Setelah mengumpulkan tenaga, niat, serta dengan menguatkan telat yang kuat.. Laras mulai memasak untuk acara pertunangan kliennya. Pagi buta Laras sudah mengangkat perabot dapur yang akan di pergunakannya untuk melanjutkan alur hidupnya.
"Semangat Laras..!! Kamu harus kuat demi anakmu..!!" Gumam Laras menyemangati dirinya sendiri. Ia pun tidak pernah memaksa agar Mas Syahrial dan Elya untuk membantunya karena dirinya juga paham kedua sahabatnya itu pastinya juga merasakan lelah yang sama seperti dirinya.
:
Setengah jam berlalu, Elya mendengar suara gaduh di dapur, ia pun juga menghirup aroma bumbu dapur yang wangi. Elya segera bangkit dan membangunkan Mas Syahrial yang tidur di kamar sebelah.
"Mas, mbak Laras sudah kerja tuh. Kita bantu yuk..!!" Ajak Elya.
Mas Syahrial menggeliat lalu mengusap wajahnya. Ia pun menghirup aroma yang sama seperti Elya tadi.
"Ya ampun.. seharusnya aku bangun lebih awal agar bisa mengangkat semua perabotan, mbak Laras pasti lelah sekali kalau harus mengerjakan semuanya sendiri apalagi harus menangani ratusan pax orderan sendirian." Kata Mas Syahrial.
"Ya sudah Mas, ayo sekarang kita bantu mbak Laras kerja, Elya takut sekali kalau sampai ada apa-apa sama kandungan mbak Laras. Persalinannya sudah sangat dekat."
...
Kerja keras memang tidak mengkhianati hasil. Pekerjaan Laras nyaris selesai dengan sempurna. Ia pun mengambil duduk karena punggungnya sudah terasa berat.
"Elya.. kapan yang punya hajat datang?" Tanya Laras.
"Lhaa.. itu dia mbak. Itu calon tunangan Mbak Inka, beliau datang mau melunasi pembayaran." Jawab Elya kemudian menunjuk ke luar pintu kaca. "Namanya Pak Seno mbak."
Saat itu ada seorang pria yang mendatangi kontrakan lapaknya. Baru Elya akan kembali berbicara tapi Laras sudah tidak ada di tempat duduknya.
Elya pun segera menyambut tamunya. "Mari Pak Seno, silakan masuk..!!"
"Terima kasih. Mana mbak Laras? Saya belum pernah bertemu dan berterima kasih langsung pada pemilik toko ini..!!" Kata Bang Seno.
"Maaf Pak...!! mungkin Mbak Laras sedang istirahat, maklum kandungannya sudah sangat besar. Sudah detik-detik waktu persalinannya." Jawab Elya.
"Baiklah, berhubung waktu saya juga mepet.. saya lunasi saja semuanya. Saya sudah menyewa beberapa orang untuk mengurus catering ini. Kalian silakan fokus kembali dengan kehamilan Mbak Laras. Sampaikan salam saya ya. Makanannya enak sekali." Pesan Bang Seno.
"Akan saya sampaikan mbak."
Di balik tirai, Laras menangis menumpahkan tangisnya. Ternyata pria yang selama ini telah membuatnya menjadi seperti ini akan menikah dengan orang lain. Laras menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan, tapi kemudian tiba-tiba perutnya merasakan sakit tak tertahan. "Huuuuuuuhhh.." Laras mencoba untuk menormalkan jalan nafasnya. "Mas Syahrial, tolong hubungi Masku..!!!"
...
Sungguh kaget hati Bang Bija saat adiknya menghubunginya dan saat ini tengah berada di pulau lain dengan keadaan begitu memprihatinkan di rumah sakit. Lebih menyakitkan lagi, posisi Laras sedang menuju proses persalinan.
"Saya ini kakakmu Laras, kakak kandungmu..!!! Apa kamu tidak menganggapku sebagai kakakmu, sampai kamu menyimpan rahasia sebesar ini??" Tegur keras Bang Bija. Hati Kakak mana yang tidak sakit melihat adiknya dalam keadaan seperti ini. "Siapa bapaknya??".
"Tidak tau Mas, di malam pernikahanmu.. Laras di perkosa." Jawab Laras.
"Ya Allah Tuhan.. Laraaass..!!!! Kenapa kamu nggak bilang sama Mas??? Kalau kamu katakan sejak awal.. sudah Mas selesaikan masalah ini, atau paling tidak sudah Mas bunuh laki-laki itu..!!!!" Ucap keras Bang Bija.
Mendengarnya, perut Laras semakin sakit. Ia pun mengejan. "Bu bidan.. tolong Bu." Pinta Bang Bija.
:
Bang Bija terharu menggendong keponakannya usai mengadzaninya. Ia yang sejatinya sebentar lagi akan menjadi seorang ayah malah lebih dulu menjadi seorang Om. "Alhamdulillah, Ini Daddy mu le. Daddy akan memberimu Nama Arya Gilang." Bang Bija menciumi wajah bayi kecil itu. Entah kenapa hatinya merasa Gilang sangat mirip dengan seseorang yang di kenalnya. Ia mengingat juniornya. Senopati Aryayodha, maka ia menyematkan nama Arya disana.
\=\=\=
Dua setengah tahun berlalu.
Mas Syahrial dan Elya tertawa melihat tingkah lucu pria kecil putra pemilik toko kue tempatnya bernaung dan bekerja menggantungkan hidup. Dalam kurun waktu tersebut, bisa di bilang Laras adalah sosok wanita yang sukses dan mandiri karena kegigihannya.
Setelah apa yang di lalui, kini Mas Syahrial pun telah memutuskan untuk menikahi Elya dan kini mereka berdua telah bertunangan.
"Papanya Abang dimana sih?" Celoteh Gilang karena merasa ada yang tidak lengkap dalam hidupnya.
Mas Syahrial hendak menjawab tapi Laras menjawabnya. "Papanya Abang sedang kerja, kerjanya jauuuhh sekali. Papanya Abang seorang tentara."
"Oohh seperti Daddy ya Ma?" Tanya Gilang masih penasaran karena tidak pernah sekalipun melihat wajah sang Papa.
"Iya, kerja seperti Daddy." Jawab Laras.
Mas Syahrial dan Elya saling pandang. "Benarkah Mbak. Jika mbak tau siapa ayahnya, kenapa Mbak tidak minta tanggung jawab? Kasihan Gilang Mbak." Kata Elya.
Laras mengarahkan Gilang untuk bermain. "Papanya Gilang sudah menikah, saya nggak mungkin merusak kebahagiaan rumah tangga mereka apalagi dulu saat melakukannya, Papanya Gilang dalam keadaan tidak sadar. Apakah saya harus menuntut pria yang sedang tidak sadar??"
"Tapi tetap saja Papanya harus tau Mbak. Paling tidak.. papanya harus memenuhi beberapa tanggung jawabnya. Saya tau mbak lelah berjuang sendiri." Imbuh Mas Syahrial.
"Saya kuat hanya bersama Gilang. Tak ada Papanya pun tak masalah." Jawab Laras.
Namun sedang serius nya mengobrol, tiba-tiba Gilang terjatuh di depan teras rumahnya, tubuhnya mengejang dan hidungnya mengeluarkan banyak darah. Laras kaget bukan main, ia segera berlari menolong putranya.
"Ya Allah Gilaaang.. kamu kenapa naaakk????" Pekik Laras.
"Ayo mbak, kita bawa ke rumah sakit." Ajak Mas Syahrial.
...
Laras duduk dengan tidak tenang. Pikirannya berkelana kemana-mana memikirkan Gilang. Tak lama dokter keluar dari ruang tindakan.
"Mohon maaf lama menunggu. Saya harus memeriksa beberapa keadaan kondisi tubuh Gilang."
"Hasilnya bagaimana dok???" Tanya Laras cemas.
"Melihat jumlah sel darah putih yang tidak normal pada tubuh Gilang. Dengan berat hati, dugaan awal saya.. Gilang mengidap leukimia." Jawab dokter tak tega. "Ayahnya dimana?"
"Ayahnya tidak ada dok.." jawab Laras sudah mulai lemas.
"Jika benar dugaan saya, keluarganya atau ayahnya bisa turut mendukung kesembuhannya. Minimal dari cangkok sumsum tulang belakang." Kata dokter. "Tapi untuk lebih meyakinkan, saya akan mengadakan pemeriksaan pada laboratorium khusus dan hasilnya akan keluar besok pagi."
Laras begitu terpukul mendengarnya, saat ini Gilang adalah satu-satunya harta yang paling berharga dalam hidupnya. Dunia seakan runtuh mendengar berita tentang Gilang.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Suherni 123
ada bener nya laras tidak memberi tahu Seno tentang kondisi nya,tapi anak juga butuh ayah nya
2023-10-12
1
mudahlia
mungkin ini sudah saatnya nya Laras kamu jujur
2023-08-12
2
mudahlia
bner itu laras
2023-08-12
1