***
Selama perjalanan, Min Joon masih belum bisa menebak apa yang dilakukan kekasihnya.
"Aku tidak mengerti yang dipikirkannya, dia pasti tahu kalau rencananya gagal! Aish ... kenapa di tempat itu? Apa Sun Woo sedang mengerjaiku?" gerutunya menarik napas dalam-dalam.
Min Joon pun tiba di tempat itu, mengikuti saran Sun Woo yang pada akhirnya membawa Min Joon menuju tempat yang dipenuhi pepohonan.
Perlahan menelesuri tempat itu, hidungnya disentuh aroma tanah yang samar karena siang tadi masih turun sedikit salju. Hawa dingin telah memeluknya membuat asumsi segaris bahwa di tempat ini ada danau. Beberapa meter di depannya seorang wanita dengan rambut kuncir berdiri di sebelah danau yang remang.
"Park Min Joon ...," panggil gadis dengan lilin merah di tangan.
"Baiklah, kau tunggu di situ! Aku segera datang!"
"Tunggu sebentar! Jangan kemari!" Jin Hee menghentikan langkahnya. Ia mengangkat tangan kiri dan menjentikkan jari, sesaat, danau yang gelap perlahan menjalar menjadi terang.
Di antara mereka sebuah meja beserta jamuan makan malam tertata manis, lampu putih di tepi danau cukup memukau Min Joon. Jin Hee mengiringi langkah Min Joon yang mencoba untuk mendekat dengan menyanyikan lagu ulang tahun.
"Kau? Seharusnya aku tahu jika kau akan mengejutkanku dengan cara seperti ini, tetapi–"
"Tak akan ada yang bisa menggagalkan rencanaku, termasuk ayahmu!" sela Jin Hee. Hal itu membuatnya mengembangkan senyum simpul. "Kakakku bilang dia hampir melukaimu dan untuk itu maafkan aku!"
"Iya, kau tidak perlu minta maaf. Wah! Ini sangat romantis! Hah, aku tidak menyangka kau bisa melakukannya? Luar biasa! Benar-benar rencana yang sempurna."
"Tapi, aku tidak akan bisa menjadi lebih romantis dari dirimu! Ini tidak sebanding! Oh ya, bolehkah kita duduk? Aku sudah lelah berdiri!"
"Ah ... tentu saja!" jawab Min Joon salah tingkah, "kau cantik sekali!" lanjutnya lagi.
"Kak Min Joon, aku akan menyalakan lilinnya!"
"Kenapa? Begini saja aku rasa sudah cukup baik!"
"Kau ini! Tanganku akan melepuh!" keluh Jin Hee kepanasan.
"Ah ya! Tentu saja kau harus menyalakannya." Jin Hee menyalakan tiga lilin putih yang berada di atas meja. "Terima kasih, karenamu ini sangat berkesan bagiku! Ah, aku punya satu pertanyaan untukmu?" lanjutnya.
"Pertanyaan? Bukan Permintaan?"
"Yang itu nanti saja!" jawabnya tersenyum.
"Biasanya orang-orang membuat permintaan terlebih dahulu. Tapi, kau mau malah memberi pertanyaan?"
"Itulah hebatnya aku! Park Min Joon!"
"Baiklah! Apa itu, heum?" tanya Jin Hee sambil melirik sedetik ke sebuah pohon.
"Kenapa kau tiba-tiba berpenampilan seperti ini?" ucap Min Joon penasaran.
"Ya? Kenapa? Apa kau tidak suka? Atau kau tidak suka karena aku memakai mantel ini? Apa kau ingin membunuhku dengan semua rasa dingin itu?" goda Jin Hee bercanda.
"Tidak! Hanya saja, kau terlihat berbeda! Dan cuacanya sedang sangat dingin, kau tahu ...."
"Kenapa? Apa aku terlihat cantik?"
"Tidak! Dandananmu yang cantik. Haiish, kau ini! Tapi, aku suka! Sumpah."
***
Setelah melewati makan malam yang singkat dan sangat jauh dari kata romantis, sepertinya Jin Hee teringat sesuatu.
Tanpa bertanya, Min Joon menutup mata sesuai permintaan gadis bertubuh mungil itu. Tak berapa lama meninggalkan Min Joon, Jin Hee berlari kembali ke arah Min Joon.
"Baiklah Park Min Joon, buka matamu!" pinta Jin Hee dengan terengah-engah.
"Kau kenapa?" ucapnya bingung saat melihat Jin Hee yang kelelahan, Jin Hee menggeleng seolah baik baik saja. "Apa itu?" lanjutnya menyentuh kotak besar yang dibawa Jin Hee.
"Tidak ada kue ulang tahun?" Jin Hee menggeleng. "Bagaimana dengan lilin ulang tahun?"
"Kau tidak melihat berapa banyak lilin yang kunyalakan tadi?"
"Apa aku harus meniupnya? Itu sejumlah dengan usiaku." Min Joon tertawa.
"Yaa! Kak Min Joon, cepat buka kotaknya!"
"Kenapa sangat terburu-buru? Apa yang ... dua anak kucing?" kagetnya.
"Iya, kau bilang kau ingin punya anak kan? Jadi untuk sekarang ini adalah anak kita."
"Apa yang kau lakukan? Kau sedang menyiksa hewan?" ucap Min Joon tiba-tiba, raut wajahnya serius. "Kau bercanda?" Sebuah gelengan manis muncul dari gadis berusia 23 tahun itu.
"Kenapa? Apa kau marah?" tanya Jin Hee salah tingkah.
"Satu hal yang menggangguku, di mana kau sembunyikan mereka? Apa kau tidak kasihan melakukan ini? Bukankah kau pecinta Kucing?" abai Min Joon, terus menyerang.
"Kenapa hari ini kau sangat banyak bertanya? Seseorang yang menyembunyikannya untukku, lagipu–"
"Seseorang? Siapa?"
"Aahh ... itu? Aiish ...," ucap Jin Hee keceplosan. Perlahan Jin Hee berjalan mundur dan medekati pohon besar tempat Ji Yeon bersembunyi. "Kak, kita ketahuan!"
"Astaga! Choi Ji Yeon?" tanya Min Joon terperanjat melihat Ji Yeon yang menghampiri dengan wajah menyedihkan. "Sejak kapan kau berada di situ?"
"Cukup untuk menghitung banyaknya nyamuk dan serangga yang ada di sini!"
"Kalau begitu apa yang kau lakukan di sini, tidak seharusnya kau berada di sini kan? Astaga, Kau ini membuatku malu saja! Aish ... beruntung aku tidak melakukan apapun kepada Jin Hee ...."
"Maafkan aku! Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian saat menunggu kau datang kan? Lagipula seperti yang kaukatakan, jika kubiarkan kalian berduaan di tempat sepi seperti ini Sun Woo pasti bisa membunuh kita semua," ungkapnya tersenyum kaku.
"Aku akan menghubungi kak Sun Woo!" tawar Jin Hee.
"Terima kasih!" singkat Ji Yeon.
"Aku yang seharusnya berterima kasih!" ucapnya memegang tangan Ji Yeon.
"Dan kau, Jin Hee! Kau harus meminta maaf karena sudah membuat Choi Ji Yeon tersiksa," seru Min Joon yang lantas disambut dengan anggukan kecil dari Ji Yeon.
***
Seoul, 05 Maret 2013, pukul 09.45 KST.
Min Joon tersenyum melihat bingkai foto di dinding cafe, tatapannya menuju gadis manis bertahi-lalat di pipi kiri.
Min Joon benar-benar tidak bisa melupakan kejadian tentang ulang tahunnya, menyebabkan Ji Yeon masuk rumah sakit karena terkena Flu. Benda kecil pun mampu mengembalikan kenangan di kepalanya. Kenangan indah di moment spesial, seandainya waktu mampu dihentikan, ingin rasanya Min Joon tenggelam dalam kenangan bersama Jin Hee.
Lama menunggu Ji Yeon yang tak kunjung muncul, Min Joon memutuskan meninggalkan tempat itu saja. Sepertinya ibu satu anak ini mulai jarang bekerja.
***
05 Maret 2013, pukul 18.00 KST
Musim semi merupakan musim yang indah bagi Min Joon, sayangnya setelah dua tahun berlalu, dirinya masih hidup dalam bayang-bayang Lim Jin Hee. Min Joon bak mayat hidup, bekerja, makan, bicara, semua dilakukan seadanya. Bahkan tidur pun semaunya.
Andaikan Jin Hee tahu semua sikap buruk ini, gadis itu pasti telah melayangkan puluhan tinju di perutnya.
Duduk di balkon sendirian, Min Joon menghabiskan beberapa puntung rokok yang hanya dibakar dan dibuang begitu saja ke tong sampah. Sepertinya sia-sia berada di tempat ini. Bahkan embusan angin yang menerpa wajah kacaunya mampu mengingatkan Min Joon tentang gadis itu.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Blackvelvet JKL
UUUH MANIS BANGET SICH
2020-07-16
21
Paseoaja Dehh
Hai, Thor aku datang lagi
2020-07-15
21
Jalanyang Luruss
Aku suka😍😍😍
2020-07-14
12