5. Tidak ada pilihan.

Pagi tiba dan ternyata hasil laboratorium menunjukan bahwa memang benar adanya, Gilang mengidap leukimia. Seketika dunia Laras runtuh dan hancur berkeping. Ingin rasanya menangis tapi ia tidak ingin menunjukkan segala rasa sedihnya di hadapan putra tercintanya.

"Mamaa.. kenapa mata Mama sembab? Mama tidak bahagia? Hidung Abang sudah tidak berdarah." Kata Gilang melihat bekas air mata di wajah sang Mama.

"Mama bahagia Bang, bahagia punya anak yang tampan dan pintar seperti Abang." Jawab Laras mengusir kecemasan sang putra.

"Kalau Mama bahagia, kenapa Mama menangis?" Tanya Gilang tidak lantas percaya begitu saja pada jawaban Mamanya.

"Bahagia tidak selalu harus dengan senyuman dan tertawa sayang. Bahagia itu Mama yang rasakan." Jawab Laras melebarkan senyum di hadapan putranya. "Oiya, nanti Abang di temani Om Syahrial sama Tante Elya dulu ya. Mama masih ada pekerjaan. Nggak apa-apa khan jagoan?"

"Iya Mama. Abang Gilang nggak apa-apa kok." Gilang memang tidak pernah rewel dalam hal apapun dan sangat patuh pada sang Mama.

...

Siang itu hujan gerimis, Mas Syahrial dan Elya pun tak tau Laras pergi kemana, yang mereka tau semalaman Laras sempat menangis dalam sujudnya. Ibu muda tersebut seakan menumpahkan tangisnya, tak mengatakan apapun, yang jelas hanya kata 'Aku sudah mendapatkan petunjuk dengan tangan Tuhan, semoga tidak ada yang kusakiti karena aku ingin menyelamatkan nyawa putraku.'

//

Tubuh Laras menggigil saat tiba di gerbang kesatrian Batalyon. Perlahan dengan langkah ragu ia mendekati gerbang tersebut.

"Selamat siang, mbak cari siapa?" Sapa seorang anggota.

Laras berpikir keras mengingat kepangkatan pria yang pernah di jumpainya kurang lebih tiga tahun lalu. Namun kini pasti semua berbeda. "Hmm.. Let_tu Senopati." Jawab Laras.

"Baik.. silahkan.. biar kami antar..!!"

~

tok.. tok.. tok..

"Yaa..!!"

"Ijin Dan. Ada yang mencari..!!" Lapor seorang anggota.

Kening Bang Seno berkerut, ia merasa tidak ada janji dengan siapapun. "Siapa?"

"Ijin.. seorang wanita dan pakaiannya basah terkena hujan."

Bang Seno berdiri dan memastikan sendiri siapa wanita yang sedang mencarinya. Ia pun membuka pintu ruangannya. Matanya memicing, ia berusaha keras mengingat siapa wanita yang basah kuyup berdiri di hadapannya. Samar ada bayangan wajah tapi entah dimana dirinya pernah melihatnya.

Nyali Laras seakan hilang melihat gagahnya pria berpakaian loreng dan berparas tampan di hadapannya namun dirinya tidak punya pilihan meskipun saat ini harga dirinya harus hancur.

"Tiga tahun lalu, di kesultanan.. paviliun kayu meranti." Kata Laras.

"Astagfirullah.. Ya Allah..!! Gusti Ayu Larasati." Seketika itu juga Bang Seno mengingatnya. Melihat lusuhnya pakaian gadis itu, Bang Seno mengarahkan anggotanya untuk meninggalkan tempat dan memutihkan segala informasi.

:

Setelah beberapa saat, Laras mulai tenang dan ia mulai berani menatap mata lawan bicaranya.

"Laras tau, kedatangan Laras mungkin bukanlah di waktu yang tepat. Tapi sungguh, Laras datang kesini hanya berniat sedikit saja meminta bantuan Kangmas Seno." Ucap Laras dengan tubuh gemetar.

Tau sapaan tersebut begitu kental melekat, Bang Seno pun membalasnya. "Ada yang bisa saya bantu Dinda Laras?" Tanya Bang Seno.

"Jika Kangmas tidak percaya, bahkan tidak mengakui apapun yang Laras katakan.. Laras bisa memaklumi. Semua memang salah Laras, tapi sungguh Laras tidak tau jika Tuhan mengarahkan Laras harus bertemu dengan Kangmas seperti ini."

"Katakan saja Dinda.. Jangan berbelit, saya akan dengarkan..!!"

"Anak kita sakit Kangmas." Jawab Laras.

Bang Seno terhenyak sejenak. "Mak_sudmu anak kita?"

Laras sungguh berat mengatakannya tapi semua ini harus di lakukannya demi Gilang putranya. "Setelah kejadian malam itu, Laras mengandung anak Kangmas, tapi sekarang anak kita sakit parah. Sakit leukimia."

"Astagfirullah hal adzim, Lailaha Illallah.. Ya Allah." Bang Seno mengusap dadanya saking kagetnya. "Dinda sudah tau identitas saya, kenapa tidak segera mencari dan menuntut tanggung jawab dari saya Dindaa?? Sekarang saya sudah beristri dan punya seorang putri."

Bang Seno terus menatap wajah Laras, sungguhkan wanita semuda Laras mampu menghadapi ujian dan kerasnya hidup seorang diri.

"Kalau benar apa yang Dinda katakan, bisakah saya bertemu dengan anak saya itu?" Tanya Bang Seno menguji kesungguhan Laras.

"Silakan Kangmas, kalaupun Kangmas membutuhkan pembuktian test DNA, Laras juga sudah siap." Jawab Laras.

"Bisa sekarang kita kesana?" Ajak Bang Seno.

Laras mengangguk, ia lumayan menggigil. Bajunya yang basah seketika membuatnya tidak enak badan.

"Saya ada pakaian di lemari. Dinda mau pakai?" Kata Bang Seno menawari karena wajah Laras kini perlahan menjadi pucat.

"Terima kasih Kangmas.. biar begini saja." Tolak Laras.

"Ya sudah kalau begitu Dinda pakai jaket saya saja. Tidak enak dengan anggota saya yang lain, pakaianmu terlalu basah." Bang Seno memberikan jaketnya pada Laras.

Laras segera menyambar jaket tersebut dan mulai menyadari kemungkinan ada penampilannya yang tidak sopan di hadapan seorang pria. "Ma_af Kangmas."

"Tidak apa-apa. Hanya ada Dinda dan saya disini." Jawab Bang Seno sembari mengalihkan pandangan matanya, sikap tenang dari seorang pria namun penuh makna.

Setelah Laras selesai memakai jaket tersebut, Bang Seno mengambil payung di ruangannya lalu memayungi Laras menuju ke sebuah mobil dan masuk ke dalam mobil.

Dengan cepat Bang Seno melajukan mobilnya lalu melewati penjagaan. "Saya mau keluar. Laporkan pada Letnan Erlangga saya ijin..!!"

"Siap Dan."

:

Mas Syahrial dan Elya kaget melihat sosok yang datang ke rumah sakit. Pria tersebut merupakan pelanggan di toko kue mereka.

"Pak Seno???"

Bang Seno hanya melempar senyum kemudian mendekati sebuah ranjang mengikuti langkah Laras. Secepatnya Laras membuka tirai di kamar tersebut.

sreeekk.

"Namanya Arya Gilang, seperti nama ayahnya bukan.. Senopati Aryayodha." Kata Laras.

Mata Bang Seno terus menatap sosok kecil yang sedang tidur. Ingin rasa hatinya tak percaya dengan apa yang sedang di lihatnya namun wajah tersebut tak beda jauh dengannya, yaaa.. anak itu sangat mirip dengannya.

POV Bang Seno on..

Hari ini kudengar berita yang sama sekali tidak pernah kusangka. Kejadian tiga tahun silam membawaku bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Laras.. Gusti Ayu Larasati. Takdir yang telah mengukir ceritaku, hingga peristiwa yang selalu menjadi tanda tanya dalam benakku kini terjawab sudah.

Tindakanku malam itu telah menodai kehormatan seorang gadis dan akhirnya melahirkan Arya Gilang ke dunia. Hatiku pedih, takut namun tidak bisa ku pungkiri.. ada bahagia yang tidak sanggup terungkapkan dalam hatiku, aku bisa memiliki anak laki-laki yang selama ini ku inginkan. Bukan aku tidak mencintai Asmarani putriku dari Inka, tapi jelas seorang anak laki-laki adalah kebahagiaanku.

"Kalau tidak percaya Gilang adalah putra Kangmas, silakan Kangmas lakukan test DNA..!!" Ucap Laras menyentak perasaanku.

"Tidak perlu Dinda, saya percaya. Apapun resikonya, akan saya hadapi demi anak kita.. Maafkan tindakan saya yang sudah menyusahkanmu. Saya akan bertanggung jawab." Ucapku tak sanggup bergeser dan menghindar dari kesalahan fatal yang sudah ku perbuat.

"Tapi.. bagaimana dengan istri Kangmas?" tanya Laras padaku.

Sungguh keadaan Laras membuat batinku sakit dan tidak tega. "Biar menjadi urusan saya. Dinda fokus saja dengan kesehatan anak kita."

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

sumpah laras kuat banget....authornya juga hebat bikin semua baper...😊

2023-10-25

0

Suherni 123

Suherni 123

udah Laras jangan mau di nikahin lah yang penting anak nya ddi akuin diberi nafkah udah ntar di kira pelakor lagi

2023-10-12

1

iman suratman

iman suratman

ko aku sedih ya bacanya

2023-08-15

1

lihat semua
Episodes
1 1. Malam kelam.
2 2. Situasi tak mengenakan.
3 3. Tegar.
4 4. Tak ingin di rasakan.
5 5. Tidak ada pilihan.
6 6. Pengakuan menyakitkan.
7 7. Dunia tak memahami.
8 8. Jika semua tidak terjadi.
9 9. Bahagia sederhana.
10 10. Karena sebuah kerinduan.
11 11. Kritis.
12 12. Situasi rumit.
13 13. Belum usai perjuangan.
14 14. Demi sang buah hati.
15 15. Mencari obat.
16 16. Segala rasa tercipta.
17 17. Hukuman.
18 18. Masalah baru lagi.
19 19. Kekeluargaan.
20 20. Tetap mencari jalan keluar.
21 21. Jarak di antara kita.
22 22. Sedikit lagi.
23 23. Janji Papa.
24 24. Rasa kehilangan.
25 25. Putih semu Jingga.
26 26. Harapan baru.
27 27. Sosok baru.
28 28. Anak kecil.
29 29. Curiga.
30 30. Batu kerikil.
31 31. Anak baik.
32 32. Pernah dirasa.
33 33. Harus kuat.
34 34. Bertemu lagi.
35 35. Jadi yang tersayang.
36 36. Karena anak terlalu pandai.
37 37. Semangat menjalani hari.
38 38. Sinyal salah paham.
39 39. Di selesaikan dengan hati-hati.
40 40. Bisa lemah juga.
41 Dari Nara.
42 41. Masih ada cemburu.
43 42. Menyelesaikan masalah.
44 43. Pelajaran penting.
45 44. Masa muda.
46 45. Teman baru.
47 46. Akibat kabur.
48 47. Sekolah disiplin.
49 48. Remaja bengal.
50 49. Suara hati.
51 50. Menggapai masa depan.
52 51. Usaha keras untuk cita-cita.
53 52. Calon tentara.
54 53. Termakan ulah sendiri.
55 54. Arti sahabat.
56 55. Pelantikan.
Episodes

Updated 56 Episodes

1
1. Malam kelam.
2
2. Situasi tak mengenakan.
3
3. Tegar.
4
4. Tak ingin di rasakan.
5
5. Tidak ada pilihan.
6
6. Pengakuan menyakitkan.
7
7. Dunia tak memahami.
8
8. Jika semua tidak terjadi.
9
9. Bahagia sederhana.
10
10. Karena sebuah kerinduan.
11
11. Kritis.
12
12. Situasi rumit.
13
13. Belum usai perjuangan.
14
14. Demi sang buah hati.
15
15. Mencari obat.
16
16. Segala rasa tercipta.
17
17. Hukuman.
18
18. Masalah baru lagi.
19
19. Kekeluargaan.
20
20. Tetap mencari jalan keluar.
21
21. Jarak di antara kita.
22
22. Sedikit lagi.
23
23. Janji Papa.
24
24. Rasa kehilangan.
25
25. Putih semu Jingga.
26
26. Harapan baru.
27
27. Sosok baru.
28
28. Anak kecil.
29
29. Curiga.
30
30. Batu kerikil.
31
31. Anak baik.
32
32. Pernah dirasa.
33
33. Harus kuat.
34
34. Bertemu lagi.
35
35. Jadi yang tersayang.
36
36. Karena anak terlalu pandai.
37
37. Semangat menjalani hari.
38
38. Sinyal salah paham.
39
39. Di selesaikan dengan hati-hati.
40
40. Bisa lemah juga.
41
Dari Nara.
42
41. Masih ada cemburu.
43
42. Menyelesaikan masalah.
44
43. Pelajaran penting.
45
44. Masa muda.
46
45. Teman baru.
47
46. Akibat kabur.
48
47. Sekolah disiplin.
49
48. Remaja bengal.
50
49. Suara hati.
51
50. Menggapai masa depan.
52
51. Usaha keras untuk cita-cita.
53
52. Calon tentara.
54
53. Termakan ulah sendiri.
55
54. Arti sahabat.
56
55. Pelantikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!