Papi Datang!

Pagi ini Nai sudah menyiapkan sarapan untuk tuannya. Sesuai permintaan, roti tawar dan beberapa potong ham serta keju dan telur. Sangat simple.

" Kakaaaaaaaaaaakkkkkk... Kaaaaaaakkk bangun.." Teriakan Bhramsy memecahkan keheningan dipagi hari. Ditambah dengan ketukan tangannya berharap Benji segera membuka pintu kamar.

"Masih pagi ini, sabar! Kenapa adikku senang sekali membuat huru hara sepagi ini? " Dengan kemeja rapi dan jas tak lupa dasi dengan warna senada membuat Benji terlihat sempurna. Dia membuka pintu dan melihat adiknya masih dengan kaos serta celana pendek.

"Ada apa? Kita harus ke kantor. Ada rapat! Kau mau saham tidak? tidak datang tidak dikasih. Mandi sana." Dengan wajah malas Benji memalingkan muka.

" Papi telepon katanya mau kesini kak. Kacau. Pembantu kan semua kita suruh pulang, kecuali si Nai dan bi Nuni terus mang Ujang. Kasih tau bi Nuni untuk telepon semuanya. Haduh.. " Bhramsy kebingungan.

" Kamu teriak - teriaknya ke bi Nuni, kenapa harus kekamarku? Ayo cepat bersiap. Awas kalau lama. " Ketus Benji sembari membawa jasnya dan menuruni anak tangga.

" Pagi tuan." Sapa Nai dan sapa bi Nuni.

"Pagi. Eh bi, Laras, Irma, Wati, sama semuanya deh yang kemarin pulang, boleh tolong telepon suruh mereka kemari? Sesuai perjanjian. Nanti jika papi kesini, jangan ada yang keceplosan. Ingat." Benji memberi perintah sambil melahap makanannya.

" Baik tuan, saya telepon mereka sekarang, saya permisi tuan. " Bi Nuni langsung kembali ke belakang.

" Saya juga per..."

" Sebentar Nai!!!" Naipah tidak melanjutkan ucapannya.. dia menunduk didepan tuannya.

"Kalau jam kerjamu untuk minggu ini ditambah bagaimana ? Urusan gaji gampang, tapi aku benar - benar membutuhkanmu. Dan lagi, papi mau datang, jangan sampai kau salah bicara." Pinta Benji dengan nada memaksa.

" Baik tuan, tapi mohon maaf kabari saja saya harus menginap pada hari apa saja." Naipah tersenyum.

"Sebetulnya setiap hari pun boleh. Itu kan pilihanmu." Benji seperti memberikan kode pada Nai.

"Nah Nai mending nginep disini aja setiap hari, rumah kamu kan lumayan jauh Nai dari sini, jadi kamu gak harus bulak balik. Timpal Bhramsy sembari menuruni tangga."

"Naipah takjub melihat Bhramsy menggunakan pakaian yang sangat rapi. Dia terlihat tampan.

"Cakep ya aku Nai? Ko sampai kaget begitu. Awas ngiler.. hahaha." Tangan Bhramsy merangkul pundak Naipah, tak lama Bhramsy duduk dan menyantap sarapannya.

Benji tak bergeming, sorot matanya seolah sedang berfikir bagaimana lagi caranya memberitahu Nai untuk tidak dekat dengan Bhramsy.

" Nai kau boleh kebelakang." Ucapnya dingin

"Baik tuan saya permisi."

"Kuharap kau masih mendengarkan apa yang aku ucapkan beberapa hari lalu." Tandasnya.

Nai membalikan badannya sebentar kemudian tersenyum dan kembali berjalan menuju dapur.

Kedua kakak beradik itu bergegas pergi ke kantor dengan mobil masing - masing sedangkan Nai sibuk menyiram bunga di taman belakang.

Siang hari beberapa wanita datang, menurut penjelasan Bi Nuni, mereka adalah pembantu dirumah ini juga. Para pembantu itu langsung melotot melihat Nai.

"Wah,, pantas saja kita semua disuruh pulang, sepertinya tuan kita lebih memilih pembantu muda ya." Cibir seorang wanita yang berbicara dengan beberapa orang lainnya.

"Iya, aku kira dia sudah dipecat, setauku sulit sekali bisa mengerti tuan Benji dan adiknya." Ucap wanita lainnya.

" Tapi sedih ya, kita diam dirumah saja di gaji, dia mau digaji saja kerja, wajahnya tidak seberuntung nasibnya. Hahahaha.." mereka tertawa lepas, sedangkan Nai hanya melirik sembari tersenyum kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Mereka sebenarnya masih bekerja dirumah ini, namun tanpa sepengetahuan ayah Benji, mereka dipulangkan karena menurut Benji terlalu banyak pembantu dirumah ini. Tidak dipecat, hanya saja mereka harus ada ketika ayahnya Benji ada dirumah.

Toook..toookkk...

" Selamat siang tuan besar, silahkan masuk, kok tidak telepon dulu mau kesini? Saya buatkan air." Ucap bi Nuni sembari membukakan pintu.

" Saya bosan dirumah. Bagaimana keadaan rumah? Anak - anak ke kantor ?" Tanya pria paruh baya itu. Terlihat usia tua namun masih tetap gagah dan berwibawa.

" Iya tuan,, tuan Benji dan tuan Bhramsy pergi ke kantor karena ada rapat katanya. Tuan besar, kakinya kenapa? Mau saya pijit ? Saya ambil minyak urut ya. " Sambung bi Nuni sambil berjalan. Bi nuni sudah tidak canggung lagi karena memang dia pembantu pertama dirumah itu.

"Tidak usah, saya mau ke taman belakang. Tolong bawakan air ke taman belakang ya."

"Baik tuan."

"Selamat siang tuan besar." Semua pembantu menyapa ketika pak Wijaya melewatinya.

"Ya siang,, sehat semuanya? Yang betah ya kerja disini " saya kebelakang dulu. Lanjutkan pekerjaannya" sembari tersenyum ramah ayah Benji berjalan tertatih - tatih ke belakang."

Di taman belakang.

Pak Wijaya melihat Nai sedang membersihkan taman, terlihat pekerjaannya benar - benar rapi.

" Ini tuan airnya "

"Simpan disini bi. Dia pembantu baru ?"

"Oh itu Naipah, iya tuan dia pembantu baru juga disini."

"Nai, kesini sebentar." Panggil bi Nuni.

Naipah yang mendengar namanya dipanggil segera mencuci bersih tangannya dan mendatangi bi Nuni.

" Ini tuan besar. Pemilik rumah ini." Sambung bi Nuni.

" Selamat siang tuan, saya Naipah," Naipah dan pak Wijaya bersalaman, karena kebiasaan, Naipah mencium tangan pak Wijaya. Pak Wijaya pun tersenyum.

"Bi tolong buatkan makan siang ya." Perintah pak Wijaya. Bi Nuni menganggukan kepala dan pergi kebelakang.

" Nai, sini, saya belum kenal sama kamu, kamu umurnya berapa ?" Pak Wijaya mulai bertanya. Sambil bertanya pak Wijaya memijit - mijit kakinya sendiri. "Ini minyak urut punya siapa?" Tambahnya.

" Saya 24 tahun tuan, itu barangkali milik bi Nuni tuan, tadi sehabis dari pasar, sepertinya dia lupa menyimpannya." Jawab Nai sambil tersenyum.

" Sekalian saja kalau begitu, tolong pijit kaki saya, sepertinya masih sakit." Titah si pemilik rumah.

Naipah pun tersenyum dan mengangguk.

" Sepertinya kaki tuan terkilir, sudah pernah dipijit yah? Tapi maaf ini masih bengkak tuan, uratnya belum pas, maaf kalau sakit."

" Kamu bisa? Coba tolong. Kemarin sudah dipijit tapi masih sakit."

" Saya coba tuan, tapi maaf kalau sakit."

"Ya tidak apa - apa." Pak Wijaya tersenyum melihat Nai.

" Kamu betah kerja disini? "

" Betah tuan."

" Apa anak sulung saya selalu marah - marah?"

" Tidak tuan, tuan Benji dan tuan Bhramsy baik kepada semuanya termasuk saya."

" Yang betah kerjanya ya. Titip. Maafkan anak saya, Benjamin memang sedikit berbeda. Dia keras, beda dengan adiknya. Saya juga bingung punya 2 anak tapi sifatnya bumi dan langit. Seharusnya Benjamin sudah menikah mengingat umurnya yang saya rasa cukup, namun dia masih menolak. Punya pacar saja belum, berbeda dengan Bhramsy, setiap bulan ganti pacar. Salah saya mungkin ya teralu memberikan beban pekerjaan untuk dia." Ucap pak Wijaya sembari memegang pelipisnya.

" Tuan Benji dan Tuan Bhramsy sama- sama baik tuan. Namanya adik kakak itu pasti beda. Bahkan yang kembar pun beda sifatnya tuan. Perihal menikah, setiap orang memiliki jodohnya masing - masing tuan." Entah keberanian dari mana Naipah bisa mengobrol dengan Tuan Wijaya, sehingga suasana mencair.

"Umur saya sudah tua Nai, saya ingin gendong cucu, sepi dirumah. Sejak Benji dan Bhramsy saya suruh tinggal disini, mereka tidak pernah mengunjungi saya dengan alasan sibuk. Mereka hanya menelepon saya sambil melarang papi jangan ini, papi jangan itu, saya mau ke perusahaan saya saja mereka larang. Kadang saya marah pada diri saya sendiri, saya memberikan perusahaan yang betul - betul membutuhkan orang yang mau sibuk. Tapi di masa tua, ingin rasanya saya ditengok oleh anak, mengobrol. Kadang saya merasa marah pada mereka, seperti mereka tidak sayang sama papinya sendiri." Pak Wijaya menarik nafas panjang. Terlihat dibalik kegagahannya, dia merasa sangat kesepian.

"Aaaah, tidak begitu tuan. Bagaimanapun, setiap anak pasti menyayangi orangtuanya, dengan berbagai cara. Meskipun caranya tidak sama seperti yang kita harapkan, yakin bahwa mereka menyayangi kita dengan cara mereka masing - masing. Dengan tuan Benji sibuk pun, itu artinya menjaga amanat yang tuan berikan bukan? Jika tidak, bisa saja tuan Benji santai dirumah tanpa memikirkan perusahaan." Jelas Nai sambil tersenyum dan terus memijit.

" Iya memang, tapi kalau memang sibuk, jangan larang - larang saya. Saya kan sudah tua tidak mungkin macam- macam. Saya mau kesini tidak boleh, kesana tidak boleh. " Tambah pak Wijaya.

" Ahahhahaha,, iya tuan, namun barangkali tuan Benji seperti itu karena sayang pada tuan, mereka tidak mau tuan kenapa - kenapa. Sayapun begitu tuan, saat saya kecil, saya kesal sekali kepada orang tua saya, saya dilarang main, dilarang hujan - hujanan, saya tidak boleh pergi kalau tidak diantar, mau makan ini tidak boleh, itu tidak boleh.."

" Saya juga demikian Nai. Saya jadi seperti anak kecil yang diatur anaknya sendiri." Potong pak Wijaya.

" Tapi tuan, orang tua memiliki alasan, mereka seperti itu karena mereka sayang pada kita, mereka menjaga. Sayapun baru paham setelah saya dewasa. Dan saya pun demikian tuan, kadang saya yang mengatur orangtua saya dan malah saya banyak melarang." Ucap Nai sambil tersenyum.

" Nah kenapa kamu begitu Nai? Apa anak jaman sekarang semua tipe nya begitu?"

"Eheheheh, saya sayang orangtua saya tuan. Jujur saya takut, kadang saya berfikir, ayah ibu saya sudah renta, bagaimana kalau dijalan ada apa- apa, bagaimana kalau dia tidak bisa naik angkot atau tersesat, apa masih ada orang baik ketika ayah ibu saya belanja lalu belanjaannya teralu berat ? Apa ada yang membantu? Terlalu banyak ketakutan yang saya fikirkan terhadap orangtua saya tuan. Maka dari itu sayapun banyak melarang." Pungkas Nai.

"Semoga kedua anakku juga berfikir demikian. Saya akan sangat senang jika mereka memang menyayangi saya." Jawab pak Wijaya lagi.

" Kita sayang papi, makanya kita larang, kita gak tega papi kesana kesini, makanya semua kita yang urus. Betul kata Nai pi, kita sayang papi, mungkin cara kita beda. Tapi percaya deh, kita sayang sama papi."

Suara Benjamin dan Bhramsy mengagetkan Nai dan pak Wijaya. Sejak awal, Benjamin sudah kembali dari kantor dan ingin menemui ayahnya, namun dia mengurungkan niat dan menguping pmbicaraan keduanya.

" iya pi, papi inget dulu Bhramsy juga papi larang main sepeda sama main bola? Papi bilang papi gak mau Bhramsy luka karena jatuh, itu tandanya papi sayang Bhramsy, sekarang Bhramsy juga larang papi karena Bhramsy sayang sama papi. Maaf Bhramsy gak pernah nengok papi, janji deh nanti Bhramsy sama Nai kerumah papi. Ya Nai ya?" Cerocos Bhrams.

Nai hanya menunduk dan tersenyum, dia masih mengingat ucapan Benji yang meminta agar dia jaga jarak dengan Bhrams.

" Eh,, sama Bian. Nai Nai terus. Kamu sama Bian kerumah papinya. Aku sama Nai. Upsss.." Benji langsung menutup mulutnya. Dia kaget dengan apa yang dia ucapkan sendiri.

" Sudah - sudah, kok jadi rebutan Nai. Nai, kamu boleh kebelakang, nampaknya kaki saya sudah enak. Mau saya coba pakai jalan -jalan sebentar. Oh iya, Benji, ada yang mau papi bicarakan. Sini.

Haaaaaiiiii pembacakuuuu yang kucintaiiii..

Maaf ya kalau masih acak - acakan.

Kalau yang nanya, nikahnya kapan, masih agak lama yah. Sabar dulu dong.

Biarkan ada ombaknya dulu. Terimakasih sudah mampir. Yang mau promo juga boleh jangan sungkan yaaaaa.😘😘😘😘😘

Episodes
1 Prolog
2 Naipah
3 Bianca
4 Janda? nasib? jalan hidup?
5 butuh uang?
6 Bhramsy berubah?
7 Awal kekesalan
8 Jameela
9 Papi Datang!
10 Bertemu Almeera
11 Hadiah untukmu.
12 Mengikuti Jameela
13 Jebakan!
14 Di Penjara! Siapa dia?
15 Diselamatkan.
16 Tangisan Jameela
17 Dia Sahabatku.
18 POV Bianca
19 Pengakuan.
20 Apa semua uangmu sanggup membelinya?
21 Hilang lagi!
22 Bandung bukan tempat berlindung!
23 Pahitnya Kenyataan.
24 Sedikit melupakan kesakitan.
25 Kau Akan bahagia.
26 Semua akhirnya terbongkar. Nai si pembohong!
27 Ada, Diatas.
28 Kebohongan tingkat tinggi!
29 Terlibat Lagi!
30 Lupakan Tawaranku!!
31 Penghuni Baru.
32 Aku datang seperti apa katamu, Tuan!
33 Memulai hidup baru.
34 Memulai hidup baru 2.
35 Musuh baru.
36 Pintar atau bodoh? kontrak????
37 Kebersamaan, Hadiah untuk Bianca.
38 Memiliki istri, merubah duniaku.
39 Kau pintar, kau memiliki bakat yang luar biasa.
40 Sedikit tentang Nai.
41 janjiku padanya.
42 Kecelakaan.
43 KAU BUKAN NAYANIKA!!!!!
44 Itu jual beli.
45 Aku tau dia berhasil selamat.
46 Inilah sifat asli Nayanika.
47 Dan, nyalakan lagi listriknya!
48 Membuat Nai cemburu.
49 Kini kamu yang celaka.
50 Kemasukan sesepuh pohon talas!!!
51 Ijinkan aku berbagi dunia baru denganmu.
52 Jika kau memintaku sesempurna itu.
53 "AKU BADAI NYA!!!!!"
54 Tenggelam!
55 Hai tampan, tuan tidak usah menangis!!!
56 Air!
57 Buah kalengan.
58 Ide Roni!
59 Menjalankan ide Roni!
60 Jalan - jalan.
61 Jualan dompet??
62 Terima Kasih Tuhan, aku bisa membalas budi.
63 Nayanikaku sewenang - wenang!!!!
64 Mau bayi!!!!!!!!!
65 Obrolan Tengah Malam.
66 Metode Skin To Skin Contact.
67 Dengan caraku.
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Prolog
2
Naipah
3
Bianca
4
Janda? nasib? jalan hidup?
5
butuh uang?
6
Bhramsy berubah?
7
Awal kekesalan
8
Jameela
9
Papi Datang!
10
Bertemu Almeera
11
Hadiah untukmu.
12
Mengikuti Jameela
13
Jebakan!
14
Di Penjara! Siapa dia?
15
Diselamatkan.
16
Tangisan Jameela
17
Dia Sahabatku.
18
POV Bianca
19
Pengakuan.
20
Apa semua uangmu sanggup membelinya?
21
Hilang lagi!
22
Bandung bukan tempat berlindung!
23
Pahitnya Kenyataan.
24
Sedikit melupakan kesakitan.
25
Kau Akan bahagia.
26
Semua akhirnya terbongkar. Nai si pembohong!
27
Ada, Diatas.
28
Kebohongan tingkat tinggi!
29
Terlibat Lagi!
30
Lupakan Tawaranku!!
31
Penghuni Baru.
32
Aku datang seperti apa katamu, Tuan!
33
Memulai hidup baru.
34
Memulai hidup baru 2.
35
Musuh baru.
36
Pintar atau bodoh? kontrak????
37
Kebersamaan, Hadiah untuk Bianca.
38
Memiliki istri, merubah duniaku.
39
Kau pintar, kau memiliki bakat yang luar biasa.
40
Sedikit tentang Nai.
41
janjiku padanya.
42
Kecelakaan.
43
KAU BUKAN NAYANIKA!!!!!
44
Itu jual beli.
45
Aku tau dia berhasil selamat.
46
Inilah sifat asli Nayanika.
47
Dan, nyalakan lagi listriknya!
48
Membuat Nai cemburu.
49
Kini kamu yang celaka.
50
Kemasukan sesepuh pohon talas!!!
51
Ijinkan aku berbagi dunia baru denganmu.
52
Jika kau memintaku sesempurna itu.
53
"AKU BADAI NYA!!!!!"
54
Tenggelam!
55
Hai tampan, tuan tidak usah menangis!!!
56
Air!
57
Buah kalengan.
58
Ide Roni!
59
Menjalankan ide Roni!
60
Jalan - jalan.
61
Jualan dompet??
62
Terima Kasih Tuhan, aku bisa membalas budi.
63
Nayanikaku sewenang - wenang!!!!
64
Mau bayi!!!!!!!!!
65
Obrolan Tengah Malam.
66
Metode Skin To Skin Contact.
67
Dengan caraku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!