila Vanilla sampai melihat kekacauan di dalam kamarnya. Selama di sana, Sky tidak memiliki waktu untuk beres-beres. Pergi pagi pulang sore. Kemudian lanjut mengerjakan pekerjaan kantornya dari rumah. Sky baru selesai dengan segala urusannya saat tengah malam. Setelah selesai, Sky akan langsung tertidur sehingga tak ada waktu sama sekali untuk mengurusi hal-hal seperti pakaian kotor, piring kotor, dan rumah yang berantakan.
Vanilla tersenyum mengejek menyadari kekhawatiran Sky saat ia memergoki rumahnya yang super berantakan. Bahkan tadi ia sempat melihat segitiga bermuda Sky yang teronggok di lantai. Wajah Vanilla memerah mengingatnya.
"No-nona, Anda ... "
"Aku tidak apa-apa. Beritahu aku dimana dapurnya?" Vanilla melengos menuju dapur sesuai petunjuk Sky.
Vanilla menggelengkan kepalanya melihat wastafel yang dipenuhi piring dan cangkir kotor.
"Astaga, kenapa aku bisa seperhatian ini pada sopirku sendiri? Aneh. Namun yang lebih aneh, mengapa aku merasa nyaman saat berdekatan dengannya? Seolah aku sudah mengenalnya amat sangat lama. Bahkan dengan Henry saja aku tidak senyaman ini?" Vanilla menghela nafas panjang. Bahkan dadanya masih saja berdebar kencang. "Siapa dirinya sebenarnya? Semakin aku perhatikan, mengapa ia semakin mirip dengan Sky? Astaga Vanilla, ayolah, jangan baperan kenapa sih? Dia hanya sopir mu, bukan kekasihmu. Dia sopirmu dan dia sudah memiliki seseorang yang ia cintai. Stop memikirkan dia. Ingat, kau memiliki Henry. Apalagi Henry sudah bertekad mengajakmu ke jenjang yang lebih serius. Jangan macam-macam, okay!"
...***...
Sky tak bisa menghentikan senyumannya. Sejak Vanilla pulang tadi, Sky tak henti-hentinya tersenyum senang. Bukan hanya karena Vanilla yang begitu perhatian padanya, tapi juga sikapnya yang begitu lembut. Vanilla memperlakukannya seperti kekasihnya sendiri.
Tiba-tiba senyum di bibir Sky berubah menjadi seperti garis lurus. Ia jadi membayangkan Vanilla pun melakukan hal serupa pada Henry.
"No, jangan sampai! Tapi mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun, bisa jadi mereka sudah ... "
Sky mengusap wajahnya kasar. Ia tidak bisa marah bila memang Vanilla melakukan hal serupa bahkan lebih pada Henry. Namun Sky tetap berharap, Vanilla hanya melakukan hal itu padanya. Hanya dirinya yang diistimewakan oleh Vanilla.
...***...
Baru bab 14 ya! Jangan minta Sky dan Vanilla cepat-cepat bersatu. Nggak adil dong untuk Vanilla. Lagian bab Vanilla dan Sky nggak panjang kok, paling banter sampai bab 30'an, lanjut Earth, de-el-el.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
my name
jadi senyum senyum sendiri aku ☺
2024-06-20
0
mars
aku sempet berhenti baca trnyata seru ya lanjut ka
2024-01-22
0
Yuli Purwati
lanjut thor.....🥰🥰🥰maraton aku.maaf ya.karena sibuk jadi banyak nimbun cerita.🙏
2023-11-16
0