Bab 15

"Loh... kakek Papa, ngapain kalian ke sini?" tanya Alex menghalangi pintu masuk apartemen itu.

"Cucu kurang ajar! kau tidak menyuruh kami masuk!" ketus sang kakek.

"Haiiiss... Mengganggu saja." gerutu Alex memberi jalan kepada Kakek dan Papanya.

Tuk....

"Kau pikir kami tidak tau apa isi kepala kau itu." ujar sang kakek berlalu dari cucu kesayangannya itu.

Alex hanya mampu garuk garuk kepala yang tidak gatal, kakeknya tau aja apa yang dia mau.

"Mana cucu mantu kakek?" tanya Kakek Bagas.

"Lagi di dapur, tadi mau bikin minum, ntar aku susul dulu." ujar Alex.

Namun belum sempat Alex menyusul, sang istri sudah ada di sana.

"Eh... Ada tamu." ujar Arimbi tidak enak hati, karena pakaian yang dia pakai tidak menutup Auratnya, dia hanya memakai kaos oblong yang kebesaran dan celana leging panjang, karena dia pikir hanya dia dan suaminya saja di apartemen itu.

"Tidak apa sayang, sini kenalin sama Kakek dan Papa kakak." ujar sang suami.

"Assalamualaikum... Kakek." ujar Arimbi sambil mencium tangan keriput sang kakek dengan takzim, seketika hati kakek tua itu menghangat mendapat perlakuan seperti itu dari cucu menantunya.

"Wa'alaikum salam sayang, siapa namamu Nak?" tanya sang kakek sambil membelai kepala Arimbi dengan penuh sayang.

"Arimbi Saquela kek," ujar Arimbi dengan sopan.

"Nama yang bagus." ujar sang kakek tidak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Arimbi.

"Apa Ayah akan memonopoli menantu ku seorang diri." cibik Papa Andi.

"Ah... kau mengganggu saja." sewot Kakek Bagas.

"Perkenalkan dirimu sama pria perajuk itu sayang," ujar Kakek Bagas dengan menatap sinis dang anak.

"Assalamualaikum... Pa," ujar Arimbi melakukan hal yang sama dengan sang kakek.

"Wa'alaikum salam menantu papa yang cantik." ujar papa Andi tersenyum lembut kepada sang menantu.

"Kamu kerja di mana sayang?" tanya Papi Andi.

"Aku pelayan di Restoran pelangi pa," jawab Arimbi yang belum mau membuka identitasnya, dia mau tau apa respon orang orang itu tentang pekerjaannya, biasanya orang kaya akan selalu memandang status sosial, apa kah dua laki laki ini juga sama dengan mereka.

"Wahh... Restoran elit itu, pintar kamu bisa masuk di sana nak, padahal masuk di sana cukup susah, Alvaro sangat pilih pilih mencari pegawainya." ujar sang Papa juga kenal dengan bos Arimbi itu.

"Iya, Rimbi sedikit beruntung, makanya bisa bekerja di sana." ujar Arimbi dengan tersenyum lembut.

"Dasar kau sayang, apa kamu belum percaya dengan kelurga ku, hingga profesi mu saja masih kau sembunyikan, tapi itu lebih baik, kakak juga ngak mau orang orang tau tentang siapa kamu, setidaknya papa dan Kakek menerima mu dengan baik, tapi kakak tidak bisa menjamin mama menerima mu, tapi tenang saja ada kakak, kakek dan papa di sisimu sayang, kakak tidak akan biarkan orang lain menyakitimu." gumam Alex dalam hati, memandang sang istri penuh cinta.

"Oh... Iya kakek sama papa mau minum Apa?" tanya Arimbi.

"Apa saja, tapi kakek jangan terlalu manis minumnya." ujar sang kakek.

"Baiklah, klau gitu Rimbi bikin teh herbal aja ya." ujar Arimbi.

"Baiklah." ujar Papa dan Kakek mengangguk setuju.

"Maaf ya kek, Rimbi ngak ada apa apa di rumah, soalnya kami baru pindah hari ini." ujar Arimbi tidak enak hati, membawa minuman dan untungnya tadi dia sempat membeli brownis.

"Tidak apa sayang, kami yang datang tiba tiba." ujar sang kakek.

Ting...

Tong....

Bel apartemen itu kembali berbunyi.

"Nah, itu gofood kita sudah datang." ujar Alex berdiri dan berjalan ke arah pintu, untuk mengabil pesanannya.

"Kek, Pa, mari kita makan, tadi Alex pesan makanan, untung Alex pesannya banyak." ujar Alex mengangkat kantong di tangannya.

"Baiklah, kami ikut makan." Seru sang papa, beranjak dari duduknya.

Sementara di rumah besar sana, Hesti di pusingkan dengan ke tiga tamunya.

"Kemana suami dan mertua mu tadi Hes?" tanya Linda.

"Tadi lagi ada kerjaan mendadak, jadi mereka pergi tidak sempat pamit." ujar Hesti.

"Kok gitu sih, masih ada tamu loh di rumah, ngak sopan banget ninggalin tamu," ujar Linda tidak tau diri.

"Kalian datang tiba tiba, tanpa ada pemberitahuan dulu," alasan Hesti.

"Tante, kamar Alex mana? aku capek tante, pengen istirahat di kamar Alex." ujar Moza sok manja.

"Maaf Moza, klau kamu mau istirahat ke kamar tamu aja di situ." tunjuk Mama Hesti menunjuk kamar tamu.

"Ih... ngak mau ah.. Tante, aku mau di kamar alex saja." rengek Moza semakin menjadi jadi.

"Kamu ini ngak sopan banget sih Moza, ngak baik tau seorang perempuan masuk ke kamar laki laki." ketus Hesti mulai naik pitam.

"Emang kenapa sih Tan, kan sebentar lagi aku juga akan menikah sama Alex, tetap saja nanti aku akan tidur di kamar Alex kok Tan, trus apa bedanya." ujar Moza.

"Astaga kenapa perempuan ini liar sekali, pantas saja suami, anak dan Ayah mertua ku ngak mau sama dia, kayanya aku harus pikir pikir lagi deh mengadakan pertunangan mereka, apa yang di bilang papa benar adanya ya, perempuan ini bukan gadis baik baik, dan aku hanya di peralat oleh mereka." gumam Hesti dalam hati.

"Sudah lah Moza, klau capek istirahat di kamar tamu saja, benar kata Tante Hesti perempuan tidak boleh masuk ke kamar laki laki." ujar Linda saat melihat raut wajah Hesti yang mulai tidak suka kepada sang anak, jangan sampai ulah sang anak, perjodohan mereka batal, dia tidak mau itu, sementara dia sudah heboh memberi tau semua teman arisannya, klau anaknya Moza akan Menikah dengan Alex, begitu pun sang suami, dia juga mendapat keuntungan dalam perjodohan ini, secara tidak lansung usahanya makin lancar setelah tau Alex adalah tunangan sang anak, jadi banyak para pengusaha ingin bekerjasama dengan perusahaannya.

"Ihhh... Mama norak deh." kesal Moza menghentakan kaki dan pergi keluar rumah karena kesal keinginanya tidak tercapai.

"Astaga, anak itu kenapa berulah sih, bisa bisa perjodohannya di batalkan." panik Linda.

"Moza, apa apaan kamu ini, berperilaku yang sopan lah dulu, klau kelakuan kamu kaya gini, bisa bisa Hesti ngak jadi menjodohkan kamu sama Alex," geram sang papa.

"Hiss... iya iya..." cibik Moza masuk ke dalam rumah.

"Maaf tante, tadi aku sedikit gerah makanya keluar." ujar Moza kembali dengan muka sok manjanya.

"Hehe... Iya iya," ujar Hesti.

"Gerah apaan, ac rumahku nyala semua, kayanya aku pikir pikir lagi deh dengan pertunangan mereka, takut kesalahan aku. mana papa, ayah dan Alex tidak suka dengan Moza, bodo amat dengan persahabatan, dari pada ujung ujungnya aku hancur lebih baik di pikirin lagi deh." gumam Hesti.

"Hes... Haii.... Kenapa melamun?" tanya Linda basa basi.

"Ah... ngak kok." ujar Hesti dengan tersenyum kikuk.

"Gimana Hes, kapan kita ke butik untuk mencari gaun dan juga cari cincin tunangan anak anak kita, aduhhh... aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba." ujar Linda sangat.

"Ahh... Kalau itu aku belum bisa kasih tau, masalahnya, anak, suami dan mertua ku belum tau rencana ini." ujar Hesti.

"ngak pa apa lah mereka ngak tau, biar jadi kejutan aja nanti pas di hari ulang tahun kamu, bukan hanya Alex yang terkejut, mertua dan suami kamu juga dapat kejutan juga lah." desak Linda, dia ngak mau gagal tentang pertunangan anaknya.

"Maaf, aku ngak bisa, yang ada nanti aku di depak sama suami aku, ini bukan masalah kecil, ini masalah hidup kedepannya, jadi aku ngak bisa memutuskannya sendiri." ujar Hesti.

"Haa... Kau saja yang pengecut, klau sudah di acara nanti, pasti juga mereka ngak bisa menolak di dekat orang ramai." pekik Linda lepas kontrol.

"Haiii... jangan berteriak di depan ku, belum apa apa kelakuan kamu sudah seperti ini, sepertinya aku pikir pikir lagi untuk menjodohkan anak anak kita." ujar Hesti mulai tidak suka.

"Eh... Maaf maaf Hes, aku ngak sengaja, jangan gitu dong, oke oke, kamu kasih tau suami dan mertua kamu aja dulu ngak pa apa," ujar Linda melunak, takut juga dia di bentak oleh Hesti.

"Ya sudah, silahkan kalian pulang, sudah mau magrib juga, saya mau istirahat." ketus Hesti tidak ada lagi tampang ramahnya.

"Kok kamu ngusir sih, setidaknya tunggu suami sama mertua kamu pulang dulu lah, baru kami pulang." ujar Linda tidak terima.

"Kamu bisa di bilangin baik baik ngak sih, aku bilang, aku mau istirahat dan suami sama mertuaku ngak tau mau pulang jam berapa." ketus Hesti.

"Baiklah... kalau gitu kami pulang dulu." ujar Linda dengan terpaksa, sesungguhnya dia masih ingin berada di rumah mewah itu, rumah adem luas, banyak makanan, rasanya dia ingin sekali tinggal di rumah itu, tunggu waktunya tiba dia pasti bisa tinggal di sana jadi nyonya besar setelah anaknya menikah dengan Alex, otak Linda sudah berkhayal terlalu tinggi.

"Sial, malah di usir lagi, awas saja nanti, perempuan tua itu akan aku usir dari rumah, setelah aku menjadi istri Alex." kesal Moza masuk ke dalam mobil.

"Benar itu nak, kamu harus pintar pintar mengambil hati Alex, biar kamu jadi nyonya sesungguhnya di sana, dan kamu bisa menguasai aset Alex hahaha...." ujar Danil yang tidak kalah kemaruk dari sang istri.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Dwi Setyaningrum

Dwi Setyaningrum

berkhayal aja yg tinggi ati2 Lo ntar jatuh bukannya sakit malah koit Krn ketinggian ngayalnya🤪🤪🤪

2024-12-19

0

🌹bunda 2A & 2S🌹

🌹bunda 2A & 2S🌹

Hadeehh.....mimpinya jgn terlalu jauh ya

2025-02-08

0

ayu nuraini maulina

ayu nuraini maulina

maka nya d teliti dulu mama hesti

2023-08-29

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!