Bukan Rindu Yang Terlarang
Assalamualaikum ... Pembaca yang author sayangi. Dukung karya Author yang satu ini yuk?
Cek ombak dulu, ya? Kalau banyak yang subcribe, like / tap love, dan komentar, Author akan up kisah Nirmala setiap hari. Terima kasih .... 🙏
Namaku Nirmala Prameswari, hari ini adalah hari di mana aku dipersunting oleh laki-laki yang dijodohkan oleh kedua orang tuaku. Azril Tirta Hariyadi namanya. Mas Azril aku memanggilnya. Bagaimana tidak bahagia, hari ini aku menjadi pengantin, dan suamiku begitu tampan, sesuai dengan kriteriaku selama ini. Selain tampan dia juga sholeh, ia seorang muslim yang taat, meskipun bukan seorang pemuka agama, ustadz, atau trah pesantren. Dia hanya seorang biasa yang taat dengan ajaran agamanya. Bunda dan Ayah memang terbaik, kalau memilihkan apa pun untukku termasuk pasangan hidupku. Aku yakin Mas Azril pilihan bunda dan ayah yang terbaik untukku.
Pelaminan super megah dengan desain klasik sudah terpajang sempurna di halaman rumahku. Nuansa perak dan gold, turut menghiasi pelaminan yang super megah itu. Sungguh ini adalah konsep pernikahan yang aku impikan. Aku duduk diapit kedua kakak laki-lakiku, dan di sana, di tempat untuk mengikrarkan janji suci, aku melihat Mas Azril duduk di hadapan ayah. Aku mendengarkan prosesi akad nikah, dan terdengar suara Mas Azril mengucapkan ikrarnya di depan ayah dengan suara lantang dan lugas.
Suara SAH para tamu undangan menggema di seluruh penjuru ruangan. Aku dipeluk Mas Aqib dan Mas Arsya, seraya mengucapkan selamat padaku.
"Selamat, Nduk. Kamu sudah jadi istri. Solehah, ya? Taat pada suamimu," kata Mas Aqib, mas ku yang pertama.
"Nggih, Mas. Insya Allah Mala taat sama suami. Doakan nggih, Mas," jawabku dengan rasa bahagia.
"Mala adikku, sudah jadi istri kamu, Nduk. Selamat ya? Jadi istri yang taat pada suami. Selalu hormati suamimu," ucap Mas Arsya.
"Nggih, Mas. Pandongane mawon," jawabku.
"Ayo ke sana, mas antar kamu menemui suamimu," ajak Mas Aqib.
Aku berdiri di depan Mas Azril, dia menyambutku, menggamit tanganku, lalu ia menyematkan cincin kawin di jari manisku, dan ia kecup keningku. Aku juga menyematkan cincin kawin di jari manis Mas Azril, lalu aku cium tangannya. Hari ini aku resmi menjadi istri dari Azril Tirta Hariyadi. Seorang Arsitek dan memiliki usaha di bidang properti.
Malam ini setelah selesai acara resepsi, aku langsung diboyong Mas Azril ke rumah baru kami. Aku memang beruntung, mendapat Mas Azril yang sudah mapan dalam segala hal. Bukan hanya itu, dia juga sangat lowprofile orangnya. Meskipun dia orang yang punya, boleh dibilang pengusaha sukses, tapi dia berpenampilan sederhana sekali.
"Nirmala pamit, Bunda," ucapku dengan memeluk bunda, saat akan dibawa suamiku ke rumahnya.
"Baik-baik di sana, jaga dirimu. Berbakti pada suamimu. Ingat, Nduk ... Surgamu sekarang ada pada suamimu," tutur Bunda.
"Nggih, Bun. Doakan Mala selalu, Nggih?" Aku mencium tangan bunda, meminta restu padanya. Pada perempuan yang melahirkanku.
"Ayah, Mala pamit." Aku pamit pada ayah, rasanya benar-benar berat untuk meninggalkan kedua orang tuaku. Aku sebagai anak bungsu sangat berat meninggalkam ayah dan bunda, apalagi aku adalah anak perempuan satu-satunya.
Aku pamit juga dengan Mas Aqib dan Mas Arsya. Mereka merelakanku dibawa suami, karena memang seorang istri harus patuh pada suami, asal suami masih di jalan yang benar. Kata Mas Aqib, biar ayah dan bunda menjadi tanggung jawabnya sebagai anak sulung.
Kami pamit juga pada papa dan mama, orang tua Mas Azril. Meskipun Mas Azril anak tunggal, Mas Azril dibebaskan mau tinggal di mana, bukan malah disuruh menempati rumah mama dan papa. Semua mendoakan kami, mendoakan sepasang pengantin baru yang tengah bahagia.
^^^
Kami sudah sampai di rumah baru kami. Rumah yang klasik, modern, dan mewah itu yang akan kami tinggali. Rumah yang nantinya akan menjadi saksi kisah cinta kami berdua dalam membangun rumah tangga yang penuh suka, duka, dan bahagia.
"Ayo Mala, kita masuk. Biar koper kita Mbak Titin yang ambil," ajak Mas Azril.
"Nggih, Mas," jawabku.
Mas Azril menggamit tanganku, lalu masuk ke dalam rumah kami. Tiga orang asisten menyapa kami, Mas Azril mengenalkan mereka padaku.
"Ini Mbak Titin, yang nantinya akan mengurus segela kebersihan rumah, dari nyapu, ngepel, bersih-bersih rumah intinya, kalau sebelahnya Mbak Asih, dia khusus untuk memasak, dan satunya Mbak Yuli, yang nantinya akan mengurus bagian cuci-cuci. Kalau di depan tadi, ada Pak Satpam, Pak Warno namanya, kalau besok pagi yang jaga siang Pak Asep, dan satu lagi Pak Ali itu tukang kebun." Mas Azril mengenalkan semua asisten di rumah padaku.
"Halo mbak, salam kenal, saya Nirmala, panggil saja Mala," ucapku ramah.
"Aduh masa panggil Mala? Ya ibu dong?" ucap Asih.
"Iya, harus ibu dong manggilnya. Pak Azril pintar cari istri, cantik sekali istrinya," cetus Mbak Titin
"Mbak Titin bisa saja?" Ucapku tersipu malu.
"Memang cantik sekali," timpal Mbak Yuli.
"Selamat datang Bu Mala ... Bu Nyonya kami," ucap mereka kompak.
"Terima kasih atas sambutan kalian," ucapku.
"Kami ke kamar dulu ya, Mbak, tolong koper kami turunkan dari mobil," ucap Mas Azril.
Rumah sebesar ini penghuninya cuma aku dan Mas Azril asistennya banyak sekali? Lalu apa fungsiku jadi istri, kalau pekerjaan rumah semuanya dikerjakan mereka? Atau aku hanya untuk melayani Mas Azril saja di kamar? Senang sih seharusnya, aku dapat tempat ternyaman, dan suamiku benar-benar menjamin hidupku untuk dibahagiakan, tapi tugasku sebagai istri jadi kurang sempurna. Ya sudah mau bagaimana lagi? Aku nikmati saja menjadi Nyonya Azril.
Kami sudah di kamar. Aku benar-benar gugup, tidak berani menatap wajah suamiku malam ini. Mas Azril mendekatiku, tangannya memegangi kedua bahuku, lalu ia mendongakkan kepalaku supaya aku bisa menatapnya.
"Kenapa menunduk?" tanya Mas Azril.
"Gak apa-apa, Mas," jawabku dengn gugup, dan aku alihkan tatapanku dari tatapan Mas Azril, karena aku tak sanggup menatap matanya yang indah.
"Kok nunduk lagi? Ini suamimu. Malam ini kita akan memulai lembaran baru. Apa kamu sudah siap untuk menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri?" Tanya Mas Azril.
"Iya, Mas. Insya Allah saya siap lahir dan batin," jawabku.
"Alhamdulillah," ucapnya lalu ia kecup keningku, sesudah itu ia membaca doa, meniupkannya pada ubun-ubunku, Mas Azril mengecup ubun-ubunku, dan keningku
Malam ini aku persembahkan semuanya yang selama ini aku jaga baik-baik. Aku persembahkan dengan penuh keikhlasan dan cinta untuk Mas Azril suamiku. Kami bergumul dengan peluh berjatuhan. Dinginnya AC kalah dengan panasnya pergumulan kami malam ini. Malam ini aku sudah serahkan semuanya untuk Mas Azril, begitu juga hatiku, karena aku memang sudah jatuh cinta sejak pertama berkenalan dengan Mas Azril.
Selesai ritual kami, Mas Azril mengecup keningku, pipi, dan bibirku. Lalu ia merebahkan tubuhnya di sampingku dan mendekapku, kita sama-sama mengatur napas kita yang masih belum beraturan seperti habis lari maraton. Beginilah nikmatnya surga dunia. Beginilah rasanya dipeluk, dicium, dan dicumbu suami? Sungguh ini adalah nikmat yang tiada tara. Apalagi ini yang pertama bagiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ketawang
Awal yg manis...
Lanjuuuttttt maraton💪🏻
2024-07-08
0
Yunerty Blessa
moga rumah tangga Mala dan Azril bahagia...
2024-01-26
0
yani suko
malam pertama itu sakiitt
gak ada enaknya...ayolah thor
2024-01-22
0