Kematian yang disembunyikan

Arnita sedang tiduran sendirian dikamar. Cecil menutup pintu diam-diam dengan gerakan badan mengejuti. “Door!” Cecil bergaya koboi dengan tangan menodong ke depan.

“Brengsek!” Arnita melempar guling miliknya.

“Hanya mau bilang.” Cecil mendudukan diri ke tepian ranjang. “Amanda sudah menerima orang-orang lagi semalam.”

“Lalu?” Arnita melepas bajunya dari kaus ke dalam jas hijau tanah.

“Mereka setuju. Amanda setuju juga.”

“Kita bisa saja mengajukan petisi penolakan. Tahu kau? Dampak surat itu bukan main hebatnya. Mereka bisa memecah negeri jadi bongkar-bangkir. Padahal hanya petisi.”

“Maklumat itu mematikan. Katanya, mereka bisa meremajakan pengeluaran.”

“Bukan meremajakan, justru dengan pecahnya perang, orang-orang itu bisa menyerap dan menghabisi kekayaan negeri-negeri lain.”

“Mungkin saja?” Cecil mengeluarkan sesuatu dari dompet kotornya.

“Uangmu sangat banyak. Gantilah dompetmu.”

“Lihat?” Cecil menyorong sesuatu.

Arnita membaca hasil undian semalam itu. “Jangan berurusan dengan mereka. Kau bisa mampus nanti. Kami sudah bagian penting buatmu.”

“Tentu tidak. Kau sendiri sudah kakakku.”

“Baguslah. Kaum jalanan memang tidak punya wibawa jelas. Mereka hanya halangi kita. Aku berniat musnahkan orang-orang itu. Tapi keputusan sidang belum diambil.”

“Aku ingin sarankan, lebih baik jangan, Arnita, kau tahu? Dengan adanya kaum jalanan itu mereka juga membantu ekonomi.”

“Di samping itu mereka jadi senjata kaum liberalis tulen.” Arnita membalas.

“Orang kecil memang tidak diuntungkan. Tapi mereka sudah jadi keseimbangan dunia sekarang. Invetasi perusahaan mereka besar-besar. Sebuahnya prodak hiburan seperti musik dan film.”

“Ah, itu alasan belaka, bagaimana rasanya bersantap kasih?”

“Aku tidak bisa beritahukan.”

“Marry tidak akan bisa ke kamarku. Aku perintahkan penjaga dari golongan Surti untuk melarang perempuan periang itu ke mari.”

“Mula-mula aku canggung, mereka menawarkan dua lelaki, aku menolaknya, jadi kami melakukan itu di apartemen sore-sore. Cukup sekali, dan yang kedua kau datang dengan perempuan brengsek itu, kalian membakar rumah-rumah inap kami.”

“Kau kotor.”

Arnita terbelalak. Suszie cekikikan di atas jendela kamarnya. “Keluar dari kamarku!” Arnita mengambil sapu injuk memukul Suszie yang terbang kian ke mari.

Tidak lama pintu terbuka dan Sarah masuk. Suszie keluar pintu. Arnita mengayun keras-keras ke muka Sarah. Kepala perempuan itu jatuh ke lantai. “Ambilkan kepalaku!”

Arnita cengar-cengir kemudian memasang kepala ibunya.

Sarah pitam kemudian menyuruh Cecil mengajari Suszie hitung-hitungan.

“Bukan lima, lima ditambah lima sama dengan sepuluh!”

Suszie mencoret-coret jawaban yang salah. “Kau benar-benar dikamar Arnita?”

“Sialan, ibumu sangat membenciku, kau jangan turut sepertinya juga, baik habis ini aku ajak makan. Kau kelaparan bukan?”

“Memang aku lapar. Kadang ayam hutan atau kijang aku makan saja.”

“Harusnya seumurmu dibiasakan makan makanan manusia. Kau bukan hewan. Sekalinya ibumu begitu.”

Sarah menarik telinga Cecil dan menegurnya dalam Prancis.

“Kau seperti belum mau tua saja. Sudah biarkan Cecil denganku!” Maria menarik-narik tangan Cecil. Sarah mengalah. Ia mengajari puterinya hitung-hitungan.

Amanda melapurkan kejadian pertemuan dengan memberikan keterangan-keterangan pada Sarah. “Tutup media agar mereka tidak usah mengurusi kita.”

Melissa datang ke ruangan redaksi Adeline. Adeline mengangguk-angguk menerima perintah. Kemudian ia memberikan urutan-urutan pasar berita harini. Ada peningkatan prasarana bangunan, pakaian, kosmetik sampai jam tangan. Musik bahkan tragedi daripadanya. Stella. “Alihkan pemberitaan agar untuk lebih miring ke dalam kematian bintang besar itu. Kurangi politik juga pengaruhnya belakang, usahakan lebih banyak wartawan untung dengan kematian bintang itu, dengan begitu gejolak-gejolak besar bawah permukaan sama sekali tidak dikenal umum.”

“Kau menjual sahabatmu demi kekuasaan.” Adeline membantah.

“Kau juga bekerja di sini untuk apa? Kerjakan keparat aku bisa kena teguran.”

“Mintalah Marry?”

“Kau sudah nikmati jerih payah pembungkaman itu. Jangan munafik Adeline! Percuma saja kau melawan. Kami punya banyak pengawas. Kau minta lindungan? Anton dan kawan-kawan tak pernah bisa melepas cekaman politik. Mereka sudah berusaha tapi? Tidak bisa. Tidak bisa.” Melissa mengecup rambut Adeline dengan hormat dan pergi.

“Sialan dia. Ah, tidak ada kelirunya, biar dunia lebih mengenalmu Stella, kami tetap keluargamu, maafkan jika kami tidak pernah mendengarmu. Kau harus damai. Namamu sudah sejajar dengan mereka yang sekarang dimusiumkan ....” Adeline tersenyum mengelap matanya. Meneruskan mengetik dengan menambahkan klue-klue yang belum diumumkan ke umum. Dengan mengandalkan barang-barang asli penembakan. Perempuan itu menugaskan perangkat wartawan milik mereka. Untuk menjual heboh berita itu. Hingga berbulan-bulan pelaku penembakan belum diketahui. Stella terseret gelumbang politik yang menyasar bawah permukaan. Ia jadi pelindung ganda untuk melenyapkan jejak-jejak peristiwa besar. Yang bahkan jauh lebih penting dari kematiannya.

Terpopuler

Comments

ciara_UwU

ciara_UwU

Aku nggak sabar nunggu chapter berikutnya, cepet update ya thor!

2023-08-04

1

riez onetwo

riez onetwo

Empati kuat!

2023-08-04

1

Type2Diabetes

Type2Diabetes

Capek tapi puas baca cerita ini, thor! Terima kasih sudah membuatku senang.

2023-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!