"Bu, maaf, ini saya langsung masak saja atau bagaimana?" Naipah masih bingung.
"Mau masak untuk makan siang? langsung saja, itu tadi bahannya sudah ada semua, tinggal pilih." jawab bu Nuni. Bu Nuni adalah salah satu asisten rumah tangga yang cukup lama bekerja dirumah ini.
"Nai, kalau kerja disini itu harus yang kuat. tuan kadang marah - marah tanpa alasan. kadang meminta masakan tapi tidak dimakan. Tuan juga selalu marah kalau kemejanya kurang rapi. jangan ada noda sedikitpun, harus wangi, kalau kamu setrika baju tuan, ada parfum khusus, nanti ibu kasih tahu kalau kamu mau menyetrika. yang sabar ya." timpalnya.
"Siap bu. terimakasih ya."
"Tenang bu, saya sudah kuat menghadapi kumpeni - kumpeni dan masa penjajahan yang seperti ini. meskipun sebelumnya tidak tampan, tapi sekarang setidaknya saya bisa cuci mata kalaupun saya kena omel." Nai.
Nai pun dengan cekatan memasak hanya untuk makan siang. sebab makan malam dibuat pada sore hari. sehabis memasak, Nai melanjutkan dengan mencuci pakaian dan membereskan kamar tuannya. betapa kagetnya saat dia memasuki kamar pria itu. Terlihat sangat luas dengan interior yang sangat simple namun menunjukan kesan maskulin. Dinding yang di cat abu-abu ditambah beberapa lampu kecil di pinggir tempat tidur menambah nyaman siapapun yang ada didalamnya.
Naipah berkeliling melihat kondisi kamar itu.
" Waaaaahhhh ada balkon".. dia segera membuka gorden yang menutupi pintu kaca, teringat bahwa dia memiliki banyak kunci. Naipah pun dengan segera mencoba membuka pintu itu dengan kuncinya.
"Sudah 10 kunci belum juga ada yang masuk , yang mana kuncinya ya?" Naipah mengerutkan dahi tanda putus asa.
"Ah sudahlah. lain kali saja, aku harus rapikan kamar dan mencuci.." Gumamnya sambil mulai merapikan sprei disusul dengan mangambil keranjang baju kotor, dasar naipah iseng, sambil turun ke bawah dia menciumi baju kotor milik tuannya..
"Apanya yang kotor tuan? ini wangi parfumnya saja masih menempel dan tidak sedikitpun ada bau keringat!" sambil geleng - geleng kepala.
Di Kantor
"Ismi, masuk ke ruangan saya !" perintah si pemilik suara.
" Baik pak."
Tokkk..tokk
" Masuk."
"Jadwal saya apa hari ini?" tanya si bos dengan suara datar.
" Jam 1 siang rapat dengan pemilik Tri Raksa Group pak."
"Hanya itu?"
" iya pak."
" Suruh manager kita yang rapat, kamu temani. Saya ada urusan mendadak, oh ya, sampaikan pada Manager untuk meyakinkan mereka agar mau menjalin kerjasama dengan kita." perintahnya dengan santai namun menekan.
"Ba,, baik pak."
" Ya sudah kamu boleh kembali ke ruanganmu."
"Terimakasih pak, saya permisi." sambil tersenyum wanita itu keluar ruangan.
Benji menuju parkiran dan langsung memacu mobil Alphardnya dengan kecepatan tinggi.
Sebenarnya ada beberapa mobil lain, namun benji lebih memilih mobil ini untuk pergi ke kantor karena menurutnya mobil ini terlihat elegan. sepanjang perjalanan wajah Naipah tidak hilang dari fikirannya.
" Sebentar, aku apakan dia hari ini ? apa dia sudah beres memasak? atau belum ? apa sudah membereskan kamarku? semoga saja belum beres agar aku bisa mencari hiburan dengannya. Paling tidak, aku bisa melihatnya benar - benar bekerja atau memiliki niat lain."
Sampai didepan rumahnya, Pak ujang membukakan pintu gerbang untuk Benji. Dia tau tuannya memang sering memberikan kejutan jantung bagi para pekerja dirumah dengan cara pulang tiba - tiba.
"Tolong pak parkirkan mobil." sembari memberikan kunci pada pak Ujang.
" Siap tuan."
"Naaaai,, Naiiiiii? ih tuli!!! " sambil berteriak matanya mengamati ruang tamu.
"Harus jam segini kak? ini belum siang loh untuk mengerjai orang." Bhramsy tiba - tiba muncul dari lantai atas.
"Nai mana?" Tanya sang kakak datar.
"Entahlah ," jawab Bhrams sekenanya.
Sambil menuruni anak tangga, Bhrmasy mencoba menasihati kakaknya. " Kasihan kak, aku tahu maksud kakak memilih pembantu muda, tapi jangan keterlaluan. Kasihan."
"Dia belum tua, masih teralu muda, belum jadi seorang ibu, dalam arti, dia masih anak ibu bapaknya. Kakak bisa bayangkan bagaimana sedihnya ibu bapak Nai kalau tau dia dikerjai habis - habisan oleh kakak?" timpal Brhamsy.
Deggggg!
Benji terdiam sejenak mencerna ucapan adiknya. tidak ada yang salah, karna dia pun merasakan ayah dan ibunya sangat menyayangi mereka.
"Ah,, sudahlah,, tidak akan aku siram air panas juga. Dan lagi, kekuasaan ada ditanganku, jadi sebagai adik, kamu diam saja." jawabnya datar.
"Kasian nasib kamu Nai."
Bhramsy memang penyayang, dia selalu merasa kasihan terhadap siapapun, bahkan semua asisten rumah tangga termasuk pak ujang pun tak luput dari keisengan stadium 4 kakaknya itu, dan selalu bhramsy yang membela mereka. Bhramsy masih punya hati, kakaknya? kemungkinan besar tidak.
Benji berjalan menyusuri dapur, dia melihat Nai sedang mencuci piring.
"Masak apa?" tanya benji dingin.
"Eh tuan, saya masak ayam kemangi, cumi pete, udang tepung, tumis pakcoy tahu, dan sayur sop tuan." Naipah menunduk sedikit ketakutan.
"Kau mau masak buat 1 minggu?" aku tidak rakus seperti yang kau fikirkan. Besok masak yang betul, jangan banyak - banyak." ucap Benji setengah membentak.
"Mari kita sedikit bermain - main Naipah.
" Ya sudah, taruh makanannya didepan, aku mau coba masakanmu." sambil melangkah pergi menuju meja makan.
Bhramsy berlari menuruni tangga karena merasa lapar. dia melihat banyak sekali makanan di meja makan.
" Waaaahhh,, ayam kemangi,, hmmmmm, dari wanginya saja enak nih, semoga tidak zonk lagi seperti yang aku beli kemarin. Ini juga udang, pakcoy, wah semuanya kesukaanku. Nai kamu cenayang? dukun? kok tau banget makananku?" Bhramsy berdecak kagum sembari mengambil nasi dan lauknya.
"Bhrams, sopan sedikit, kakak saja belum ambil." Benji sedikit kesal.
"Kak makan saja, rejeki jangan ditolak, hargai yang masak dong." Bhramsy tidak menggubris ucapan kakaknya.
"Sini Nai, mau makan bareng? ayo." ajak Bhramsy.
"Eh tidak, Nai kau kembali ke dapur sana, kenapa berdiri disitu. tempatmu didapur." Tak ada yang salah dari ucapan Benji, namun sepertinya dia sedikit merendahkan dengan menyebut posisi.
" Baik tuan, saya permisi."
"Naaaaaahhh ini baru enak pake banget, Naaaaiiii? besok masak ayam ini lagi, aku sukaaaaa. Terimakasih Naiiii !" seru Bhramsy kegirangan.
" Eh iya enak, sial."
"Masakannya enak, seperti orang yang pernah belajar memasak. Apa semua pembantu bisa masak enak seperti ini?"
Selesai makan, Naipah langsung membereskan semua piring kotor. masih ada satu pertanyaan dibenaknya, " kenapa tuan sudah pulang jam segini?ah biarlah, dia pemilik segalanya, suka suka dia saja."
Tookk.. tooookkk..
Baru saja selesai cuci piring, terdengar ketukan pintu, Naipah yang kebetulan hendak mencari bu Nuni segera membukakan pintu.
"Siang bi,, Bhramsy ada?" tanya wanita itu dengan ramah.
" Ada nona, boleh saya tau dengan siapa?" tanya Nai.
" Bilang saja Bian."
"Baik nona Bian, silahkan masuk dulu, saya panggilkan tuan sebentar. eh,,, nona mau minum apa ?" tanyanya lagi.
"ah, tidak usah bi, saya mau berangkat juga."
"Baiklah kalau begitu, sebentar saya panggilkan."
Naipah menaiki anak tangga dengan cepat, dia bingung karena banyak sekali kamar diatas.
" Masalah baru.. yang mana kamarnya?" gumamnya.
" Aku ada ide, kita dengarkan setiap pintu, kalau ada penghuninya, minimal ada sedikit suara." dia memulai dengan pintu yang paling dekat dengannya.
"Pintu pertama kosong!"
"Pintu kedua, juga!"
"Pintu ke tig....
cklekkkk....
Naipah terkejut dan langsung menunduk ketakutan.
" Baru sehari disini sudah berani menguping?????? mau mencuri? atau menjadi mata - mata?" tanya Benji dengan nada tinggi.
" Tidak tidak tuan.. emh,, maaf.. saya mencari mas Bhramsy,, itu...
" Kamu ada main dengan adikku?" belum selesai Naipah bicara namun sudah dipotong kembali oleh Benji.
" Bu - bukan begitu tuan, maaf,, dibawah ada temannya, saya tidak tahu kamar mas Bhramsy yang mana, saya cari bi Nuni juga tidak ada." Naipah menunduk ketakutan sambil memilin - milin ujung bajunya.
" Alasan.. kau punya mata kan? Lihat itu di paling pojok!!!" Benji membentak sambil menunjuk sebuah kamar yang nyaris tidak terlihat.
" Disitu jelas tertulis kan?"
Naipah sangat kaget, pintu itu bertuliskan BHRAMSY dengan jelas.
" Maaf tuan." Naipah tertunduk lesu karena menyadari kecerobohannya.
"Ya sudah pergi sana. ingat, jangan sekali - kali menjadi orang jahat dirumah ini."
"Maafkan saya tuan."
Naipah melangkahkan kaki dengan sedikit sakit hati, sungguh, sejak kecil dia selalu belajar jujur namun hampir semua orang menuduhnya berbuat tidak baik. Naipah merasa masa lalu perihnya kembali.
took.. toook..
Naipah mengetuk pintu kamar Bhramsy sembari menunduk menahan air matanya.
tidak lama kemudian Bhramsy membuka pintu kamar.
" Hai Nai???ada apa?"
" Mas, ada yang cari mas, namanya nona Bian, dia sedang menunggu dibawah." sambil terus tertunduk.
" Oke sebentar ambil tas dulu. eh kamu kenapa Nai?" lirik Bhramsy sambil mengamati Naipah.
" Tidak apa - apa tuan, saya permisi."
" Naiii tunggu" Bhramsy menarik tangan Naipah, dia menaikan dagu Naipah. dengan sekejap Bhramsy melihat mata Naipah yang berkaca-kaca.
" Kamu menangis? kenapa? kakaaaaaaaak!!!!!! Teriaknua
" TIDAK AKU APA - APAKAN PEMBANTU TERSAYANGMU ITU BHRAMSY! DIA MENGUPING KAMARKU DAN AKU HANYA MEMPERINGATINYA." Balas teriak sang kakak dari pojok kamar lainnya.
" Nai aku ke kampus dulu, aku pulang cepat, nanti janji cerita yah apa yang dilakukan oleh kakakku. kamu hati - hati dirumah." tangan Bhramsy kini menangkup kedua pipi Naipah.
"Dadah Nai.. aku terlambat." buru - buru Bhramsy menuruni anak tangga meninggalkan Naipah yang masih mematung didepan kamar.
" Seandainya semua orang disini berbaik hati seperti mas Bhrams, mungkin aku tidak akan cepat tersinggung seperti ini."
Naipah menghapus air mata yang sudah tidak terbendung lagi.
Di sisi lain, ada pria yang dingin melihat wanita menangis. Benji.
"Selemah itukah perempuan? Memang aku apakan dia hingga dia menangis. Cengeng!!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments