Besok merupakan hari pembukaan V Boutique milik Vanilla. Alhasil, hari ini baik Vanilla maupun seluruh rekan kerjanya tampak sibuk sekali. Begitu pula dengan Sky yang menyamar sebagai Langit. Meskipun ia sedang marah sekaligus kecewa karena Vanilla ternyata menjalin hubungan dengan seorang laki-laki bernama Henry, tapi ia tidak bisa menyalahkan Vanilla seutuhnya. Ia sangat tahu ini karena perbuatan dirinya juga. Sikap abainya membuat Vanilla yang dulu mengejar-ngejar kini justru berpaling hati kepada laki-laki lain yang memang bisa Sky lihat kalau ia sangat memperhatikannya. Rela tak rela, Sky akan berusaha mendekati Vanilla. Ia yakin, rasa cinta Vanilla padanya pasti masih ada. Sky yakin, Vanilla hanya sedang kecewa padanya sehingga ia memilih melampiaskannya dengan menjalin hubungan dengan laki-laki lain.
"Ini letakan dimana, Nona?" tanya Sky yang membawa pot bunga besar dengan bunga peach Lily yang sedang merekah indah di dalamnya.
Melihat Sky mengangkat pot bunga itu seorang diri membuat Vanilla terbelalak.
"Langit, kenapa kau mengangkatnya sendiri? Mari aku bantu!" Vanilla mengulurkan tangan untuk membantu, tapi Sky segera mengelak.
"Jangan! Ini berat. Tangan Anda bisa merah-merah dan sakit nanti," sergah Sky tak ingin tangan wanitanya terluka. "Saya bisa mengangkatnya sendiri. Katakan saja, saya harus letakkan ini dimana?" tanya Sky lagi.
Vanilla menghela nafas, kemudian ia pun menunjukkan ke mana pot bunga besar itu harus diletakkan.
Menjelang sore, segala dekorasi telah rampung. Sebuah panggung catwalk berlapis karpet merah pun telah dipasang sebagai tempat para model untuk berlenggak-lenggok dan memamerkan outfit yang mereka gunakan. Semua outfit yang dipamerkan tentu saja merupakan produk asli V Boutique.
"Hai Langit, kau mau kopi?" tawar Carina saat melihat Sky mulai menepi sambil menyeka keringatnya.
Sky yang sebenarnya tidak terbiasa berdekatan dengan lawan jenis selain ibu, kembaran, adiknya, dan Vanilla sebenarnya merasa risih. Tapi ia tak mungkin serta merta menolak maupun menjauhi. Dengan senyum canggung, Sky pun terpaksa menerima kopi yang Carina sodorkan. Carina tersenyum tipis saat Sky mau menerima uluran kopi darinya. Carina menarik helaian rambutnya yang terurai ke depan ke samping telinganya.
"Terima kasih," ujar Sky.
"Sama-sama. Em, setelah ini apa kau ingin mengantar nona pulang?" Sudah satu Minggu ia berada di Bali. Sedikit banyak, ia sudah tahu jalan-jalan mana yang sering ia lalui sehingga ia tidak begitu memerlukan bantuan Made lagi sebagai pembimbing jalannya. Lagipula hampir semua area di sana sudah masuk ke dalam google maps, jadi tidak begitu sulit baginya untuk bepergian.
"Entahlah. Kenapa?"
"Ah, ti-tidak. Tapi ... bila kau tidak sibuk, mau kah kau menemaniku ke suatu tempat?"
"Kemana?"
"Em, sudah hampir satu bulan aku di sini, tapi aku belum pernah sekalipun jalan-jalan. Aku ... aku ingin sekali ke pantai Kuta, itupun kalau kau tidak keberatan?" ujar Carina sambil menundukkan kepalanya.
Sky tampak menimbang. Namun saat ia melihat Vanilla sedang memperhatikan dirinya, ia pun langsung tersenyum lebar ke arah Carina dan mengiyakan. Carina tampak begitu senang hingga senyumnya pun merekah lebar.
"Kalian mau ke pantai Kuta?" tanya Vanilla tiba-tiba membuat Carina seketika gugup.
"Em, itu ... "
"Iya. Carina bilang ia belum pernah ke pantai Kuta jadi ia memintaku menemaninya ke sana sore ini," ujar Sky santai.
"Aku boleh ikut? Em, tenang saja, aku tidak akan mengganggu kalian. Aku akan mengajak kekasihku. Kebetulan aku juga sudah sangat lama tidak ke sana."
Mendengar Vanilla ingin mengajak kekasihnya ke pantai Kuta, seketika membuat Sky menggeram kesal. Namun ia tidak mungkin menunjukkannya ketidaksukaannya.
"Silahkan, Nona! Kami pun tidak akan mengganggu waktu Anda berdua dengan kekasih Anda," ujar Sky dengan menekankan kata kekasih membuat Vanilla merasa aneh dengan sikap Sky.
Kini Sky, Carina, dan Vanilla sudah berada di dalam satu mobil. Henry tidak bisa menjemput sebab ia masih ada pekerjaan jadi Vanilla meminta Sky membawa mobilnya. Carina duduk tepat di samping Sky, sementara Vanilla duduk di belakang.
Tampak sekali Carina sedang berusaha mendekati Sky. Ia terus-menerus mengajak Sky berbicara. Sky hanya menanggapi Carina biasa, tapi entah mengapa Vanilla justru merasa kesal. Apalagi keduanya tampak berbincang berdua saja seolah menganggap dia tak ada.
'Hei, yang benar saja, mereka sibuk berdua saja. Memangnya aku tidak kelihatan di sini? Sialan. Mereka mengabaikan keberadaan ku,' monolog Vanilla kesal.
Terdengar dering ponsel Vanilla. Senyum Vanilla seketika merekah lebar saat melihat nama yang terpampang.
"Hai Jef, apa kau sibuk sekarang?" seru Vanilla saat Jefrey menghubunginya. Wajah Sky ditekuk masam. Dari dulu ia begitu kesal, mengapa Jefrey bisa begitu dekat dengan Vanilla, sementara ia tidak.
" ... "
"Aku mau ke pantai Kuta. Nanti Henry akan menyusul, apa kau mau ikut bergabung?"
" ... "
"Ya, kau benar. Dia ada. Tapi ... seperti kau akan ada saingan." Vanilla melirik Sky yang juga ternyata sedang memperhatikannya.
" ... "
Tiba-tiba Vanilla terbahak. Entah apa yang Jefrey katakan hingga gadis itu terbahak.
"Okey, aku tunggu."
Klik ...
Tak sampai 30 menit kemudian, mobil yang Sky kemudikan pun telah terparkir rapi di tempatnya. Sky pun gegas keluar untuk membukakan pintu. Lagi-lagi jantung Vanilla berdebar hebat saat aroma parfum maskulin bercampur keringat Sky terhidu ke dalam indra penciumannya. Karena kesibukan Sky hari ini membuat tubuhnya dibanjiri keringat. Meskipun sudah tidak lagi basah, tapi aromanya tetap saja tercium dengan jelas. Seharusnya aroma keringat itu membuat tak nyaman, namun anehnya aroma keringat Sky justru membuat Vanilla terbuai. Apalagi Sky membuka kedua kancing kemeja bagian atasnya sehingga dada bidang itu terlihat cukup jelas dari jarak dekat seperti ini. Vanilla tertegun. Seketika ingatannya terlempar ke masa lalu saat ia memperhatikan Sky yang sedang berenang.
'Kenapa dada itu terlihat sama?'
Vanilla menggelengkan kepalanya karena pikirannya yang tiba-tiba tertuju pada dada Sky yang dia pikir memang bernama Langit.
'Astaga, kenapa aku kembali mengingat laki-laki menyebalkan itu sih?'
"Anda kenapa, Nona? Apa Anda sakit?" tanya Sky khawatir.
Vanilla menoleh ke arah Sky yang sedang memperhatikannya.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Vanilla tiba-tiba membuat jantung Sky seketika berdetak hebat.
"Aku ... " Wajah Sky tiba-tiba pias. Bagaimana kalau Vanilla tiba-tiba menyadari siapa dirinya? Dapat ia pastikan Vanilla akan begitu marah. Maaf belum didapat, benci justru yang diraih. Sungguh Sky ketakutan setengah mati.
Tiba-tiba Vanilla terkekeh, "astaga, sepertinya karena terlalu lelah, melihatmu mengingatkanku pada seseorang. Padahal jelas kalian berbeda. Mana mungkin laki-laki sombong itu mau mencari ku kemari bahkan rela menjadi seorang sopir," ujarnya sambil tergelak. Vanilla berjalan meninggalkan Sky yang mematung di tempatnya.
'Tapi ini benar aku, Vanilla. Laki-laki sombong itu kini ada di sini, tepat di belakangmu.'
Tiba-tiba sebuah tepukan di pundak menyadarkan Sky dari lamunannya membuat Sky reflek menoleh. Sebuah senyuman mengejek terbit di bibir laki-laki yang sudah berdiri di sampingnya.
"Wow, ternyata itu benar ... ekhem, aku benar-benar tidak menyangka, Kak. You're amazing."
"Kau ... "
"Kenapa? Kakak tak perlu heran. Terlalu mudah bagiku untuk mengenalimu. But, it's okay. Aku akan merahasiakannya. Tapi saingan terberat mu itu bukan aku, tapi ... dia." Jefrey menggestur ke arah sepasang insan yang sedang menyusuri tepi pantai sambil bergandengan tangan. "Selamat berjuang, Kak!" seru laki-laki yang tak lain adalah Jefrey. Sky mengusap rahangnya, bagaimana bisa Jefrey langsung mengenalinya, sementara Vanilla tidak.
"Carina, ayo kita susul mereka! Biarkan saja sopir itu di sini menjaga mobil," ujar Jefrey tiba-tiba yang langsung menarik lengan Carina.
"Tapi ... " Carina menoleh ke arah Sky yang wajahnya tampak masam.
"Tak usah pikirkan dia. Ayo!" Carina pun mengangguk mengikuti langkah kaki Jefrey.
...***...
"Honey, dia itu sebenarnya sopir mu atau bodyguard mu?" Tanya Henry sambil melirik ke arah Sky yang berjalan tak jauh dari posisi mereka. Sejak tadi, Sky tampak membuntuti langkah Vanilla kemanapun ia melangkah.
"Menurutmu?"
"Bukankah terlalu berlebih-lebihan seorang sopir membuntuti tuannya hingga ke mari. Kecuali kau berjalan seorang diri."
Vanilla tersenyum lebar, "mungkin dia takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan padaku."
"Tapi seharusnya tidak perlu berlebihan seperti itu m Bukankah ada aku?"
"Sudahlah, tak perlu kau pusingkan. Yang penting kan dia tidak mengganggu kita."
"Tapi tetap saja ... "
"Henry, aku ingin itu!" Vanilla menggestur ke arah penjual es kelapa muda.
"Tapi itu ramai sekali, Honey," ucap Henry yang malas berdesakkan di keramaian.
Vanilla mencebikkan bibirnya, "ya sudah, aku akan meminta Langit membelikannya."
Vanilla baru saja hendak berbalik memanggil Sky, tapi Henry sudah lebih dulu menghentikannya.
"No. Jangan! Baiklah, baiklah, aku akan membelikannya untukmu. Untuk tuan putri, apa yang tidak," ucap Henry.
"Thanks, Henry." Vanilla tampak sumringah. Senyumnya begitu indah membuat Sky kesulitan meredam rasa cemburu. Wajahnya bahkan sampai memerah menahan rasa cemburu yang kian membakar hatinya.
"Langit, apa kau sakit?" tanya Vanilla khawatir saat melihat wajah Sky yang tampak memerah.
"Tidak ... " baru saja mengucapkan kata tidak, Vanilla sudah lebih dulu meletakkan punggung tangannya di dahi Sky membuat wajah itu kian memerah.
"Tidak panas, tapi kenapa wajahmu semakin memerah? Sepertinya kau memang sakit. Ayo aku antar pulang!" ajak Vanilla.
"Ah, tidak perlu, Nona, aku ... "
"Jangan membantah! Mana kunci mobilnya?" Vanilla menengadahkan tangan. Sky pun terpaksa memberikan kunci mobilnya kepada Vanilla. Vanilla pun segera meraihnya dengan cepat, lalu ia meminta Sky segera berjalan menuju mobil mereka. Tak butuh waktu lama, Vanilla kini sudah duduk di bangku kemudi dan dalam hitungan detik, mobil itu sudah melaju meninggalkan area pantai Kuta. Sementara Henry tampak celingukan kebingungan mencari keberadaan Vanilla yang tiba-tiba saja menghilang.
"Honey, Vanilla, kamu dimana?" pekik Henry yang sudah selesai membeli apa yang Vanilla inginkan. Tapi Henry tidak menemukan keberadaan Vanilla. Henry pun segera menghubungi ponsel Vanilla, tapi ponsel Vanilla yang kehabisan daya membuat panggilan itu tidak masuk sama sekali.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
my name
wkwkwk....nasipmu sungguh malang henry 🤣🤣🤣
2024-06-20
0
Rosmaliza Malik
kamu yang cuek sape suruh
2024-03-25
0
Ina Bazil
Kasian kau Henry menjaga jodoh orang🤣
2023-12-22
1