Love Sign
Dua tahun yang lalu.
Di tempat sepi dengan latar rumah sederhana, berpagar beton, penuh pepohonan rimbun dan berselimut putihnya salju yang semakin menambah kesuraman malam itu.
Di sisi jalan, seorang pria bermantel tebal terbaring lemah berlumuran darah, membangkitkan emosi dan kekhawatiran seorang gadis yang masih terus berteriak sedari tadi. Memohon pertolongan pada keheningan. Putihnya salju pun telah ternodai dengan genangan cairan kental merah, berbau amis.
Dengan rambut tergerai tanpa diikat, serta gurat wajah yang panik, dia terus saja menangis tanpa lelah. Tanpa sadar, ia telah memperlihatkan sisi lemah lembut sebagai seorang wanita.
***
Seminggu berlalu, sosok pucat dalam kamar rumah sakit duduk di depan jendela. Ia melamun dan memutar otak memikirkan sesuatu. Mencoba mengingat kejadian menegangkan yang terjadi malam itu.
Seorang gadis berwajah cerah, datang dengan senampan sarapan ala chef rumah sakit di tangannya. Ia pun menghampiri sosok lelaki pucat dengan perban bernoda cokelat berasal dari obat dan sedikit darah yang bercampur.
"Kak?" Ia mendekat penuh keramahan. Lelaki itu tersenyum ringan. Gadis bermata riang itu tersenyum manis.
"Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa duduk di situ? Kau 'kan belum benar-benar pulih," ujar gadis itu cerewet. Orang itu hanya tersenyum melihatnya yang terus bertanya sedari tadi. "Kembali ke tempat tidurmu! Ayo," timpal si gadis membantunya berdiri.
"Apa kau tidak pergi kuliah, Jin Hee?"
"Siapa? Aku?" Gadis itu menyentuh dadanya dengan satu tangan. Lelaki bernama Sun Woo pun mengangguk menanggapi pertanyaannya.
"Astaga! Sepertinya kau benar-benar sudah lupa ingatan ya? Dua hari sebelum kau mengalami kecelakaan, bukankah sudah kukatakan bahwa aku akan mengambil cuti kuliah karena kau dipecat dari perusahaan?"
"Benarkah?"
"Hmm. Lagi pula dalam beberapa minggu ke depan, musim dingin akan segera berlalu. Jadi, aku harap bisa menikmati liburanku sambil bekerja paruh waktu," ungkapnya bersemangat, seraya merapihkan ranjang dan membantu orang itu duduk di sana.
"Ah! Ya, itu benar! Tapi, bukankah itu sayang sekali? Kuliahmu tinggal setahun tapi kau harus berhenti, apa kau baik-baik saja? Jika aku sudah sembuh dan mendapat pekerjaan, kau tidak perlu bekerja lagi ya ...."
"Tidak perlu khawatirkan aku! Kenapa kau mendadak jadi banyak bicara seperti ini? Harusnya aku yang bertanya, apa kau merasa baik-baik saja setelah semua kejadian itu?"
"Kenapa?" tanyanya.
"Kau masih terlihat sangat pucat!"
"Aku tidak apa-apa!"
"Ccihh!" remehnya tak percaya. Bukan hanya wajah pucat, beberapa kali ia menemukan sang kakak dalam keadaan melamun. Tentu saja itu mengkhawatirkan.
"Kau pikir apa yang sedang kulakukan di sini, jika bukan untuk menghilangkan wajah pucat yang sangat menggangguku. Aku sedang tidak liburan di rumah sakit." Candaannya membuat gadis itu tertawa.
"Tapi, Kak, apa kau masih tidak ingin mengatakan kepadaku, siapa pelakunya? Aku ingin tahu."
"Sudahlah, aku tidak ingat apa-apa, lagipula itu tidak penting lagi sekarang."
"Tapi?"
"Dengarkan aku! Tidak perlu mengkhawatirkan kakakmu ini ... hmm? Kau mengerti?" ujarnya meyakinkan.
"Aissh ... tetapi, ini sudah seminggu sejak kecelakaan yang menimpamu dan polisi masih terus saja menanyaiku! Aku bosan dan juga penasaran," ucapnya penuh kekesalan.
"Biarkan saja! Mereka itu hanya menjalankan tugas!" jawabnya tersenyum sambil menunjuk sendok yang sedari tadi tertahan di tangan gadis itu karena asiknya mengobrol.
"Ya ...," patuhnya mengangguk sambil menyuapi sang kakak. "Uuh, aigoo, bayi besarku. Ini sarapanmu."
"Maafkan, Kakak," ucapnya setelah buru-buru menelan. "Ini enak!" lanjutnya.
"Kenapa kau tersenyum?" Gadis bernama Jin Hee pun bertanya, merasa curiga dikarenakan senyuman sang Kakak yang tampak aneh.
"Lama tidak melihatmu seperti ini." Sun Woo menggenggam jemari manis gadis manis itu. Jin Hee pun membalasnya dengan senyuman ramah dan lanjut menyuapi sang Kakak.
***
Sementara itu, di tempat lain.
Di bawah sinaran matahari pagi. Tepatnya di sebuah kompleks perkantoran mewah yang dipenuhi bangunan-bangunan pencakar langit.
Lokasi metropolitan yang terpahat oleh keindahan material kaca, memisahkan sifat dan sikap manusia menjadi dua bagian; baik dan buruk.
Tempat yang jauh dari pinggiran desa, tepatnya berada di atap debuah gedung yang cukup besar.
Ada dua sosok pria yang tengah berdiri di atap kantor. Keduanya terlihat sedang berbincang serius, sebuah percakapan antar pria yang sedang coba mereka selesaikan secara baik-baik.
Sejenak, percakapan itu terlihat berjalan cukup lancar. Walau dengan sedikit bersinggungan paham dan membuat pagi itu sesungguhnya lebih cocok untuk ditemani secangkir kopi dari pada ditemani perdebatan.
"Kumohon?" Park Min Joon, pria bertubuh tinggi itu terus saja meminta.
"Apa itu artinya, kau akan menjaga Jin Hee untukku? Apa kau yakin bisa melakukannya?" jawab pria tampan di depannya.
"Iya, itu tentu saja!"
"Ingat, hal ini! Aku melepaskannya, karena aku ingin melihat kebahagiaan di wajah Jin Hee." Lelaki berkemeja hijau itu menatap sembarang arah.
"Baiklah! Percaya padaku," jawab Park Min Joon.
"Jika dia tidak bisa bahagia bersamamu, akan aku pastikan untuk merebutnya kembali, kau mengerti?" ucap orang itu terdengar mengancam, lalu pergi meninggalkannya begitu saja.
Entah nasib seperti apa yang sedang terjadi antara mereka, persahabatan dan cinta telah mewarnai jejak kecil di hati.
Tanda cinta butuh dibuktikan, bukan hanya sekadar dinyatakan.
***
Bersambung
***
*Hai, semuanya. Assalamualaikum.
Kak Bi mau mengucapkan terima kasih kepada pembaca setia Love Sign ya. Terima kasih atas like, komentar, vote dan dukungnannya. Terima kasih sudah membantu Love Sign untuk tumbuh perlahan-lahan.
Di akhir bab, ada dua bab berisi Visualisasi Karakter. Sebagai pengingat, Visualisasi Karakter hanya membantu pembaca yang ingin visual para karakter dipertegas. Yang artinya, Visualisasi Karakter ini bukanlah cast atau tokoh yang menginspirasi saya dalam menulis.
Dengan itu, untuk ke depannya, semoga para pembaca menjadi pembaca yang lebih bijak dalam membedakan dunia rekaan tokoh dan dunia nyata dari visualisasi karakter.
Akhir-akhir ini, banyak kasus di mana para pembaca Indonesia terlalu masuk ke dalam dunia rekaan dan menganggap bahwa cast atau visualisasi karakter yang dipakai Author adalah nyata. Banyak yang tidak bisa membedakan dan terlalu larut dalam cerita ber-cast Idol Korea, Aktor Korea maupun Aktor Thailand, untuk itu aku mau mengingatkan agar lebih bisa menahan diri ya ....
Tokoh dalam cerita ini hanyalah fiksi, visualisasi karakter yang ada hanyalah pemanis bagi orang-orang yang kesulitan membayangkan tokoh dalam cerita dan juga hasil reqeust-an beberapa pembaca.
Hmm, gitu aja sih yang mau saya katakan. Selamat membaca dan menikmati cerita.
Jangan lupa untuk tinggalkan Like, Komentar, Voting poin biar bisa masuk ranking, Voting Koin biar bisa nambah penghasilan Author, biar bisa lebih semangat berkarya. Daaan, share cerita Love Sign ke teman-teman Kpopers dan K-drama Lovers-mu ya.
Oh iya, selamat datang untuk pembaca yang baru bergabung usai mendapati Love Sign di Daftar Cewek Impian.
Terima kasih*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Eka Suryati
Wanita yang tetap memiliki sisi lembut dan feminim
2023-09-06
0
Eka Suryati
Sepeetinya seru
cerita yg menarik karena kekuatannya ada pada kata2 yg indah
2023-09-06
0
Eka Suryati
Kata2nya puitis
2023-09-06
0