Chapter 4: Flashback in The Night (2)

Senin, 03 Januari 2011.

Angin yang bertiup kencang membuat mereka bertiga dirundung rasa dingin yang membekukan badan. Musim ini adalah musim dingin terindah bagi Min Joon. Karena salju yang tak kunjung turun, ketiganya duduk bercanda di bawah pohon. Bersembunyi dari terpaan angin yang menusuk tulang.

"Hari ini tidak turun salju! Sepertinya ulang tahunmu diberkati," ujar Ji Yeon memandang langit tanpa bintang.

"Aku lebih suka turun salju, malam akan terasa indah jika mereka turun. Ayo kita pulang saja?"

"Kita tunggu sebentar lagi," ucap Jin Hee.

Tak lama berselang, Dong Soo datang ke tempat itu untuk menjemput Ji Yeon dan mengantarkan pulang ke rumah. Mereka berdua yang ditinggalkan Ji Yeon dan Dong Soo, masih duduk-duduk di tepi danau menikmati romantisnya malam tak berbintang itu.

"Kak?" panggil Jin Hee menyandarkan kepalanya ke bahu Min Joon yang nyaman.

"Ada apa?" jawabnya lembut.

"Aku ingin tahu apa yang membuatmu begitu ingin mempertahankanku? Kak Sun Woo tidak menyukaimu, ayahmu juga tidak menyukaiku. Apa itu bukan masalah bagimu?" Jin Hee menyandarkan kepala ke pemilik bahu bidang itu.

"Hmm, entahlah! Itu bukan masalah bagiku! Cinta yang tidak direstui bukanlah sebuah cerita cinta yang bagus, itu kekanak-kanakan dan sudah bukan zamannya lagi! Itu selalu membuatku tertawa ...," ungkap Min Joon mengenggam tangannya erat-erat.

"Tetapi, itu terjadi padamu!" tawa Jin Hee terkikik.

"Hhh, sayangnya kau memang benar!" ucapnya tersenyum.

"Bagaimana dengan cinta pertamamu, apa ayahmu juga tidak merestuinya?" tanya Jin Hee duduk menatap Min Joon, seperti tak mau beranjak dari pertanyaan seputar Min Joon.

"Kenapa tiba-tiba membicarakannya?"

"Entahlah! Aku hanya ingin tahu, dulu kau pernah menyebut tentang cinta pertamamu itu." Min Joon diam sejenak,dari matanya tampak tak ingin membicarakan tentang hal tersebut.

"Orang itu bukanlah cinta pertamaku! Dia hanya pacar pertamaku saja," ucap Min Joon memulai cerita cintanya. "Ayahku adalah orang yang tak bisa menerima kekalahannya begitu saja, Pacar pertamaku berakhir di eropa! Ayahku mengirimnya ke sana."

"Benarkah? Waah ... kau pasti sangat kaya raya!" ucap Jin Hee mengalihkan pembicaraan dan membuat Min Joon tertawa kecil.

"Orang itu, dia berasal dari keluarga kaya sama sepert ayahku!" terang Min Joon melanjutkan kisah cintanya sambil menatap langit.

"Whoaa .... Ayahmu benar-benar menakutkan!" ucap Jin Hee memegang bahunya sendiri.

"Kau benar, dia sangat menakutkan," gumam Min Joon.

"Oh ya? Kakakku pernah bercerita bahwa dulu kita bertetangga, apa ayahmu tidak pernah bertemu denganku? Aku tidak bisa mengingatnya!" tanya Jin Hee mengingat sesuatu.

"Sudahlah, Jin Hee! Kita tidak perlu membahasnya." Min Joon mengeluarkan sesuatu dari saku jas untuk menghentikan pertanyaan Jin Hee yang semakin berhamburan ke segala arah.

Sebuah cincin manis bertahtakan berlian yang diberikan ibu Min Joon, kini telah mendarat di jari manis gadis polos itu. Hati Jin Hee mungkin berdebar, itulah kenapa Min Joon tak ingin berpaling dari wajah menggemaskannya.

Min Joon dan Jin Hee menandai tempat kejutan ulang tahun ini sebagai penanda tempat spesial bagi keduanya. Membuat hari-hari mereka terasa menarik. Tak ingin ada kata-kata rancu yang bisa merusak hubungan ini, tak ada hati yang tersakiti. Karena keduanya yakin, cinta mereka abadi.

***

Jumat, 10 Februari 2011.

Satu bulan telah berlalu, dipertengahan musim dingin yang kadang terasa mulai menghangat. Min Joon menelepon Jin Hee karena sesuatu yang ingin dibicarakannya. Lama berbincang keduanya terdengar lelah, bahkan percakapan keduanya pun menjadi terdengar lucu.

"Lalu apa yang kau inginkan saat ulang tahun nanti? Katakan! Akan kulakukan semua untukmu," tanya Min Joon ditemani kertas dan pena.

"Tidak banyak, aku hanya butuh kejujuran dan kesetiaanmu. Itu saja," jawab Jin Hee tertawa.

"Astaga, kau mulai pandai merayu! Hey, aku ini serius!" ucap Min Joon.

"Entahlah, mungkin sesuatu yang mewakili perasaanmu padaku. Sama seperti saat aku memberikan bayi kita," lanjutnya terdengar serius.

"Kalau begitu akan kuberi kau kucing juga!"

"Baiklah!" Tanpa sadar keduanya terlalu asik membahas kucing, mulai dari cara merawat hingga cita-cita tentang masa depan kedua kucing itu.

"Jin Hee ... sepertinya ini materi pembicaraan yang kurang pantas untuk usiaku?" Min Joon tersadar, lalu tertawa. Karena merasa lucu dengan pembahasan mereka yang tak lagi sesuai umur.

"Kau benar!" jawab Jin Hee membalas tawanya.

Saat waktu yang tersirat hanya sebuah mimpi yang menjadi kenangan, keluarga barunya adalah dua kucing pengikat janji yang menjadi saksi sumpah kecil yang mendasari cinta keduanya. Membuai keduanya dalam mimpi indah. Mimpi yang Min Joon sadari adalah bagian dari hidupnya.

***

Minggu, 07 Agustus 2011.

Di satu tempat terlihat cahaya matahari dari jendela menembus tubuh mungilnya yang duduk di bawah sinar matahari, bulan juli telah berlalu dengan indahnya. Jin Hee terlihat tengah menunggu dengan gusar dan terus saja menatap handphone-nya. Dari kejauhan Min Joon menatapnya bahagia.

Berkas cahaya yang menembus jendela dan mendarat manis di wajahnya, membuat musim panas tahun ini sedikit menyebalkan baginya.

Seminggu yang lalu Min Joon pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan, lantas hari ini adalah hari pertemuan mereka. Meski datang hanya beberapa hari saja, karena harus kembali lagi ke luar kota. Min Joon tidak akan melewatkan waktu sedetik pun bersama Jin Hee.

"Park Min Joon? Di mana kau?" tanya Jin Hee saat menerima panggilan telepon.

"Aku di sini!" ucap Min Joon tertawa. Jin Hee berbalik dan bergegas ke pelukannya. Namun, telunjuk Min Joon mendarat di kening tipisnya. "Hai! Apa kabar?"

"Kak Min Joon." Jin Hee mengabaikan dan hendak memeluk Min Joon.

"Yaak! Apa yang kau lakukan?" ucap Min Joon mendorong kepala gadis itu itu dengan telunjuknya lagi.

"Maaf, aku hanya ... terlalu bahagia," jawab Jin Hee dengan wajah memerah.

"Sudah lama menunggu? Sepatuku?" ucap Min Joon memberikan sebuah bunga mawar putih kesukaan Jin Hee.

"Sepatu? Aah, bunga yang cantik!" Jin Hee Terus memandangi bunga itu sambil tersenyum lucu.

"Sepertinya kau lebih senang melihat bunga itu daripada melihat calon suamimu ini," goda Min Joon.

"Maaf."

Min Joon menggenggam tangan Jin Hee dan mengajaknya pergi. Mereka berdua menuju salah satu tempat yang ingin mereka datangi bersama, tempat yang akan menjadi saksi kebersamaan mereka, saksi dan bukti bahwa cinta itu kuat.

***

06 Maret 2013, pukul 06.00 KST

Min Joon teringat sesuatu setelah memimpikan kejadian masa lalunya bersama Jin Hee. Sebuah tempat yang diabaikan selama berbulan-bulan.

"Kenapa aku bisa melupakan tentang tempat itu, hah?" gumam Min Joon senang.

Sepertinya mesin di kepalanya mulai bekerja untuk lebih teliti dalam mencari Jin Hee. Senyumannya mendadak mengembang.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Dewi Suci

Dewi Suci

Helo

2021-03-29

0

Blackvelvet JKL

Blackvelvet JKL

YA AMPUN KENANGAN MEREKA MANIS BANGET

2020-07-16

24

Paseoaja Dehh

Paseoaja Dehh

Uuuh didorong pake telunjuk ciye

2020-07-15

18

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!