"Bian, istri kamu mana, kok belum bangun, suruh bantuin mama dong, masa jam segini masih tidur." kesal Mama Bian, dari pagi sudah nguprek rumah namun menantunya tidak keluar dari kamar sama sekali.
"Masih tidur ma, biasalah capek kali ma, namanya juga pengantin baru." cuek Bian menggeloyor ke ruang makan untuk mengisi perutnya yang sudah meronta ronta, maklum sudah pukul 10 pagi dia baru keluar dari kamar.
"Ma, kok masa ini doang sih?" gerutu Bian melihat cuma ada telur dadar dan sayur bayam di atas meja makan.
"Trus kamu mau apa, uangnya cukup buat beli itu, itu juga mama hemat hemat untuk sampai kamu gajian satu minggu lagi." ujar sang Mama.
"Ada apa ini kok ribut ribut," ujar Bella tak tau malu dengan muka bantal, ikut datang ke ruang makan karena dia sudah lapar juga.
"Astaga, anak ini, apa kau tidak bisa mandi dulu, rapi rapi dulu, masa pakaian kaya gini sudah keluar kamar, untung adik kalian sudah pada berangkat kulian dan sekolah." kesal Mama Bian melihat Bella keluar hanya memakai tangtop dan hotpants benar benar hanya menutupi area pribadinya, dan badan penuh tato dari Bian.
"Cuma ada mama sama mas Bian doang kok, ngak keburu ma, sudah lapar aku." ujar Bella tanpa tau malu.
"Ma, ngak ada susu apa ma, minimal teh manis lah." keluh Bella tidak tau diri.
Membuat sang ibu mertua melotot tidak percaya dengan menantu yang baru sehari dia satu rumah, sudah membuat dia naik darah.
"Haiii Bella, kamu sadar ngak apa yang kamu ucapkan itu." kesal Sang Mama mertua.
"Sadar lah ma, masak ngak sadar, mama pikir aku masih tidur apa pingsan gitu." sungut Bella mengambil nasi dan lauk, dia lansung menyuapnya ke dalam mulut, tidak perduli hanya telur dan sayur perutnya sudah benar benar lapar.
"Klau kamu sadar, harusnya pagi pagi kamu bangun, beberes rumah dan masak, sudah tau kamu itu istri orang sekarang, bukan lagi gadis, Bian itu sudah tanggung jawab kamu untuk memasak dan mencuci pakaian dia." ketus sang ibu mertua.
"Ma, aku ini menikah dengan bian, untuk jadi istrinya ma, bukan jadi pembantu." sungut Bella tidak terima.
"Bian, yang begini kamu bila baik, kamu sia siakan Arimbi, Arimbi memang sederhana, belum jadi menantu saja sudah bisa menolong mama di rumah, bahkan mama sering di kasih uang bulanan sama dia, karena uang kamu tidak cukup, ini malah kamu selingkuhi dia, jangan kira mama tidak tau apa yang kamu perbuat kepada Arimbi, Arimbi bukan gadis kaya gitu." sungut sang mama, kesal dia mempunyai menantu kaya Bella itu, cantik sih, tapi Arimbi jauh lebih cantik, pakaiannya sopan, kerjanya memang pelayan Restoran namun dia bisa membantu mama Bian, tidak seperti Bella.
"Ma, sudah lah, sekarang ini Bella yang jadi menantu mama bukan Arimbi, lagi siapa sih yang mau nikah sama Arimbi, malu maluin aja, aku ini manager mah, masa istri manager pakaiannya tertutup semua sudah kaya lemper tau ngak, mana kerja cuma pelayan, mana mau aku punya bini babu kek gitu." kesal Bian.
"Terserah kamu lah, suatu saat nanti kamu pasti menyesal, telah membuang baru berlian demi batu kerikil." dengus sang mama.
"Siapa yang mau sama Arimbi ma, dari bayi saja dia sudah di buang sama orang tuanya, masih bagus aku kemana mana dari pada dia, anak ngak tau asal usulnya, sedangkan aku, aku punya orang tua lengkap." cibir Bella.
Mama Bian hanya mendengus kesal, dan berlalu dari sana.
"Sudah lah sayang, buruan makan, katanya mau nyari Arimbi, mau minta uang sama dia, enak saja kita bohongin sama dia." ujar Bian.
"Ahhh... Iya kamu benar mas, ayo buru." ujar Bella.
"Arimbi....." panggil Dian yang melihat Arimbi yang berjalan sedikit berbeda dari biasanya.
"Apa dokter Dian." ujar Arimbi menatap Dian dengan tatapan males, dia tau temannya itu pasti akan menertawakan dirinya.
"Kenapa jalan Loe kek gitu, apa loe sudah pecah telor, gimana gimana, produk import apa lokal, import pastinya kan, secara wajahnya blasteran gitu." ujar Dokter Dian terkikik.
"Dian..." gerutu Arimbi kesal dengan temanmu yang usil itu, tentu saja dokter Dian terbahak melihat wajah kesal sahabatnya itu.
"Ehhh... Itu kan dokter Arimbi, yang katanya pelakor ya, merebut suami kakaknya, padahal dua hari lagi mau nikah, malah sempat sempatnya dia tidur sama kakak iparnya.
"Iya, gaya sok alim, tapi ************ di obral."
"Dasar menjijikan." begitulah bisik bisik yang di dengar oleh Arimbi dan Dian.
"Sudah lah, ngak usah di dengar," ujar Dian yang ikut kesal mendengar gosip itu.
"Gue mah santai aja, sudah biasa kali dapat nyinyiran ngak penting kek gitu, memang iya sih gue tidur sama kakak ipar gue, tapi kan bukan mau gue, gue kan di jebak, lagi ngak sadar juga gue tidur sama dia, klau semalam sih benaran ngak di jebak, sadar sesadar sadarnya, gue bobo bareng dia." kekeh Arimbi yang tidak ambil pusing dengan gosip itu.
"Dasar teman laknat." pekik Dian.
"Dok, jalannya kok beda dok?" tanya suster Nita dengan polosnya.
"Biasa Ta, abis di bor dia semalam suntuk, jadi jalan kek gitu." bisik Dian.
"Buahahaha.... sudah pecah telor dong Dok, enak ngak dok?" kekeh Nita.
"Tau ah... kalian nyebelin." dengus Arimbi.
"Sudah sudah jangan marah marah dok, ini minum susu dulu, biar tambah tenaga, kali nanti malam mau lembur lagi, biar cepat punya ponakan kita." kekeh Suster Nita memberi satu kotak susu coklat untuk Arimbi.
"Arimbi mana!" sombong Bella memasuki Restoran tempat Arimbi bekerja, entah sama siapa dia bertanya, tentu saja di cuekin oleh pelayan restoran itu.
"Haiii.... gue nanya, kok kalian diam aja, kalian budek apa bisu!" pekik Bella.
"Maaf, mbaknya nanya sama siapa? di sini kita punya nama mbak, dan lagian mbak ngak kaya orang nanya kok, kaya preman tau ngak." ujar salah satu karyawan di sana.
"Gue nanya sama kalian lah, masa nanya sama setan." ketus Bella.
"Nanya dengan sopan mbak, klau mbak nanya kaya gini, di jamin ngak akan menemukan jawabannya." sinis karyawan di Restoran pelangi itu.
"Baiklah. Gue nanya Arimbinya ada." ketus Bella pada akhirnya.
"Nah, gitu dong, klau nanya, walau belum begitu baik, namun ok lah, Mbak Arimbi belum datang, mungkin nanti sore." sahut pelayan dengan sedikit ketus juga.
"Kenapa dia belum datang, babu aja belagu datang sesuka hati, dia pikir dia yang punya restoran." kesal Bella.
"Mana saya tau mbak, itu urusan Mbak Arimbi" ketus pelayan di sana meninggalkan Bella yang masih mendumel di sana.
"Huu... Pantas saja lakinya milih selingkuh sama mbak Arimbi, klau pelakor kek mbak Arimbi sih gue dukung, bininya kek gitu mulut kek habis makan cabe setan sekilo, beda sama mbak Arimbi yang lembut." cibir pelayan di sana.
"Mana baju kek orang mau ke bar." ujar yang lain.
"Kok bisa beda jauh sifatnya sama mbak Arimbi ya." tanya yang lain.
"Huss... sudah nanti kedengaran sama Tuan Alvaro kena pecat kalian." ujar kasir.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
ni si bela otaky taroh dmn ya..enak bnget mau minta duit sm arimbi yg nikmatin pestay siapa cb..
2023-08-27
3